Inilah Penjelasan tentang Pengertian Unsur Fisik Puisi yang Tepat
paket-wisatabromo.com- Inilah penjelasan tentang pengertian unsur fisik puisi yang tepat merupakan materi pelajaran bagi peserta didik SMP MTs kelas 7 semester 2.
Berdasarkan Kurikulum 2013, materi inilah penjelasan tentang pengertian unsur fisik puisi yang tepat ini tergolong ke dalam aspek pengetahuan.
Aspek pengetahuan adalah aspek yang ada di dalam materi pembelajaran untuk menambah wawasan siswa di suatu bidang.
Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
Dari sisi pengetahuan bahasa, materi pengertian apresiasi puisi dan manfaatnya yang tepat tergolong ke dalam aspek berbahasa yang reseptif.
Aspek berbahasa reseptif adalah kemampuan untuk memahami bahasa lisan yang didengar atau dibaca.
Kemampuan ini bersifat sebagai input atau masukan. Contohnya yaitu saat anak mendengarkan dan mengikuti instruksi seperti “Ayo kita pahami penjelasan tentang pengertian unsur fisik puisi yang tepat.”
Peserta didik SMP MTs kelas 7 semester 2 diharapkan dapat menguasai materi ini.
Pada umumnya, penguasaan terhadap suatu materi itu ditandai dengan perolehan nilai minimal mencapai KKM.
Untuk membantu peserta didik SMP MTs kelas 7 semester 2 ini, pada kesempatan yang baik ini akan dibagikan mengenai Inilah penjelasan tentang pengertian unsur fisik puisi yang tepat. Semoga bisa dimanfaatkan untuk bahan belajar, ya.
Inilah Penjelasan tentang Pengertian Unsur Fisik Puisi yang Tepat
Unsur-unsur puisi terdiri atas struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi dari luar (Waluyo, 1991:71).
Puisi disusun dari kata dengan bahasa yang indah dan bermakna yang dituliskan dalam bentuk bait-bait.
Orang dapat membedakan mana puisi dan mana bukan puisi berdasarkan bentuk lahir atau fisik yang terlihat.
Berikut ini akan dibahas struktur fisik puisi yang meliputi: diksi, imajinasi, kata konkret, majas, verifikasi, majas dan tipografi.
1. Diksi atau Pilihan Kata
Salah satu hal yang ditonjolkan dalam puisi adalah kata-katanya ataupun pilihan katanya.
Bahasa merupakan sarana utama dalam puisi. Dalam menciptakan sebuah puisi penyair mempunyai tujuan yang hendak disampaikan kepada pembaca melalui puisinya.
Penyair ingin mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat tepatnya seperti yang dialami hatinya.
Selain itu, juga ia ingin mengekspresikannya dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya. Untuk itulah harus dipilih kata-kata yang setepat-tepatnya.
Penyair juga ingin mempertimbangkan perbedaan arti yang sekecil-kecilnya dengan cermat.
Penyair harus cermat memilih kata-kata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya.
Selain itu, perlu dipertimbangkan juga kompisisi bunyi, dalam rima dan irama serta kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.
Dengan uraian singkat diatas, ditegaskan kembali betapa pentingnya diksi bagi suatu puisi.
Menurut Tarigan (1984:30), pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, nada suatu puisi dengan tepat.
2. Imajinasi
Semua penyair ingin menyuguhkan pengalaman batin yang pernah dialaminya kepada para pembacanya melalui karyanya.
Salah satu usaha untuk memenuhi keinginan tersebut ialah dengan pemilihan serta penggunaan kata-kata dalam puisinya (Tarigan, 1984:30).
Ada hubungan yang erat antara pemilihan kata-kata, pengimajian dan kata konkret.
Di mana diksi yang dipilih harus menghasilkan dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti yang kita hayati dalam penglihatan, pendengaran atau cita rasa.
Pengimajian dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan (Waluyo, 1991: 97).
Pilihan serta penggunaan kata-kata yang tepat dapat memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia dan energi tersebut dapat mendorong imajinasi atau daya bayang kita untuk menjelmakan gambaran yang nyata.
Dengan menarik perhatian kita pada beberapa perasaan jasmani, sang penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga mereka menganggap bahwa merekalah yang benarbenar mengalami peristiwa jasmaniah tersebut (Tarigan, 1984:30).
Dengan menarik perhatian pembacanya melalui kata dan daya imajinasi akan memunculkan sesuatu yang lain yang belum pernah dirasakan oleh pembaca sebelumnya.
Segala yang dirasai atau dialami secara imajinatif inilah yang biasa dikenal dengan istilah imagery atau imaji atau pengimajian (Tarigan, 1984:30).
Dalam puisi, kita kenal bermacam-macam (gambaran angan) yang dihasilkan oleh indera pengihatan, pendengaran, pengecapan, rabaan, penciuman, pemikiran dan gerakan (Pradopo, 1990:81).
Selanjutnya, terdapat juga imaji penglihatan (visual), imaji pendengaran (auditif) dan imaji cita rasa (taktil) (Waluyo, 1991:79).
Semua imaji di atas bila dijadikan satu, secara keseluruhan dikenal beberapa macam imajinasi, yaitu :
a. Imajinasi Visual
Yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seolah-olah seperti melihat sendiri apa yang dikemukakan atau diceritakan oleh penyair.
b. Imajinasi Auditori
yaitu imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar sendiri apa yang dikemukakan penyair.
Suara dan bunyi yang dipergunakan tepat sekali untuk melukiskan hal yang dikemukakan, hal ini sering menggunakan kata-kata onomatope.
c. Imajinasi Articulatori,
Adalah imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar bunyi-bunyi dengan artikulasi-artikulasi tertentu pada bagian mulut waktu kita membaca sajak itu seakan-akan kita melihat gerakan-gerakan mulut membunyikannya, sehingga ikut bagian-bagian mulut kita dengan sendirinya.
d. Imajinasi Olfaktori
Ialah imajinasi penciuman atau pembawaan dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu kita seperti mencium bau sesuatu.
Kita seperti mencium bau rumput yang sedang dibakar, kita seperti mencium bau tanah yang baru dicangkul, kita seperti mencium bau bunga mawar, kita seperti mencium bau apel yang sedap dan sebagainya.
e. Imajinasi Gustatori
Merupakan imajinasi pencicipan. Dengan membaca atau mendengar kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu kita seperti mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam dan sebagainya.
f. Imajinasi Faktual
Yakni imajinasi rasa kulit, yang menyebabkan kita seperti merasakan di bagian kulit badan kita rasanya nyeri, rasa dingin, atau rasa panas oleh tekanan udara atau oleh perubahan suhu udara.
g. Imajinasi Kinestetik
Adalah imajinasi gerakan tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan badan atau otot-otot tubuh.
h. Imajinasi Organik
Yaitu imajinasi badan yang menyebabkan kita seperti melihat atau merasakan badan yang capai, lesu, loyo, ngantuk, lapar, lemas, mual, pusing dan sebagainya.
Imaji-imaji di atas tidak dipergunakan secara terpisah oleh penyair melainkan dipergunakan bersama-sama, saling memperkuat dan saling menambah kepuitisannya (Pradopo, 1990:81).
3. Kata Konkret
Salah satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau daya imajinasi para penikmat sastra khususnya puisi adalah dengan menggunakan kata-kata yang tepat, kata-kata yang kongkret, yang dapat menyaran pada suatu pengertian menyeluruh.
Semakin tepat sang penyair menggunakan kata-kata atau bahasa dalam karya sastranya maka akan semakin kuat juga daya pemikat untuk penikmat sastra sehingga penikmat sastra akan merasakan sensasi yang berbeda.
Para penikmat sastra akan menganggap bahwa mereka benar-benar melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami segala sesuatu yang dialami oleh sang penyair (Tarigan,1984:32).
Dengan keterangan singkat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra (Siswanto,2008:119).
4. Majas atau Bahasa Figuratif
Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif.
Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna.
Pengertian bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang (Waluyo, 1991:83).
Bahasa kias merupakan wujud penggunaan bahasa yang mampu mengekspresikan makna dasar ke asosi lain.
Kiasan yang tepat dapat menolong pembaca merasakan dan melihat seperti apa yang dilihat atau apa yang dirasakan penulis.
Seperti yang diungkapkan Pradopo bahwa kias dapat menciptakan gambaran angan/citraan (imagery) dalam diri pembaca yang menyerupai gambar yang dihasilkan oleh pengungkapan penyair terhadap obyek yang dapat dilihat mata, saraf penglihatan, atau daerah otak yang bersangkutan (1990:80).
Bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair karena:
a. Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif,
b. Bahasa figuratif dalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak menjadi kongret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca,
c. Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas,
d. Bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat (Waluyo, 1991:83).
Adapun bahasa kias yang biasa digunakan dalam puisi ataupun karya sastra lainnya yaitu:
a) Perbandingan/Perumpamaan (Simile)
Perbandingan atau perumpamaan (simile) ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, bak, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding lainnya.
b) Metafora
Bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan katakata pembanding seperti bagai, laksana dan sebagainya.
Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan yang lain yang sesungguhnya tidak sama.
c) Personifikasi
Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia. Benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya.
Seperti halnya manusia dan banyak dipergunakan penyair dulu sampai sekarang.
Personifikasi membuat hidup lukisan di samping itu memberi kejelasan kebenaran, memberikan bayangan angan yang konkret.
d) Hiperbola
Kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca.
e) Metonimia
Bahasa kiasan yang lebih jarang dijumpai pemakaiannya. Metonimia ini dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama.
Bahasa ini berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat hubungannya dengan mengganti objek tersebut.
f) Sinekdoki (Syneadoche)
Bahasa kiasan yang menyebutkan sesuatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri.
Sinekdoke ada dua macam – Pars Prototo: sebagian untuk keseluruhan – Totum Proparte: keseluruhan untuk sebagian (Pradopo, 1990:78).
g) Allegori
Cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengkiaskan hal lain atau kejadian lain.
Perlambangan yang dipergunakan dalam puisi : Lambang warna Lambang benda: penggunaan benda untuk menggantikan sesuatu yang ingin diucapkan.
Lambang bunyi: bunyi yang diciptakan penyair untuk melambangkan perasaan tertentu.
Lambang suasana: suasana yang dilambangkan dengan suasana lain yang lebih konkret.
5. Verifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)
Versifikasi terdiri dari rima, ritma dan metrum. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi sehingga puisi menjadi menarik untuk dibaca.
Rima
Dalam puisi banyak jenis rima yang kita jumpai antara lain : Menurut bunyinya:
(a) Rima sempurna bila seluruh suku akhir sama bunyinya
(b) Rima tak sempurna bila sebagian suku akhir sama bunyinya
(c) Rima mutlak bila seluruh bunyi kata itu sama
(d) Asonansi perulangan bunyi vokal dalam satu kata
(e) Aliterasi: perulangan bunyi konsonan di depan setiap kata secara berurutan
(f) Pisonansi (rima rangka) bila konsonan yang membentuk kata itu sama, namun vokalnya berbeda.
Baca:
- Inilah Penjelasan tentang Pengertian Unsur Batin Puisi yang Tepat
- Inilah 20 Pengertian Puisi Menurut Para Ahli Sastra yang Tepat
Menurut letaknya
a. Rima depan: bila kata pada permulaan baris sama
b. Rima tengah: bila kata atau suku kata di tengah baris suatu puisi itu sama
c. Rima akhir bila perulangan kata terletak pada akhir baris
d. Rima tegak bila kata pada akhir baris sama dengan kata pada permulaan baris berikutnya.
e. Rima datar bila perulangan itu terdapat pada satu baris.
Menurut letaknya dalam bait puisi :
a. Rima berangkai dengan pola aabb, ccdd
b. Rima berselang dengan pola abab, cdef
c. Rima berpeluk dengan pola abba, cddc
d. Rima terus dengan pola aaaa, bbbb
e. Rima patah dengan pola abaa, bcbb
f. Rima bebas : rima yang tidak mengikuti pola persajakan yang disebut sebelumnya (Waluyo, 1991:93).
g. Efoni
Kombinasi bunyi yang merdu dan indah untuk menggambarkan perasaan mesra, kasih sayang, cinta dan hal-hal yang menggembirakan.
h. Kakafoni
Kombinasi bunyi yang tidak merdu, parau dan tidak cocok untuk memperkuat suasana yang tidak menyenangkan, kacau, serba tak teratur, bahkan memuakkan.
Pertentangan bunyi, tinggi rendah, panjang pendek, keras lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan (Waluyo, 1991:94).
Ritma
Ritma terdiri dari tiga macam, yaitu :
a. Andante: Kata yang terdiri dari dua vokal, yang menimbulkan irama lambat
b. Alegro: Kata bervokal tiga, menimbulkan irama sedang
c. Motto Alegro : kata yang bervokal empat yang menyebabkan irama cepat.
Metrum
Selain itu, terdapat pula istilah metrum, yakni perulangan perulangan kata yang tetap bersifat statis (Waluyo, 1991:94).
Nama metrum didapati dalam puisi sastra lama. Pengertian metrum menurut Pradopo adalah irama yang tetap, pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu (Pradopo, 1990:40).
Peranan metrum sangat penting dalam pembacaan puisi dan deklamasi.
Ada bermacam tanda yang biasa diberikan pada tiap kata. Untuk tekanan keras ditandai dengan ( / ) di atas suku kata yang dimaksudkan, sedangkan tekanan lemah diberi tanda ( U ) di atas suku katanya.
6. Tipografi atau Perwajahan
Ciri-ciri yang dapat dilihat sepintas dari puisi adalah perwajahannya atau tipografinya.
Melalui indera mata tampak bahwa puisi tersusun atas katakata yang membentuk larik-larik puisi.
Larik-larik itu disusun ke bawah dan terikat dalam bait-bait. Banyak kata, larik maupun bait ditentukan oleh keseluruhan makna puisi yang ingin dituliskan penyair.
Dengan demikian satu bait puisi bisa terdiri dari satu kata bahkan satu huruf saja.
Dalam hal cara penulisannya puisi tidak selalu harus ditulis dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan seperti bentuk tulisan umumnya. Susunan penulisan dalam puisi disebut tipografi (Pradopo, 1990:210).
Struktur fisik puisi membentuk tipografi yang khas puisi. Tiprografi puisi merupakan bentuk visual yang bisa memberi makna tambahan dan bentuknya bisa didapati pada jenis puisi konkret.
Tipografi bentuknya bermacam-macam antara lain berbentuk grafis, kaligrafi, kerucut dan sebagainya. Jadi tipografi memberikan ciri khas puisi pada periode angkatan tertentu.
Demikianlah pembahasan mengenai inilah penjelasan tentang pengertian unsur fisik puisi yang tepat. Semoga bermanfaat.