Buatlah Telaah Struktur Teks Biografi!

Buatlah Telaah Struktur Teks Biografi!

paket-wisatabromo.com-Buatlah Telaah Struktur Teks Biografi! Berikut ini adalah jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Buatlah Telaah Struktur Teks Biografi!

Sebelum kalian melakukan telaah mengenai struktur teks biografi, ada baiknya kalian pahami lebih dahulu mengenai struktur teks biografi itu sendiri.

Struktur Teks Biografi

Istilah lain dari struktur teks adalah bagian-bagian teks. Bagian teks yang dimaksudkan di sini adalah bagian teks biografi.

Tentu kalian sudah tahu bahwa untuk memahami sebuah teks, kalian perlu mendalami struktur atau bagian-bagiannya.

Teks biografi berisi kisah kehidupan atau pengalaman seseorang yang berbentuk cerita dengan penyajian secara kronologis sesuai urutan waktu.

Untuk itu, teks biografi memiliki struktur yang terdiri atas tiga bagian, yaitu orientasi, masalah atau peristiwa/kejadian penting, dan reorientasi.

Penjelasannya sebagai berikut.

1. Orientasi merupakan pengenalan tokoh atau gambaran awal mengenai ident itas tokoh atau sosok biografi. Orientasi umumnya berisi nama, tempat dan tanggal lahir, latar belakang keluarga, serta riwayat pendidikan.

2. Masalah atau peristiwa/kejadian penting berupa paparan suatu cerita yang berisi berbagai kejadian/peristiwa saat tokoh mengalami masalah, memecahkan masalah, proses karier, peristiwa menyenangkan, menegangkan, menyedihkan, atau mengesankan hingga akhirnya me ngan tarkannya mencapai mimpi, cita-cita, dan kesuksesan.

3. Reorientasi merupakan bagian penutup atau simpulan. Bagian ini berisi pandangan, ulasan, atau pemikiran penulis secara pribadi atas biografi tokoh yang dikisahkan. Reorientasi ini bersifat pilihan semata, jadi boleh ada maupun tidak ada.

Telaah Struktur Teks Biografi

Berikut ini merupakan telaah struktur teks biografi Ki Hadjar Dewantara. Cermati dengan saksama!

Biografi Ki Hadjar Dewantara:  Bapak Pendidikan Indonesia
Orientasi

Nama Ki Hadjar Dewantara bukanlah nama pemberian orang tuanya sejak lahir. Nama aslinya ialah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lahir di Yogyakarta, tanggal 2 Mei 1889. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga keraton Yogyakarta. Saat berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, barulah berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara.

Semenjak itu, Ki Hadjar Dewantara tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan agar dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Masalah/Peristiwa/Kejadian

Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) dan melanjutkan sekolahnya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera).

Lantaran sakit, sekolahnya tersebut tidak dapat ia selesaikan. Pada masanya, Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai penulis andal. Kemampuan menulisnya terasah ketika ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, antara lain Sedyotomo, Midden Java, De

Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Selain bekerja sebagai seorang wartawan muda, Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam berbagai organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, Ki Hadjar Dewantara aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo nantinya akan dikenal sebagai Tiga Serangkai.

Pada tanggal 25 Desember 1912, mereka mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Selain itu, pada bulan November 1913, Ki Hadjar Dewantara membentuk Komite Bumipoetra yang bertujuan untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda.

Salah satunya adalah dengan menerbitkan tulisan berjudul “Als Ik Eens Nederlander Was” (Se-andai nya Aku Seorang Belanda) dan “Een voor Allen maar Ook Allen voor Een” (Satu untuk Semua, tet api Semua untuk Satu Juga).

Kedua tulisan tersebut menjadi tulisan terkenal hingga saat ini. Tulisan “Seandainya Aku Seorang Belanda” dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker. Akibat aktivitas dan tulisannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jenderal Idenburg menjatuhkan hukuman pengasingan terhadap Ki Hadjar Dewantara.

Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo, rekan seperjuangannya, menerbitkan tulisan yang bernada membela Ki Hadjar Dewantara. Mengetahui hal ini, Belanda pun memutuskan untuk menjatuhi hukuman pengasingan bagi keduanya.

Douwes Dekker dibuang di Kupang sedangkan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke Pulau Banda. Namun, mereka menghendaki dibuang ke negeri Belanda karena di sana mereka dapat mempelajari banyak hal daripada di daerah terpencil.

Akhirnya, mereka diizinkan ke negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.

Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran sehingga Ki Hadjar Dewantara berhasil memperoleh Europeesche Akte. Pada tahun 1918, Ki Hadjar Dewantara kembali ke tanah air.

Di tanah air, Ki Hadjar Dewantara semakin men curah kan perhatiannya di bidang pen didikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Bersama rekan-rekan seper juangannya, dia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional yang diberi nama National Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa) pada 3 Juli 1922.

Taman Siswa ialah suatu lembaga pendidikan yang mem berikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk dapat memperoleh hak pendidikan, seperti halnya para priyayi maupun orangorang Belanda.

Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air serta berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Selama aktif di Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara juga tetap rajin menulis. Tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan.

Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Kegiatan menulisnya ini terus berlangsung hingga zaman Pendudukan Jepang. Saat Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hadjar ditunjuk untuk menjadi salah seorang pimpinan bersama Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur.

Setelah kemerdekaan Indonesia berhasil direbut dari tangan penjajah dan stabilitas pemerintahan sudah terbentuk, Ki Hadjar Dewantara kemudian dipercaya oleh Presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama.

Melalui jabatannya ini, Ki Hadjar Dewantara semakin leluasa untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1957, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, tepatnya pada tanggal 28 April 1959, Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Untuk mengenang jasa-jasa dan melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara, pihak penerus perguruan Taman Siswa mendirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta.

Museum ini memamerkan benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar Dewantara sebagai pendiri Taman Siswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan, dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Reorientasi

Kini, nama Ki Hadjar Dewantara diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (Bapak Pendidikan Nasional).

Ajarannya, yakni tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), dan ing ngarsa sung tulada (di depan memberi teladan) akan selalu menjadi dasar pendidikan di Indonesia. Selain itu, tanggal dan bulan kelahirannya, 2 Mei, dijadikan hari Pendidikan Nasional.

Bahkan, pada tanggal 28 November 1959 Ki Hadjar Dewantara juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959.

(Sumber: https://m.merdeka.com/ki-hadjar-dewantoro/profil/ dengan pengubahan).

Baca:

1. Sebutkan Pengertian Biografi!-Unduh

2. Analisislah Teks Rekon: Bung Hatta!-Unduh

3. Sebutkanlah Struktur Teks Biografi!-Unduh

4. Buatlah Contoh Teks Biografi-Unduh

5. Bagaimana Menulis Teks Biografi? Unsur, Asas, Langkah-Langkah, Hal yang Harus Diperhatikan, dan Manfaat?-Unduh

6. Bagaimana Bahasa Teks Biografi?-Unduh

Demikian jawaban yang tepat atas pertanyaan mengenai buatlah telaah struktur teks biografi! Semoga bermanfaat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *