Inilah Biografi Ki Hajar Dewantara Cocok: Kenali Pemikiran dan Perjuangannya

Inilah Biografi Ki Hajar Dewantara: Kenali Pemikiran dan Perjuangannya

paket-wisatabromo.com-Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan nasional, postingan kali ini tentang Biografi Ki Hajar Dewantara. Kita akan mengenal lebih dekat melalui tulisan ini mengenai pemikiran dan perjuangan Pahlawan Pendidikan yang luar biasa ini.

Biografi Ki Hajar Dewantara ini dirilis dari sumber buku yang tersedia sehingga kebenarannya tidak perlu diragukan lagi. Buku tersebut berjudul “Perjuangan Ki Hajar Dewantara dari Politik ke Pendidikan.” untuk buku tersebut tentunya sudah ber-ISBN 978-602-61552-0-7. Suhartono Wiryopranoto, Prof. Dr. Nina Herlina, M. S, Prof. Dr. Djoko Marihandono, Dr. Yuda B Tangkilisan Tim Museum Kebangkitan Nasional merupakan tim penulis buku tersebut.

Untuk Biografi Ki Hajar Dewantara ini bisa dimanfaatkan siapa saja. Bisa pelajar, mahasiswa, ataupun masyarakat umum.

Biografi Ki Hajar Dewantara
A. Pendahuluan

Nama Suwardi Suryaningrat kurang dikenal oleh masyarakat, namun dengan nama Ki Hadjar Dewantara, beliau sangat dikenal, dihormati dan disanjung-sanjung sebagai   Pendiri Perguruan Taman siswa, Bapak Pendidikan Nasional, dan Pahlawan Nasional.

Beliau dikenal dan diakui dunia karena kompetensi, keahlian, prestasi dan sumbangsihnya yang luar biasa dalam bidang pendidikan, kebudayaan, dan kemasyarakatan.

Sosok Ki Hadjar Dewantara sebagai seorang jurnalis, politikus, budayawan, pendidik, dan pemimpin rakyat.

Dari tiap tingkat dan lapangan perjuangan yang ditempuh Ki Hadjar Dewantara, terdapat tulisan-tulisan beliau di berbagai surat kabar, majalah, dan brosur.

Dari perjuangan Ki Hadjar Dewantara di lapangan  jurnalistik,  ke lapangan politik,  dan yang terakhir di lapangan pendidikan dan kebudayaan, ditemukan berbagai tulisan yang menggambarkan gagasan dan konsepsinya.

Dengan berbagai ragam dan cara mengemukakan  gagasan sesuai dengan masa, jaman, dan objek yang dihadapinya, maka seluruh kegiatan Ki Hadjar Dewantara mengandung semangat dan bernafaskan  perjuangan menuju cita-cita Indonesia merdeka.

Dengan biografi ini diharapkan dapat menggugah semangat generasi muda untuk mempelajari dan mengembangkan wawasan kebangsaan dan kebudayaan sebagai sendi perjuangan dan pembangunan nasional.

Suatu bangsa dan negara akan terasing bila dalam proses sejarahnya lepas dari sendi-sendi perjuangan para pendahulunya.

B. Masa Kanak-Kanak

Ki Hadjar Dewantara pada masa kanak-kanak dan masa muda bernama Raden Mas (R.M.) Suwardi Suryaningrat.

Namun sesudah dalam pembuangan di Nederland, gelar kebangsaannya tidak dipakai lagi sebagai pernyataan bersatunya Suwardi Suryaningrat dengan rakyat yang diperjuangkannya.

Suwardi Suryaningrat Lahir pada hari Kamis Legi, tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta, bertepatan dengan tanggal 2 Ramadhan 1309 H. Lahirnya pada bulan Ramadhan memunculkan harapan agar Suwardi Suryaningrat memberi hikmah pendidikan dan peningkatan iman dan takwa.

Suwardi Suryaningrat adalah keturunan bangsawan. Ayahnya Kanjeng Pangeran Ario (K.P.A.) Suryaningrat dan Ibunya bernama Raden Ayu (R.A.) Sandiah.

Keduanya adalah bangsawan Puro Pakualaman Yogyakarta. K.P.A. Suryaningrat adalah putera Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Ario (K.G.P.A.A.) Paku Alam III. Dengan demikian Suwardi Suryaningrat adalah cucu K.G.P.A.A. Paku Alam III.

Betapapun kelahiran Suwardi Suryaningrat membahagiakan K.P.A. Suryaningrat yang mengharapkan anak laki-laki, akan tetapi berat badannya kurang dari 3 Kg, badannya kurus, perutnya buncit, suaranya terlalu lembut.

K.P.A.Suryaningrat yang suka humor dan gemar berkelakar segera nama julukan Jemblung kepada puteranya.

Seorang santri sahabat K.P.A. Suryaningrat yang mempunyai pesantren di daerah Prambanan, Kyai Soleman tidak mau menerima begitu saja kelakar K.P.A. Suryaningrat.

Ia menuntut haknya sebagai sahabat untuk ikut memberikan nama julukan kepada bayi Suwardi Suryaningrat.

 K.P.A. Suryaningrat setuju, maka Kyai Soleman memberi  nama tambahan Trunogati. Kyai Soleman merasa mendapat firasat, dari tangis bayi yang lembut      itu, suaranya kelak akan didengar orang di seluruh negeri.

Perutnya yang jemblung (buncit) itu memberi firasat bayi itu kelak akan menelan dan mencerna ilmu yang banyak,  sesudah memasuki masa dewasa ia akan menjadi seorang pemuda yang penting (Truno = pemuda; gati, wigati = penting, berarti).

Oleh K.P.A. Suryaningrat kemudian disempurnakan nama julukan  itu menjadi Jemblung Joyo Trunogati. Di kalangan keluarga terdekatnya (ayah, Ibu, kakak dan Pengasuhnya)  memanggil Suwardi Suryaningrat dengan julukan Denmas Jemblung.

C. Masa Sekolah

Sebagai keluarga bangsawan Suwardi Suryaningrat mendapat kesempatan belajar di Europeesche Lagere School (ELS) atau Sekolah Dasar Belanda 7 tahun di kampung Bintaran Yogyakarta, yang tidak jauh dari tempat kediamannya.

Sesudah tamat Sekolah Dasar (1904), Surwardi Suryaningrat masuk Kweekschool (Sekolah Guru) di Yogyakarta.

Tidak lama kemudian datang dr. Wahidin Sudiro Husodo di Puro Pakualaman, beliau  menanyakan siapa di antara putera-putera yang mau masuk STOVIA (School Fit Opleiding Van Indische Artsen) – Sekolah Dokter Jawa di Jakarta, mendapat bea siswa.

Suwardi Suryaningrat menerima tawaran itu dan menjadi mahasiswa  STOVIA (1905-1910). Namun karena sakit selama 4 bulan, Suwardi Suryaningrat tidak naik kelas dan beasiswanya dicabut.

Namun ada sinyalemen, alasan sakit sesungguhnya bukan satu-satunya sebab dicabutnya beasiswa, tetapi ada alasan politis dibalik itu.

Pencabutan beasiswa dilakukan beberapa hari setelah Suwardi Suryaningrat mendeklamasikan sebuah sajak dalam suatu pertemuan.

Sajak itu menggambarkan keperwiraan Ali Basah Sentot Prawirodirdjo, seorang Panglima Perang P.Diponegoro. Sajak itu digubah oleh Multatuli dalam Bahasa Belanda yang sangat indah, dibawakan oleh Suwardi Suryaningrat dengan penghayatan penuh penjiwaan.

Pagi harinya, setelah pembacaan sajak itu, Suwardi Suryaningrat dipanggil Direktur STOVIA dan dimarahi habis-habisan.

Beliau dituduh telah membangkitkan semangat memberontak terhadap Pemerintah Hindia Belanda. Tidak ada penyesalan bagi Suwardi Suryaningrat karena gagal menjadi dokter.

Lapangan berjuang untuk rakyat bukan hanya sebagai dokter. Bidang jurnalistik, politik, dan pendidikan memberi peluang pula untuk berjuang.

Dari Direktur STOVIA, Suwardi Suryaningrat mendapat Surat Keterangan Istimewa atas kepandaiannya berbahasa Belanda.

Oleh karena itu, meski dikeluarkan dari STOVIA bernuansa hukuman, dengan senang hati dan penuh kebanggaan Suwardi Suryaningrat menerimanya sebagai konsekuensi dari sebuah perjuangan.

Dengan penuh haru tetapi membanggakan, teman-temannya seperti dr. Cipto Mangunkusumo, Sutomo, Suradji Tirtonegoro melepas Suwardi Suryaningrat meninggakan bangku STOVIA.

Biografi Ki Hajar dewantara selengkapnya Unduh 

Baca:

Demikianlah Biografi Ki Hajar Dewantara. Dengan mengenali Pemikiran dan Perjuangannya, kita dapat meneladaninya. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *