Analisis Teks Rekon: Bung Hatta
paket-wisatabromo.com-Semester 2 telah tiba. Saatnya kalian memasuki materi pelajaran Bahasa Indonesia bab 5. Materi pertemuan pada bab 5 ini berupa Analisis Teks Rekon. Teks Rekon yang akan dianalisis berjudul Bung Hatta.
Analisis Teks Rekon
Inspirasi, motivasi, dan pelajaran hidup dari tokoh tidak hanya bisa kalian dapatkan dari teks yang berbentuk biografi. Akan tetapi, kalian juga bisa menemukannya dalam bentuk teks rekon.
Teks rekon merupakan jenis teks yang menceritakan kembali suatu kronologi peristiwa tertentu berdasarkan pengalaman yang dialami di masa lalu dengan tujuan untuk memberi informasi atau menghibur pembaca.
Untuk lebih memahaminya, berikut ini teks rekon tentang Mohammad Hatta, Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama. Kalian diharapkan dapat menganalisis teks rekon untuk menemukan gagasan, pikiran, dan pesan yang tersurat maupun tersirat terkait tokoh.
Bacalah secara intensif teks rekon di bawah ini dengan mengikuti tahapan berikut.
a. Siapkan dan cermati teks dengan saksama!
b. Catat atau tandai hal-hal yang menurut kalian penting!
c. Jawablah beberapa pertanyaan terkait teks!
d. Bahas dan diskusikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut!
e. Susunlah rangkuman atau ringkasan teks!
f. Tulislah kesimpulan atau tanggapan terhadap teks!
g. Presentasikan atau publikasikan hasil kerja kelompok kalian!
h. Mintalah tanggapan, saran, masukan, dari kelompok lain!
Teks Rekon Bung Hatta
Bung Hatta Tidak Mudah Tergoda Harta
Bagi pejabat di Indonesia, kisah kejujuran Mohammad Hatta mungkin adalah sebuah legenda. Bung Hatta, yang pernah menduduki jabatan sangat penting di republik ini, adalah sosok pria yang dikenal sederhana dan tidak mudah tergoda harta.
Bahkan, biaya perjalanan dinasnya pun ia kembalikan ke negara ketika mengetahui ada kelebihan uang saku. Cerita ini berawal dari tuturan I Wangsa Widjaja, sekretaris pribadi sang wakil presiden (wapres) pertama tersebut.
Dalam buku yang berjudul Mengenang Bung Hatta, Wangsa, pria yang puluhan tahun mendampingi Bung Hatta, meriwayatkan jika bosnya selalu mengembalikan kelebihan uang negara yang diberikan sebagai anggaran perjalanan dinas.
Pada tahun 1970, ketika sudah tidak lagi menjadi wapres, Bung Hatta diundang ke Irian Jaya–sekarang bernama Papua. Saat diundang ke Irian Jaya, Bung Hatta juga meninjau tempat dimana ia pernah dibuang pada masa kolonial Belanda.
Drama pun terjadi ketika Bung Hatta disodori amplop berisi “uang saku” setelah ia dan rombongan tiba di Irian. “Surat apa ini?” tanya Bung Hatta.
Dijawab oleh Sumarno, menteri koordinator keuangan saat itu yang mengatur kunjungannya, “Bukan surat, Bung. Uang, uang saku untuk perjalanan Bung Hatta di sini.” “Uang apa lagi? Bukankah semua ongkos perjalanan saya sudah ditanggung pemerintah?
Dapat mengunjungi daerah Irian ini saja saya sudah harus bersyukur. Saya benar-benar tidak mengerti uang apa lagi ini?” “Lho, Bung.
Ini uang dari pemerintah, termasuk dalam biaya perjalanan Bung Hatta dan rombongan,” kata Sumarno coba meyakinkan Bung Hatta. “Tidak! Itu uang rakyat. Saya tidak mau terima. Kembalikan!” kata Bung Hatta menolak amplop yang disodorkan kepadanya.
Rupanya Sumarno ingin meyakinkan Bung Hatta bahwa dia dan semua rombongan ke Irian dianggap sebagai pejabat. Pada masa itu, pejabat diberi anggaran perjalanan, termasuk uang sakunya. Tidak mungkin dik embalikan lagi. Setelah terdiam sebentar Bung Hatta berkata, “Maaf, Saudara. Saya tidak mau menerima uang itu.
Sekali lagi saya tegaskan! Bagaimanapun itu uang rakyat dan harus dikembalikan pada rakyat!” Ketika mengunjungi Tanah Merah tempat ia diasingkan, setelah memberikan wejangan kepada masyarakat Digul, ia memanggil Sumarno. “Amplop yang berisi uang tempo hari apa masih Saudara simpan?” tanya Bung Hatta. Dijawab, “Masih Bung.” Lalu, oleh Bung Hatta amplop dan seluruh isinya diserahkan kepada pemuka masyarakat di Digul.
“Ini uang berasal dari rakyat dan telah kembali ke tangan rakyat,” kata Bung Hatta menegaskan. Cerita Bung Hatta menolak menerima uang lebih berlanjut satu tahun setelahnya, tepatnya pada tahun 1971 ketika ia pergi berobat ke Belanda.
Saat tiba di Indonesia, Bung Hatta bertanya kepada Wangsa tentang catatan penerimaan dan pemakaian uang selama perjalanan. Ketika mengetahui ada sisa uang, ia memerintahkan Wangsa mengembalikan kepada negara dan mengucapkan terima kasih kepada presiden. Wangsa pun bergegas mengembalikan uang ke Sekretariat Negara (Sekneg). Namun, Wangsa malah dijadikan bahan tertawaan di sana. Alasannya, uang yang sudah dikeluarkan dianggap sah menjadi milik orang yang dibiayai. Apalagi, yang dibiayai adalah mantan wakil presiden yang ditanggung negara.
Saat itu, Wangsa pusing tujuh keliling. Ia menjelaskan kepada Bung Hatta jika sisa uang perjalanan dinas adalah uang saku tambahan. Namun, Bung Hatta menegur Wangsa dengan keras. “Kebutuhan rombongan dan saya sudah tercukupi. Jadi, harus dikembalikan dan kalau masih ada sisanya itu wajib dikembalikan.” Wangsa menyebut, saat itu tidak ada terlintas dalam kepala Bung Hatta memanfaatkan uang dari negara untuk kepentingan pribadi. Padahal, saat itu ekonomi Bung Hatta morat-marit. Bung Hatta, kata Wangsa, selalu melihat uang dari negara adalah uang rakyat. Singkat cerita, Wangsa pun berhasil mengembalikan uang kepada Sekneg sembari membawa bukti penyerahan. Setelah itu, Bung Hatta puas.
Penulis: Karta Raharja Ucu (diunggah 26 Juni 2020)
Sumber: https://www.republika.co.id/berita/qchuts282/ bung-hatta-yang-tak-gila-harta dengan pengubahan
Analisis Teks Rekon
Untuk menganalisis teks rekon, menguji pemahaman membaca, kalian dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut!
1. Jelaskan mengapa kisah kejujuran Mohammad Hatta dianggap sebagai suatu legenda oleh para pejabat!
2. Jelaskan apa yang dimaksud “uang saku” dalam teks di atas!
3. Apa saja alasan Sumarno ketika memberikan amplop berisi uang kepada Mohammad Hatta?
4. Apa saja alasan yang mendasari Mohammad Hatta saat menolak uang pemberian Sumarno?
5. Jelaskan apa saja bukti bahwa Mohammad Hatta seorang yang sederhana dan tidak mudah tergoda harta!
6. Mohammad Hatta akhirnya memberikan uang dari Sumarno ke pemuka masyarakat di Digul. Menurut pendapat kalian, apakah hal itu sudah tepat? Jelaskan alasannya!
7. Mohammad Hatta memiliki pemikiran bahwa uang dari negara adalah uang rakyat. Jelaskan maksud dari pernyataan tersebut berdasarkan pemahanmu sendiri!
8. Menurut pendapatmu, bagaimana watak atau karakter Mohammad Hatta berdasarkan isi teks tersebut?
9. Apa saja pesan atau amanat yang terkandung dalam teks di atas?
10. Apakah kalian setuju dengan pemikiran dan sikap Bung Hatta dalam teks di atas? Jelaskan alasannya!
Berikut ini jawaban terhadap Sembilan pertanyaan di atas.
1. Hal tersebut karena cerita kejujuran Mohammad Hatta telah lama diketahui dan tersebar di lingkungan pejabat. Pada masa itu hingga sekarang, sangat jarang ditemui sosok pejabat yang mengembalikan kelebihan uang saku yang diterimanya pada saat perjalanan dinas.
2. Dalam KBBI, uang saku diartikan sebagai uang yang dibawa untuk keperluan sewaktu-waktu atau uang jajan. Dalam konteks kalimat tersebut, uang saku berarti uang yang disediakan untuk pejabat yang melakukan perjalanan dinas di luar biaya transportasi.
3. Sumarno beralasan bahwa uang tersebut adalah uang saku untuk perjalanan Bung Hatta sebagai Wakil Presiden RI yang berasal dari pemerintah dan sudah termasuk dalam biaya perjalanan Bung Hatta dan rombongan.
4. Mohammad Hatta beralasan bahwa uang yang perlu ditanggung pemerintah hanya biaya perjalanan. Jika ada uang lain yang diberikan, maka itu dianggap sebagai uang yang seharusnya tidak diterima dan perlu dikembalikan.
5. Walaupun Mohammad Hatta menjabat Wakil Presiden RI, beliau tidak serta merta menerima uang pemberian orang lain begitu saja yang dianggap bukan haknya. Beliau selalu beranggapan jika uang negara itu berasal dari uang rakyat dan tidak sepantasnya digunakan untuk kepentingan pribadi sekalipun kehidupan Bung Hatta serba kekurangan.
6. Sudah tepat. Alasannya karena sebagai uang dari negara maka uang tersebut lebih tepat diberikan pada masyarakat. Selain itu, pemuka masyarakat di Digul, Papua hidup di pelosok dan sangat memerlukan bantuan biaya dari pemerintah.
7. Uang negara ialah uang yang dimiliki negara yang berasal dari pendapatan negara dari sektor pajak, sektor bukan pajak, dan penerimaan hibah. Adapun pendapatan negara tersebut bisa berasal dari rakyat dan badan usaha. Oleh karena itu, Bung Hatta beranggapan bahwa uang negara itu adalah uang rakyat karena hakikatnya berasal dari rakyat.
8. Mohammad Hatta berwatak jujur, teguh pendirian, tegas, murah hati, sederhana, memegang prinsip. Hal ini tampak pada sikap beliau yang tidak menerima uang saku perjalanan dan uang tersebut diberikan pada pemuka masyarakat di Digul. Mohammad Hatta juga berprinsip tidak mau menggunakan uang negara sekalipun kehidupannya sederhana.
9. Bersikaplah jujur dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Janganlah menerima uang yang bukan hak milik kita.
10. Setuju. Alasannya karena pada masa sekarang diperlukan sikap pemimpin atau pejabat yang tidak mementingkan diri sendiri serta tidak menggunakan uang negara untuk kepentingan memperkaya diri dan untuk keperluan pribadi.
Baca:
1. Memahami Teks Biografi Ki Hadjar Dewantara: Bapak Pendidikan Indonesia- Unduh
2. Struktur Teks Biografi dan Contohnya-Unduh
3. Telaah Struktur Teks Biografi-Unduh
4. Contoh Teks Biografi-Unduh
5. Menulis Teks Biografi: Unsur, Asas, Langkah-Langkah, Hal yang Harus Diperhatikan, dan Manfaat-Unduh
6. Bahasa Teks Biografi: Pronomina, Verba, Adjektiva, Pengacuan, Kata Serapan-
Demikian pembahasan mengenai Analisis Teks Rekon: Bung Hatta. Semoga bermanfaat.