Bagaimana Menelaah Unsur Kebahasaan Teks Ulasan dan Contohnya?

Bagaimana Menelaah Unsur Kebahasaan Teks Ulasan dan Contohnya?

paket-wisatabromo.com-Bagaimana Menelaah Unsur Kebahasaan Teks Ulasan dan Contohnya? Jawaban yang tepat atas pertanyaan tersebut tersaji berikut ini.

Bagaimana Menelaah Unsur Kebahasaan Teks Ulasan dan Contohnya?

Menelaah Unsur Kebahasaan Teks Ulasan dan Contohnya

Agar dapat menelaah unsur kebahasaan teks ulasan, kamu harus memahami ciri-ciri kebahasaan teks ulasan.

Oleh karena itu, terlebih dahulu kamu pelajari  unsur kebahasaan teks ulasan. Secara umum, unsur kebahasaan teks ulasan memiliki ciri-ciri seperti berikut ini.

1. Menggunakan kata sifat sikap, seperti lembut, nakal, antagonis, dan sebagainya.

2. Menggunakan kata benda, yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Contohnya:  guru, kucing, meja, dan kebangsaan.

3. Menggunakan kata kerja, yaitu kata kerja adalah kata yang mengandung makna perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat. Contohnya: pergi, belajar, bermimpi, dan sebagainya.

4. Metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Misalnya :  tulang punggung, mengiris hati, hubungan darah, dan sebagainya.

5. Adanya kalimat kompleks (kalimat majemuk), baik kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat.

6. Adanya kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu. Misalnya: mereka, dia, ia,  -nya, dan sebagainya.

Nah, itulah unsur kebahasaan teks ulasan yang harus kamu pahami sebelum menelaah bahasa teks ulasan.

ContohTelaah Unsur Kebahasaan yang Tepat
Membangun Karakter Anak Melalui Buku Cerita

Judul buku   : Seuntai Kalung Emas

Pengarang   : Sardono Syarif

Tahun Terbit: 2011

Penerbit      : Cipta Prima Nusantara Semarang

Tebal            : 100 halaman

Di Tengah merosotnya moral dan memudarnya karakter bangsa seperti saat ini, buku cerita anak sangat dibutuhkan kehadirannya sebagai sarana pendidikan karakter. Banyak kandungan nilai kehidupan yang dapat diambil dan diterapkan dalam kehidupan. Secara langsung, buku cerita anak memang tidak sekaligus mampu melakukan sebuah perubahan. Namun, secara tidak langsung, buku cerita menghadirkan kisah-kisah yang menyentuh dan mengharukan sehingga mampu memberikan pencerahan dan asupan rohaniah kepada pembaca, khususnya anak-anak. Ini artinya, kehadiran buku cerita dapat memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam membangun karakter anak.

Melalui cerita “Seuntai Kalung Emas” yang sekaligus menjadi judul buku ini. Isinya misalnya, seorang anak dapat memperoleh pengalaman berharga. Pengalaman itu adalah tidak sepantasnya seorang anak membiasakan diri memamerkan kemewahan.  Misalnya, dengan mengenakan kalung emas di tempat keramaian. Hal ini dapat membahayakan dan menimbulkan malapetaka bagi yang mengenakannya secara berlebihan. Hal tersebut terbukti pada dialog Pak Gito yang merupakan guru Wati, pencerita yang kehilangan kalung, saat menasihati murid-murid. Demikian juga ketika membaca cerita “Gara-Gara Sinetron.” Pembaca khususnya anak-anak akan tersadarkan nuraninya betapa tidak ada untungnya ketika mereka teracuni oleh kisah-kisah sinetron di layar kaca, apalagi kalau melalaikan rutinitas belajar. Berdasarkan nilai dan pesan yang terkandung dalam cerita tersebut, anak-anak yang sudah kecanduan sinetron secara perlahan-lahan akan mengurangi kebiasaan buruknya itu. Jangan sampai mengalami nasib seperti Laila yang pintar dan cerdas, tetapi harus menerima rapor dengan dua nilai merah karena kelalaiannya.

Masih banyak peristiwa dan kisah menarik yang dapat dijadikan sebagai  bahan renungan bagi pembaca dalam buku cerita ini. Adapun cerita-cerita yang disuguhkan dalam buku ini, yaitu “Jera,” “Saat Liburan Panjang Tiba,” Di Bawah Jemari Hujan,” “Ketulusan Hati Lia,” “Dompet Sakti Papa,” “Gigi Ompong Kakek Odong,” “Bapakku Seorang Pahlawan,” “Masih Ada Jalan, ” “Uluran Tangan,” “Bunga-Bunga di Halaman Rumah,” “Pelajaran bagi Si Kikir” dan “Upah si Raja Jangkrik.” Bagaikan layar hidup, buku ini menyajikan beragam peristiwa keseharian  khas anak-anak yang mampu memberikan kekayaan batin bagi anak.

Sebagai buku cerita anak, buku ini memang belum sepenuhnya terhindar dari kesan menggurui. Alur peristiwa dalam cerita mudah ditebak dengan jalinan konflik yang kurang mengena. Dialog antartokoh kurang mengalir dan seringkali terjebak pada pengulangan kata sapaan yang cenderung berlebihan. Meskipun demikian, dari sisi isi, kisah-kisah yang tersaji dalam buku ini cukup menghibur melalui sajian bahasa yang jernih dan subtil. Sang penulis mampu menyuguhkan jalinan peristiwa yang sesuai dengan situasi kekinian. Meski sebagian besar latarnya berlangsung di daerah Jawa Tengah, khususnya Pekalongan dan sekitarnya, buku ini sanggup menyajikan berbagai kisah yang bisa dinikmati anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia.

Negeri ini sangat membutuhkan banyak kisah khas anak-anak dengan menyangkat nilai-nilai kearifan lokal untuk mendekatkan anak pada budaya bangsa seperti yang dikisahkan dalam buku cerita ini. Jangan sampai terjadi, anak-anak yang menjadi masa depan bangsa ini terus dimanjakan oleh kisah-kisah mancanegara yang hanya melambungkan mimpi dan kian menjauhkan dari sentuhan kearifan budaya leluhurnya.

Telaah unsur kebahasaan terhadap teks ulasan tersebut sebagai berikut.
1. Menggunakan kata sifat sikap, contohnya sebagai berikut.

a. Namun, secara tidak langsung, buku cerita menghadirkan kisah-kisah yang menyentuh dan mengharukan sehingga mampu memberikan pencerahan dan asupan rohaniah kepada pembaca, khususnya anak-anak.

b. Ini artinya, kehadiran buku cerita dapat memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam membangun karakter anak.

2. Menggunakan kata benda, yaitu kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian.

a. Di Tengah merosotnya moral dan memudarnya karakter bangsa seperti saat ini, buku cerita anak sangat dibutuhkan kehadirannya sebagai sarana pendidikan karakter. 

b. Melalui cerita “Seuntai Kalung Emas” yang sekaligus menjadi judul buku ini. 

3. Menggunakan kata kerja, yaitu kata kerja adalah kata yang mengandung makna perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat.

a. Sebagai buku cerita anak, buku ini memang belum sepenuhnya terhindar dari kesan menggurui. (kata “menggurui” berarti memberi petunjuk seperti guru yang berkesan lebih pandai dari muridnya)

b. Meskipun demikian, dari sisi isi, kisah-kisah yang tersaji dalam buku ini cukup menghibur melalui sajian bahasa yang jernih dan subtil. (kata “menghibur” mempunyai makna membuat jadi terhibur)

4. Menggunakan metafora adalah pemakaian kata atau kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan.

Jangan sampai terjadi, anak-anak yang menjadi masa depan bangsa ini terus dimanjakan oleh kisah-kisah mancanegara yang hanya melambungkan mimpi dan kian menjauhkan dari sentuhan kearifan budaya leluhurnya. (Kata “mimpi” mempunyai arti harapan atau asa).

5. Adanya kalimat kompleks (kalimat majemuk), baik kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat.

Masih banyak peristiwa dan kisah menarik yang dapat dijadikan sebagai  bahan renungan bagi pembaca dalam buku cerita ini. (kalimat majemuk setara penambahan atau gabungan yang ditandai dengan penggunaan kata penghubung “dan”)

Meski sebagian besar latarnya berlangsung di daerah Jawa Tengah, khususnya Pekalongan dan sekitarnya, buku ini sanggup menyajikan berbagai kisah yang bisa dinikmati anak-anak dari berbagai daerah di Indonesia. (kalimat majemuk bertingkat)

6. Adanya kata rujukan yang merujuk pada partisipan tertentu. Misalnya: mereka, dia, ia,  -nya, dan sebagainya.

a. Di Tengah merosotnya moral dan memudarnya karakter bangsa seperti saat ini, buku cerita anak sangat dibutuhkan kehadirannya sebagai sarana pendidikan karakter. (-nya pada kata kehadirannya merujuk pada kata buku cerita anak).

b. Isinya misalnya, seorang anak dapat memperoleh pengalaman berharga. (-nya pada kata isinya merujuk pada kata dalam kalimat sebelumnya, yaitu: cerita “Seuntai Kalung Emas) pada kalimat Melalui cerita “Seuntai Kalung Emas” yang sekaligus menjadi judul buku ini.

Baca:

Demikianlah jawaban yang tepat atas pertanyaan mengenai bagaimana menelaah unsur kebahasaan teks ulasan dan contohnya? Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *