Cara Mementaskan Naskah Drama dengan Teknik yang Mudah

Cara Mementaskan Naskah Drama dengan Teknik yang Mudah

paket-wisatabromo.com-Halo, jumpa lagi ya dengan pelajaran bahasa Indonesia. Salam sehat dan tetap semangat. Inilah cara kamu untuk mencintai negeri. Cintailah bahasa Indonesia. Kamu masih belajar pada materi jenis teks drama. Kali ini kamu akan belajar dengan teknik yang mudah mengenai cara mementaskan naskah drama. Ayo, belajar menjadi sutradara. Profesi sutradara masih dibutuhkan lho di negeri ini.

Cara mementaskan naskah drama ini merupakan materi pelajaran bahasa Indonesia di kelas 8 SMP MTs khususnya semester 2. Kamu mau mendapat nilai yang bagus tentunya. Oleh karena itu, ikuti ya isi artikel ini. Kamu akan merasakan kemudahan dalam mempelajari materi ini.

Cara mementaskan naskah drama

Cara Mementaskan Naskah Drama dengan Teknik yang Mudah

Apabila sudah berhasil membuat naskah atau teks drama, sekarang kamu berusaha mementaskannya.

Cara Mementaskan Naskah Drama
1. Kenalilah Unsur-Unsur Pementasan Drama

Sudah kamu kenali kan unsur-unsur pementasa drama? Alhamdulilah kalau sudah. Berarti kamu sudah mengenali unsur-unsur pementasan drama.

Namun, bagi kamu yang belum mengenali unsur-unsur pementasan drama, berikut ini sajiannya.

Berikut ini adalah unsur-unsur pementasan drama. setidaknya ada delapan unsur pementasan drama, yaitu naskah drama, pemain atau aktor/aktris, sutradara, tata rias, tata busana, tata pentas, tata lampu, tata suara, dan penonton.

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing unsur pementasan drama tersebut.

a. Naskah Drama

Pementasan drama dilakukan berdasarkan naskah drama. Dalam naskah drama terdapat dialog dan teks samping yang akan menjadi panduan pementasan.

Naskah drama ini biasanya dibagi menjadi babak demi babak dan adegan demi adegan.

Dalam naskah drama termuat nama-nama tokoh dalam cerita, peran tokoh, dialog yang diucapkan, lakuan yang dilakukan para tokoh, alur cerita, dan penataan panggung.

b. Pemain (Aktor dan Aktris)

Pemain merupakan orang yang memerankan cerita di atas pentas. Aktor adalah pemain laki-laki, sedangkan aktris adalah pemain perempuan.

Pemain ini akan menentukan jalan cerita drama. Karena itu, seorang pemain harus dapat memahami tokoh yang diperankan dan harus dapat memerankannya dengan penghayatan yang tepat.

Dengan alasan ini, peran pemain ini sangat penting dalam pementasan sehingga Waluyo (2003:35) menyatakan bahwa aktor dan aktris menjadi tulang punggung pementasan.

Dengan aktor dan aktris yang tepat dan berpengalaman, serta didukung naskah dan sutradara yang baik, sebuah pementasan akan menjadi bermutu.

c. Sutradara

Tugas sutradara adalah mengkoordinasi segala anasir pementasan, sejak latihan sampai dengan pementasan selesai.

Tugas sutradara meliputi mengurus acting para pemain, mengurus kebutuhan yang berhubungan dengan artistik dan teknis.

Bahkan, urusan musik, tata panggung, tata lampu, tata rias, kostum, dan sebagainya diatur atas persetujuan sutradara.

Dengan tugas- tugas ini, dapat dipahami bahwa tugas sutradara tidaklah ringan dan mudah.

Selain penguasaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pentas, seorang sutradara juga harus memiliki kemampuan manajemen dan komunikasi yang bagus.

Sebagai pemimpin pementasan, seorang sutradara mengkoordinir banyak sekali orang, mulai dari pemain, tim tata rias, tim kostum, tim teknis panggung, dan sebagainya.

Meskipun sebagai pemimpin pementasan, seorang sutradara tetap harus mengakomodasi usulan dari tim.

d. Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah peran sesuai tuntutan lakon (Waluyo, 2003:131).

Karena itu, penata rias dalam pementasan drama harus memahami peran apa yang akan dimainkan oleh pemain yang diriasnya.

Terkait dengan watak dimensional, penata rias harus memahami dimensi fisiologis, psikologis, dan sosiologis tokoh.

Karena itu, tugas penata rias tidak sekadar membuat aktor menjadi ganteng dan aktris menjadi cantik, tetapi lebih dari itu adalah merias sesuai karakternya.

Penata rias memahami teknik membuat kumis atau jenggot buatan, teknik membuat pemain tampak galak, bahkan teknik membuat pemain menjadi menakutkan seperti hantu.

Secara lebih spesifik, seorang penata rias harus memiliki teknik seni dalam merias, seperti teknik shading hidung, meniruskan pipi, memajukan gigi, menebalkan mata, membuat keriput, membentuk alis dan teknik lainnya.

Selain itu, penata rias juga harus terampil dan cekatan mengingat pemain yang dirias bisa jadi banyak dengan teknik rias yang membutuhkan waktu yang lama.

Penata rias harus memiliki manajemen waktu yang baik sehingga pemainnya bisa siap sebelum pementasan dimulai.

e. Tata Busana

Penata busana dalam pementasan drama membantu aktor membawakan perannya sesuai tuntutan lakon (Waluyo, 2003:134).

Penata busana mengatur pakaian pemain, seperti bahan, model, dan cara mengenakannya.

Tata busana tidak bisa dipisahkan dengan tata rias. Karena itu, penata rias dan penata busana harus bekerja sama untuk saling menyesuaikan dan saling membantu untuk menciptakan tokoh yang hidup dalam pementasan.

Untuk pementasan dengan latar waktu dan latar sosial yang khas, penata busana harus melakukan riset untuk menentukan kostum yang tepat.

Sebagai contoh, pementasan drama dengan latar waktu sebelum kemerdekaan memerlukan busana-busana yang sesuai dengan masanya.

Begitupun untuk pementasan dengan latar sosial tipikal Suku Dayak. Penata busana harus detil memahami jenis kostum yang tepat.

f. Tata Pentas

Tata pentas adalah segala hal yang terkait dengan penataan tempat pementasan. Istilah tata panggung biasanya digunakan untuk pementasan di panggung.

Namun, pementasan dapat juga dilakukan di arena, tanah lapang, ruangan, atau tampat yang lain. Penata pentas biasanya dilakukan secara tim.

Panggung atau tempat pentas lainnya mendeskripsikan tempat, waktu, dan suasana yang terjadi. Tata pentas ini berhubungan dengan tata lampu dan tata suara.

g. Tata Lampu

Penata lampu bertugas mengatur pencahayaan di panggung. Karena itu, bagian ini sangat terkait dengan tata panggung.

Tata lampu dalam pementasan tidka sekadar memberi penerangan selama pementasan. Lebih dari itu, lampu memiliki banyak fungsi.

Fungsi tata lampu menurut Waluyo (2003:137-138) di anataranya adalah memberi efek alamiah dari waktu (misalnya jam, musim, cuaca, dan suasana), membantu melukis bayangan, mengekspresikan mood dan atmosfer lakon, dan sebagainya.

h. Tata Suara

Tata suara bisa terkait pengaturan pengeras suara (sound system), microphone, musik latar, musik dan suara-suara pengiring, dan sebagainya.

Menurut Waluyo (2003:148), musik dapat menjadi bagian lakon, tetapi yang terbanyak justru digunakan seabgai ilustrasi, baik sebagai pembuka seluruh lakon, pembuka adegan, memberi efek pada lakon, maupun sebagai penutup lakon.

Tata suara berfungsi memberikan efek suara yang diperlakukan lakon, seperti bunyi suara burung, suara tangis, suara kereta api, dan sebagainya.

Untuk memberikan efek tertentu, musik sering digabung dengan suara (sound effect).

Di dalam naskah, tata suara ini sering kali tidak tidak dijelaskan secara detil. Informasi dalam teks samping biasanya bersifat umum, seperti musik pelan, gaduh, sendu, atau sedih.

Musik pengiring sebaiknya berada di balik layar agar tidak mengganggu para pemain dengan volume yang tepat.

i. Penonton

Penonton menjadi unsur penting dalam pementasan drama. Kesuksesan sebuah pementasan drama dapat dilihat dari respon para penonton.

Penonton akan mengapresiasi pementasan sesuai dengan latar belakang pendidikan, ekonomi, ideologi, minat, dan sebagainya.

2. Menentukan Unsur Drama yang dianggap menonjol

Dari sekian unsur pementasan drama, tentu terdapat unsur yang paling menarik atau istimewa.

Menarik atau tidak menariknya pementasan drama, bergantung unsur istimewa tersebut. Oleh karena itu, unsur menarik tersebut harus disiapkan lebih sunguh-sungguh.

Seperti dalam drama “persahabatan” unsur menariknya adalah dialog dan alur pada peristiwa kempesnya ban motor Winda dan Dina.

3. Menjiwai Watak Tokoh dalam Pementasan Drama

Ketika sudah menghafal dialog tokoh, bukan berarti tugas kamu sudah selesai.  kamu harus menjiwai wataknya.

Jika tidak menjiwai wataknya, tokoh yang kamu perankan akan terasa datar, hambar, dan tidak menarik.

Untuk itu, kamu harus mengenal betul watak tokoh yang akan kamu perankan. Watak tokoh ini dapat dilihat dari dialog dan gerak-geriknya.

Siapkanlah hal-hal yang menunjang untuk menguatkan watak tersebut. Sebagai contoh, watak Astrid yang suka menolong dapat diwujudkan dengan ikut mendorong sepeda motor Dina dan Winda.

Perlu kamu ingat bahwa penjiwaan yang baik akan menghidupkan karakter dan tentu akan menjadikan drama sebih menarik.

4. Membagi Peran sesuai dengan Keahlian

Bagian inilah yang terpenting dilakukan sebelum pementasan, yaitu membagi peran. Perlu kamu perhatikan bahwa peran yang dimaksud bukan hanya peran di atas panggung.

Peran dalam drama mencakup semua orang yang terlibat, termasuk orang-orang di belakang panggung. Peran yang tepat akan mendukung kesuksesan pementasan.

Baca:

Demikianlah pembahasan mengenai cara mementaskan naskah drama dengan teknik yang mudah. Semoga bermanfaat.

Incoming search terms:

  • mementaskan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *