Majas Personifikasi dalam Teks Deskripsi Buku SMP MTs Kelas 7 Sekolah Penggerak

Majas Personifikasi dalam Teks Deskripsi Buku SMP MTs Kelas 7 Sekolah Penggerak

paket-wisatabromo.com- Pada kesempatan kali ini, pembahasan masalah bahasa dalam teks deskripsi  adalah mengenai majas personifikasi dalam teks deskripsi.

Majas personifikasi dalam teks deskripsi ini masih ada dalam lingkup materi kebahasaan yang memiliki peran penting dalam sebuah teks deskripsi.

Majas personifikasi tentunya mempunyai fungsi yang sangat bagus dalam pengembangan teks deskripsi. Mengingat fungsi majas inilah, artikel ini khusus membahas mengenai majas personifikasi.

Majas Personifikasi dalam Teks Deskripsi Buku SMP MTs Kelas 7 Sekolah Penggerak

Selain kata konkret dan kalimat perincian, kalian juga dapat menggunakan majas saat menggambarkan suatu objek dalam teks deskripsi, misalnya majas personifikasi.

Pengertian

Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati seolah-olah hidup seperti manusia.

Contoh majas Personifikasi

Angin yang bertiup memainkan rambut dan berputar di sekeliling tubuh. Benda mati tentu tidak bisa bergerak. Namun, pada kalimat tersebut angin digambarkan seolah hidup seperti manusia yang dapat memainkan rambut dan berputar.

Hal ini ditandai dengan penggunaan kata kerja yang membuat benda mati seolah-olah hidup, yaitu kata memainkan dan berputar.

Contoh Personifikasi lainnya

1. Mobil itu batuk-batuk dan menyemburkan asap hitam saat lewat di depanku.

Kata “batuk-batuk dan menyemburkan” membuat benda mati seolah-olah menjadi hidup.

2. Kami belajar diiringi nyala lilin yang menari-nari dalam kegelapan.

Kata “menari-nari” membuat lilin dapat berperilaku seperti manusia. seba yang bisa menari itu adalah manusia.

3. Bunyi sirene pemadam kebakaran itu menjerit-jerit menyuruh kami minggir.

“Menjerit-jerit menyuruh kami minggir” tidak mungkin dilakukan oleh sirine, tapi hanya dapat dilakukan oleh manusia.

4. Kasurku seperti memanggil-manggilku begitu aku memasuki kamar pada siang terik itu.

Yang bisa “memanggil-manggil” adalah manusia bukan kasur seperti dalam kalimat di atas.

5. Rasa sambal yang pedas itu membakar lidahku.

Perbuatan “membakar” adalah manusia. Tidak mungkin rasa sambal bisa berperilaku seperti manusia yaitu membakar.

Contoh Majas Personifikasi dalam Kutipan Novel

Sekarang bacalah kutipan novel ini baik-baik.

Misteri Terowongan Kereta “Kalian tahu kenapa binatang ini disebut ‘kereta api’?” Bapak bertanya sambil takzim menatap langit-langit gerbong, ke sebuah kipas angin karatan yang tidak berfungsi lagi.

Kami yang duduk rapi di sebelah Bapak, antusias ikut mengamati seluruh gerbong. Celingukan ke depan belakang, menatap ke luar jendela, melihat batang pohon berpilin seperti berlari.

Hutan pedalaman Sumatra yang selalu berkabut di pagi hari. Bapak tersenyum, dia sudah menduga kalau kami, jangankan menjawab pertanyaan, mendengarkan kalimatnya barusan pun tidak.

Dia paham, ini perjalanan pertama kalinya aku dan Burlian dengan kereta api. Meski si ular besi ini sudah menjadi bagian kehidupan kampung, dengan suara klaksonnya yang tidak pernah alpa, melenguh nyaring setiap subuh buta dan tengah malam, sejatinya kami dan boleh jadi anak-anak lain belum banyak yang menaiki kereta api dalam sebuah perjalanan sungguhan. (Dikutip dari Tere Liye, 2010: 1).

Dapatkah kalian menemukan majas personifikasi pada kutipan tersebut? Tandai dan tulislah pada buku tulis kalian!

1. Celingukan ke depan belakang, menatap ke luar jendela, melihat batang pohon berpilin seperti berlari.

2. Meski si ular besi ini sudah menjadi bagian kehidupan kampung, dengan suara klaksonnya yang tidak pernah alpa, melenguh nyaring setiap subuh buta dan tengah malam, sejatinya kami dan boleh jadi anak-anak lain belum banyak yang menaiki kereta api dalam sebuah perjalanan sungguhan.

Majas Personifikasi dalam Teks Deskripsi “Pantan Terong yang yang Instagramable

Pantan Terong adalah nama tempat wisata yang sedang populer di Kota Takengon. Akhirnya, aku menginjakkan kaki juga di sini.

Kalau kalian berkunjung ke Aceh, sempatkan mampir juga ke bukit yang instagramable ini, Ya, aku jamin, kalian tidak akan merasa rugi!

Kami berangkat dari Banda Aceh pukul 01.00 siang. Pukul 08.00 malam kami tiba di rumah Paman di Kota Takengon. Setelah makan malam, Paman menyuruh kami bergegas tidur.

Kami akan pergi segera setelah salat subuh. Siapa tahu kami bisa menyaksikan matahari terbit di Pantan Terong! Kota Takengon masih gelap dan sepi saat kami berangkat pagi itu.

Hanya dalam waktu 15 menit, kami sudah tiba di jalan mendaki ke arah puncak bukit. Wow, jalanan kecil itu menanjak dan curam dengan tikungan-tikungan yang tajam!

Deg-degan sekali rasanya. Untung Paman lihai mengendarai mobil. Kata Paman, hanya mobil berkondisi prima yang bisa memanjat jalanan securam ini. Untung saja ketegangan itu segera berakhir.

Sesampai di atas, Paman memarkir mobil di luar pagar dan kami pun masuk ke dalam.

Dari ketinggian 1.830 meter di atas permukaan laut, kami dapat melihat warna langit yang jingga terkena semburat sinar matahari di balik deretan gunung-gunung yang kokoh.

Warna itu kontras sekali dengan perbukitan yang hijau, perkebunan, lembah-lembah yang sangat cantik, dan Kota Takengon yang terlihat kecil dari sini.

Oh ya, kalian juga dapat melihat Danau Laut Tawar yang seperti berkilau diterpa sinar matahari pagi.

Pokoknya rasa kantuk karena bangun pada pagi buta tadi sudah terbayar dengan pemandangan cantik ini. Kata Paman, kalian juga dapat menikmati pelangi yang muncul setelah hujan.

Wah, aku jadi penasaran! Lain kali aku harus ke sini lagi. Nah, matahari sudah makin tinggi, waktunya untuk swafoto. Wah, banyak sekali latar yang dapat dipilih untuk swafoto!

Ada ayunan di depan tulisan Pantan Terong yang dicat senada dengan warna bendera pusaka, merah dan putih. Apabila kalian berswafoto di sana, kalian akan mendapatkan latar lembah yang mengepung Kota Takengon di kejauhan. Keren, kan?

Bagus, ya? Pasti kalian tidak tahu aku sedang menggigil kedinginan. Setelah berswafoto, apa lagi? Di sini kalian pun dapat mencicipi aneka jenis sajian kopi asli Tanah Gayo.

Kalian dapat memilih berbagai varian minuman kopi, seperti espresso, cappuccino, mochacino, hingga latte .

Makin siang makin banyak pengunjung berdatangan. Matahari makin tinggi dan hawa sejuk memeluk kami. Angin yang bertiup memainkan rambut dan berputar di sekeliling tubuh membuat kami ingin berswafoto lagi dan lagi.

Sebelum pulang, ibuku membeli suvenir yang berbentuk kopi gayo. Katanya, kita harus membantu perajin lokal.

Nah, tunggu apa lagi? Dengan mengunjungi Pantan Terong, kalian pun ikut mempromosikan wisata dan kerajinan lokal.

Berikut ini adalah majas personifikasi dalam teks deskripsi tersebut.

1. Kata Paman, hanya mobil berkondisi prima yang bisa memanjat jalanan securam ini.

2. Dari ketinggian 1.830 meter di atas permukaan laut, kami dapat melihat warna langit yang jingga terkena semburat sinar matahari di balik deretan gunung-gunung yang kokoh.

3.Warna itu kontras sekali dengan perbukitan yang hijau, perkebunan, lembah-lembah yang sangat cantik, dan Kota Takengon yang terlihat kecil dari sini.

4. Matahari makin tinggi dan hawa sejuk memeluk kami.

5. Angin yang bertiup memainkan rambut dan berputar di sekeliling tubuh membuat kami ingin berswafoto lagi dan lagi.

Baca:

Demikianlah pembahasan mengenai majas personifikasi dalam teks deskripsi. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *