Kaidah Kebahasaan Teks Diskusi Menurut Buku Bahasa Indonesia Kelas 9
paket-wisatabromo.com- Kaidah kebahasaan teks diskusi menurut buku bahasa Indonesia kelas 9 merupakan materi pelajaran bagi peserta didik SMP MTs kelas 9 semester 2.
Berdasarkan Kurikulum 2013, materi Kaidah kebahasaan teks diskusi menurut buku bahasa Indonesia kelas 9 ini tergolong ke dalam aspek pengetahuan.
Aspek pengetahuan adalah aspek yang ada di dalam materi pembelajaran untuk menambah wawasan siswa di suatu bidang.
Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
Dari sisi pengetahuan bahasa, materi inilah contoh-contoh teks diskusi dengan aneka tema yang tepat tergolong ke dalam aspek berbahasa yang reseptif.
Aspek berbahasa reseptif adalah kemampuan untuk memahami bahasa lisan yang didengar atau dibaca.
Kemampuan ini bersifat sebagai input atau masukan. Contohnya yaitu saat anak mendengarkan dan mengikuti instruksi seperti “Ayo kita pahami kaidah bahasa teks diskusi”
Peserta didik SMP MTs kelas 9 semester 2 diharapkan dapat menguasai materi ini.
Pada umumnya, penguasaan terhadap suatu materi itu ditandai dengan perolehan nilai minimal mencapai KKM.
Untuk membantu peserta didik SMP MTs kelas 9 semester 2 ini, pada kesempatan yang baik ini akan dibagikan mengenai Kaidah kebahasaan teks diskusi menurut buku bahasa Indonesia kelas 9. Semoga bisa dimanfaatkan untuk bahan belajar, ya.
Kaidah Kebahasaan Teks Diskusi Menurut Buku Bahasa Indonesia Kelas 9
Penggunaan bahasa yang efektif sangat penting dalam teks untuk tujuan persuasif, khususnya diskusi.
Kita dapat menilai penggunaan bahasa untuk tujuan persuasif tersebut dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.
1. Audensi
Apakah bahasa yang digunakan dapat meyakinkan pembaca atau pendengar?
2. Gagasan
Apakah kata-kata yang digunakan mampu menjelaskan dan menghubungkan gagasan, argumen/alasan?
3. Sarana persuasif
Apakah jelas gambaran posisi (pendapat) penulis dan mencoba meyakinkan pembaca atau pendengar?
4. Kosakata
Apakah kosakata yang digunakan sesuai dengan topik atau konteks tugas?
5. Kohesi
Apakah kata rujukan, kata ganti, konjungsi, digunakan dengan tepat baik dalam kalimat dan paragraf?
Sarana khusus untuk menunjang keberhasilan kita dalam meyakinkan orang lain maka perlu diperhatikan ciri-ciri kebahasaan yang biasa digunakan dalam teks diskusi.
Ciri-ciri Kebahasaan dalam Teks Diskusi
1. Kalimat yang digunakan dalam teks diskusi yang menunjukkan waktu sekarang karena biasanya berbicara tentang permasalahan aktual.
Kata-kata yang digunakan yang menunjukkan waktu kini dan menunjukkan apa yang sedang terjadi, misalnya: adalah, merupakan, sedang, artinya, perlu, bertindak, hentikan, selamatkan, perang, kehilangan, perbaiki.
2. Kata yang mewakili pikiran dan perasaan membawa emosi dari pandangan penulis.
Misalnya: percaya, yakin, pikir, rasa, suka, kagum, senang, terkejut, ragu, dan harap.
3. Kata emotif melibatkan pikiran pembaca seakan pembaca melihat persoalan seperti yang kita pikirkan.
Misalnya: ganas, unil, liar, buas, berharga, istimewa, kumal, menakjubkan, berbahaya, brutal, sejuk, dan lembut.
4. Bahasa evaluatif untuk mengkaji argumen dan bukti pendukung.
Misalnya: penting, sederhana, berpikiran sempit, mengancam, sangat jelas, menguntungkan, bagi masa depan, lebih mudah, diharapkan, terlalu rapuh, penilaian buruk, tidak dapat diakui, hanya pilihan.
5. Derajat kepastian (Juga dikenal dengan istilah modalitas) seberapa pasti dengan pernyataan kita sendiri?
Apakah kita ingin membuat orang lain setuju dengan pendapat kita, atau kita ingin membuat orang lain menjadi ragu dengan pendapatnya?
Misalnya: dapat, akan, mesti, seharusnya, selalu, biasanya, hampir, nyaris, yidak pernah, kadang-kadang, umumnya, pasti, harus, tak perlu dipersoalkan, hampir tidak pernah.
6. Konjungsi dan penanda kohesi-koherensi. Konjungsi digunakan untuk menggabungkan dua gagasan dalam satu kalimat.
Kohesi merupakan keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana, sehingga terciptalah pengertian yang apik.
Kohesi merujuk pada pertautan bentuk, sedangkan koheren merujuk kepada pertautan makna. Wacana yang baik umumnya memiliki kohesi dan koherensi di dalamnya.
Misalnya: dan, tetapi, namun, bagaimanapun, alasan lain, mengapa, juga, dalam hal lain, atau, pertama, kedua, akhirnya.
selain itu, antara lain : tanpa memperhatikan, tidak semua orang setuju, sementara, meskipun, yang utama, pada akhirnya, sebab, oleh karena itu.
Konjungsi
Konjungsi atau kata sambung berfungsi untuk menghubungkan dua pikiran atau dua pengertian.
Kata seperti: dan, kalau, atau adalah kata konjungsi. kata konjungsi dapat menghubungkan dua kata, frasa, klausa (dalam satu kalimat), menghubungkan antarkalimat dalam paragraf, atau konjungsi antarparagraf.
dan : menandai hubungan setara, penambahan
atau : menandai hubungan pemilihan
tetapi : menandai hubungan pertentangan, perlawanan
Pembagian konjungsi
waktu | sesuda, setelah itu, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, pada saat, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai |
Syarat | jika, kalau, jikalau, asalkan, bila, manakala |
Pengandaian | andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya |
Tujuan | agar, supaya, biar |
Konsesif | biarpun, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, kendatipun |
Pemiripan | seakan-akan, seoalah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, bak |
Penyebaban | sebab, karena, karenanya, karena itu, oleh sebab itu |
Pengakibatan | hingga, sehingga, sampai, sampai-sampai, makanya |
Penjelasan | bahwa |
Cara | dengan |
Harapan | moga-moga, semoga, mudah-mudahan, |
Pengecualian | kecuali |
Urutan | lalu, terus, kemudian |
Kohesi dan Koherensi
Perhatikan dua contoh teks berikut ini!
1. Pak ali pergi ke Pasar Baru. Pak Ali naik bus metromini. Bu tahir membeli sepatu baru. karena ada pihak pajak impor, harga mobil rakitan dalam negeri juga ikut naik. Mobil yang dibeli Parwati harganya 150 juta rupiah.
2. Pak Ali pergi ke Pasar Baru naik bus metromini. Ia pergi membeli sepatu baru. Karena ada pajak impor, maka harga sepatu dalam negeri juga ikut naik. Sepatu yang dibeli Pak Ali itu harganya seratus ribu rupiah.
Hubunga kalimat dalam teks 1 tidak ada pertautan bentuk, tidak ada kohesi. pada teks 2 terlihat pertautan bentuknya.
Kalimat pertama tentang Pak Ali pergi kemana dengan apa. kalimat kedua tentang tujuan pergi.
kalimat ketiga dan berikutnya bercerita tentang sepatu yang akan dibeli, hubungan antara harga sepatu den kenaikan pajak impor.
Karena bentuknya saling terpaut, maka maknanya sjuga saling terpaut (koherensi).
Wacana atau teks yang baik memiliki pertautan bentuk (kohesi) dan pertautanan makna (keherensi).
Namun, ada juga paragraf yang tanpaknya memiliki kohesi tetapi tidak keherensi. Perhatikan contoh berikut ini.
3. Dengan bantuan Pemerintah, pejabat itu memiliki mobil baru. Mobil itu berwarna biru. biru muda menjadi warna idaman kaum muda sekarang. Sekarang ini teknologi banyak mengubah keadaan dalam waktu singkat, khususnya moral orang Indonesia. Waktu ini orang seakan-akan di persimpangan jalan. jalan ke surga atau ke neraka rupanya tidak dipedulikan lagi. Surga dunia dituntut orang dengan itikad neraka yang menggebu-gebu.
Kohesi pada teks 3 terlihat sempurna. Ada kata yang memautkan antara kalimat berikutnya: mobil baru-warna biru-biru muda-sekarang-sekarang ini-jalan-jalan surga-surga-neraka.
Dalam teks 3 tidak ada pertautan makna atau koherensi. Teks 3 tersebut tidak tepat jika disebut dengan wacana. Labih tepat jika kita menyebutnya dengan istilah kumpulan kalimat.
Kita harus memahami penggunaan konjungsi agar teks yang disusun memiliki kohesi dan koherensi yang baik.
Teks diskusi menuntut kohesi dan koherensi yang lebih meyakinkan agar tujuan teks diskusi tercapai dengan efektif.
Baca: Inilah Contoh-Contoh Teks Diskusi dengan Aneka Tema yang Tepat
Demikianlah pembahasan mengenai kaidah kebahasaan teks diskusi menurut buku bahasa Indonesia kelas 9. Semoga bermanfaat.