Capaian Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka Inilah Penjelasannya

Capaian Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka Inilah Penjelasannya

paket-wisatabromo.com-Capaian Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka (Learning Outcoming) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai peserta didik pada setiap fase, dimulai dari fase fondasi pada PAUD.

Capaian Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka untuk jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah disusun untuk setiap mata pelajaran. Sedangkan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat menggunakan Capaian Pembelajaran pendidikan khusus.

Jika dianalogikan dengan sebuah perjalanan berkendara, Capaian Pembelajaran memberikan tujuan umum dan ketersediaan waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut (fase).

Untuk mencapai garis finish, pemerintah membuatnya ke dalam enam etape yang disebut fase. Setiap fase lamanya 1-3 tahun.

Penyusunan Capaian Pembelajaran per fase merupakan upaya penyederhanaan sehingga peserta didik dapat memiliki waktu yang memadai dalam menguasai kompetensi.

Penyusunan Capaian Pembelajaran per fase ini juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan tingkat pencapaian (Teaching at the Right Level), kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajar mereka.

Hal ini karena Capaian Pembelajaran disusun dengan memperhatikan fase-fase perkembangan anak. Selain itu, penyusunan Capaian Pembelajaran per fase berguna bagi guru dan satuan pendidikan.

Guru dan satuan pendidikan dapat memperoleh keleluasaan dalam menyesuaikan pembelajaran sehingga selaras dengan kondisi dan karakteristik peserta didik.

Pada setiap akhir fase, terdapat kompetensi yang sama yang harus dicapai oleh peserta didik, namun alur untuk mencapai akhir fase tersebut yang berbeda-beda disesuaikan dengan kebutuhan belajar, karakteristik, dan perkembangan peserta didik yang beragam.

Baca :

Berikut ini adalah beberapa contoh pemanfaatan fase-fase Capaian Pembelajaran dalam perencanaan pembelajaran.

1. Pembelajaran yang fleksibel

Ada kalanya proses belajar berjalan lebih lambat pada suatu periode (misalnya, ketika pembelajaran di masa pandemi COVID-19) sehingga dibutuhkan waktu lebih panjang untuk mempelajari suatu konsep.

Ketika harus “menggeser” waktu untuk mengajarkan materi-materi pelajaran yang sudah dirancang, pendidik memiliki waktu lebih panjang untuk mengaturnya.

2. Pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan peserta didik.

Fase belajar seorang peserta didik menunjukkan kompetensinya, sementara kelas menunjukkan kelompok (cohort) berdasarkan usianya.

Dengan demikian, ada kemungkinan peserta didik berada di kelas III SD, tetapi belajar materi pelajaran untuk Fase A (yang umumnya untuk kelas I dan II) karena belum tuntas mempelajarinya.

3. Pengembangan rencana pembelajaran yang kolaboratif.

Satu fase biasanya lintas kelas, misalnya Capaian Pembelajaran Fase D yang berlaku untuk Kelas VII, VIII, dan IX.

Saat merencanakan pembelajaran di awal tahun ajaran, guru kelas VIII perlu berkolaborasi dengan guru kelas VII untuk mendapatkan informasi tentang sampai mana proses belajar sudah ditempuh peserta didik di kelas VII.

Selanjutnya peserta didik juga perlu berkolaborasi dengan guru kelas IX untuk menyampaikan bahwa rencana pembelajaran kelas VIII akan berakhir di suatu topik atau materi tertentu, sehingga guru kelas IX dapat merencanakan pembelajaran berdasarkan informasi tersebut.

Pembagian Fase

Pada Pendidikan dasar dan menengah, Capaian Pembelajaran disusun untuk setiap mata pelajaran.

Berikut ini pembagian fase Capaian Pembelajaran.

1. Fase Fondasi : PAUD

2. Fase A : Kelas I-II SD/MI

3. Fase B : Kelas III-IV SD/MI

4. Fase C : Kelas V-VI SD/MI

5. FAse D : Kelas VII-IX SMP/MTs

6. Fase E : Kelas X SMA/SMK/MA/MAK

7. Fase F :

a. Kelas XI-XII SMA/MA/MAK

b. Kelas XI-XII SMK Program 3 tahun

c. Kelas XI-XII SMK program 4 tahun

Terdapat beberapa hal yang perlu dipahami tentang kekhasan CP sebelum memahami isi dari capaian untuk setiap mata pelajaran, sebagai berikut.

1. Di dalam CP, kompetensi yang ingin dicapai ditulis dalam paragraf yang memadukan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap atau disposisi untuk belajar.

Sementara karakter dan kompetensi umum yang ingin dikembangkan dinyatakan dalam profil pelajar Pancasila secara terpisah.

Dengan dirangkaikan sebagai paragraf, ilmu pengetahuan yang dipelajari peserta didik menjadi suatu rangkaian yang berkaitan.

2. Capaian Pembelajaran dirancang dengan banyak merujuk kepada teori belajar Konstruktivisme dan pengembangan kurikulum dengan pendekatan “Understanding by Design” (UbD) yang dikembangkan oleh Wiggins & Tighe (2005).

Dalam kerangka teori ini, “memahami” merupakan kemampuan yang dibangun melalui proses dan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat menjelaskan, menginterpretasi dan mengaplikasikan informasi, menggunakan berbagai perspektif, dan berempati atas suatu fenomena.

Dengan demikian, pemahaman bukanlah suatu proses kognitif yang sederhana atau proses berpikir tingkat rendah.

3. Memang apabila merujuk pada Taksonomi Bloom, pemahaman dianggap sebagai proses berpikir tahap yang rendah (C2).

Namun demikian, konteks Taksonomi Bloom sebenarnya digunakan untuk perancangan pembelajaran dan asesmen kelas yang lebih operasional, bukan untuk Capaian Pembelajaran yang lebih abstrak dan umum.

Taksonomi Bloom lebih sesuai digunakan untuk menurunkan atau menerjemahkan Capaian Pembelajaran ke tujuan pembelajaran yang lebih konkret.

Naskah Capaian Pembelajaran terdiri atas rasional, tujuan, karakteristik, dan capaian per fase. Rasional menjelaskan alasan pentingnya mempelajari mata pelajaran tersebut serta kaitannya dengan profil pelajar Pancasila.

Tujuan menjelaskan kemampuan atau kompetensi yang dituju setelah peserta didik mempelajari mata pelajaran tersebut secara keseluruhan.

Karakteristik menjelaskan apa yang dipelajari dalam mata pelajaran tersebut, elemen-elemen atau domain (strands) yang membentuk mata pelajaran dan berkembang dari fase ke fase.

Capaian per fase disampaikan dalam dua bentuk, yaitu secara keseluruhan dan capaian per fase untuk setiap elemen.

Oleh karena itu, penting untuk pendidik mempelajari Capaian Pembelajaran untuk mata pelajarannya secara menyeluruh.

Memahami Capaian Pembelajaran adalah langkah pertama yang sangat penting. Setiap pendidik perlu familiar dengan apa yang perlu mereka ajarkan, terlepas dari apakah mereka akan mengembangkan kurikulum, alur tujuan pembelajaran, atau silabusnya sendiri atau tidak.

Beberapa contoh pertanyaan reflektif yang dapat digunakan untuk memandu guru dalam memahami Capaian Pembelajaran , antara lain sebagai berikut.

a. Kompetensi apa saja yang perlu dimilikim peserta didik untuk sampai di capaian

pembelajaran akhir fase?

b. Kata-kata kunci apa yang penting dalam CP?

c. Apakah ada hal-hal yang sulit saya pahami?

d. Apakah capaian yang ditargetkan sudah biasa saya ajarkan?

Selain untuk mengenal lebih mendalam mata pelajaran yang diajarkan, memahami Capaian Pembelajaran juga dapat memantik ide-ide pengembangan rancangan pembelajaran.

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk memantik ide.

a. Bagaimana capaian dalam fase ini akan dicapai anak didik?

b. Materi apa saja yang akan dipelajari dan seberapa luas serta mendalam?

c. Proses belajar seperti apa yang akan ditempuh peserta didik?

Catatan Penting tentang Capaian Pembelajaran

Berikut ini adalah beberapa catatan penting tentang Capaian Pembelajaran untuk jenis/jenjang.

Pada PAUD, Capaian Pembelajaran bertujuan untuk memberikan arah yang sesuai dengan usia perkembangan pada semua aspek perkembangan anak sehingga kompetensi pembelajaran yang diharapkan dicapai anak pada akhir PAUD dapat dipahami dengan jelas agar anak siap mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.

Lingkup CP di PAUD dikembangkan dari tiga elemen stimulasi yang saling terintegrasi dan merupakan elaborasi dari aspek-aspek perkembangan anak, yaitu nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa; dan nilai Pancasila; serta bidang-bidang lain untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak sesuai dengan kebutuhan pendidikan Abad 21 di Indonesia.

Tiga elemen stimulasi yang dimaksud, yaitu:

1) Nilai Agama dan Budi Pekerti;

2) Jati Diri; dan

3) Dasar-dasar Literasi, Matematika, Sains, Teknologi, Rekayasa, dan Seni; diharapkan dapat mengeksplorasi aspek-aspek perkembangan anak secara utuh dan tidak terpisah.

Sementara itu, pada SMK terdapat beberapa kekhasan. Pendidik dapat melakukan analisis CP mata pelajaran kejuruan SMK bersama dengan mitra dunia kerja.

Pada jenjang SMK terdapat program empat tahun sebagaimana tercantum dalam daftar konsentrasi keahlian yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Pada program empat tahun pembelajaran diselenggarakan hingga kelas XIII mata pelajaran yang diajarkan pada kelas XIII adalah: Matematika, Bahasa Inggris, dan Praktik Kerja Lapangan.

Capaian pembelajaran fase F berlaku pada pada mata pelajaran yang diajarkan hingga kelas XIII.

Pada Pendidikan Kesetaraan, penyusunan alur tujuan pembelajaran memperhatikan alokasi waktu didasarkan pada pemetaan Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang ditetapkan oleh satuan pendidikan dengan bentuk pembelajaran tatap muka, tutorial, mandiri atau pun kombinasi secara proporsional dari ketiganya.

Capaian pembelajaran pada mata pelajaran kelompok umum, mata pelajaran pemberdayaan, dan mata pelajaran keterampilan mengacu pada capaian pembelajaran yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Satuan pendidikan dapat mengembangkan capaian pembelajaran pada mata pelajaran keterampilan sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik, lingkungan belajar dan satuan pendidikan.

Untuk Pendidikan Khusus, pembagian fase didasarkan pada usia mental peserta didik. Bagi peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual, dapat menggunakan Capaian Pembelajaran pendidikan khusus.

Capaian Pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat dilakukan lintas fase dan lintas elemen, sesuai dengan kondisi, kemampuan, hambatan dan kebutuhan.

Sementara peserta didik berkebutuhan khusus tanpa hambatan intelektual menggunakan Capian Pembelajaran reguler dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum.

Berikut ini adalah rumusan fase capaian pembelajaran pada Pendidikan Khusus.

1. Fase A : Kelas I-II SD/MI (Usia Mental ≤ 7 tahun)

2. Fase B :  Kelas III-IV SD/MI (Usia Mental ± 8 tahun)

3. Fase C : Kelas V-VI SD/MI

4. Fase D : Kelas VII-IX SMP/MTs (Usia Mental ± 9 tahun)

5. Fase E : Kelas X SMA/SMK/MA/MAK (Usia Mental ± 10 tahun)

6. Fase F : Kelas XI-XII SMA/SMK/MA/MAK

Sumber : Buku Panduan Pembelajaran dan Asesmen Kurikulum Merdeka

Demikian informasi mengenai Capaian Pembelajaran pada Kurikulum Merdeka. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *