Memahami Isi Teks Deskripsi: Ide Pokok dan Ide Pendukung, Bahan Ajar Bahasa Indonesia SMP MTs Kelas 9 Semester 1
paket-wisatabromo.com-Kali ini saatnya kalian yang duduk di kelas 9 memasuki materi pelajaran Bahasa Indonesia bab 1 semester 2. Materi pertemuan pertama pada bab 1 ini adalah Memahami Isi Teks Deskripsi. Tujuannya adalah agar kalian sebagai peserta didik dapat menemukan ide pokok dan pendukung melalui menjawab pertanyaan bacaan dengan tepat.
Memahami Isi Teks Deskripsi: Ide Pokokdan Ide Pendukung
Sebelum mengidentifikasi ide pokok dan ide pendukung pada teks deskripsi, baiklah kalian diajak Memahami Isi Teks Deskripsi terlebih dahulu.
Di kelas sebelumnya, teks deskripsi dan ciri-cirinya telah kalian pelajari. Untuk menyegarkan ingatan, mari kita bahas kembali secara singkat.
Teks deskripsi memaparkan objek atau tempat secara terperinci, berisi pemaparan atau penggambaran yang detail sehingga seolah-olah pembaca dapat membayangkan objek atau tempat yang digambarkan dalam teks tersebut.
Biasanya, teks deskripsi mengandung unsur emosi, seolah-olah pembaca dapat merasakan, melihat, dan mendengar objek yang dipaparkan.
Tujuannya adalah memerincikan dan menggambarkan objek dari sudut pandang penulis agar pembaca ikut terlibat dalam peristiwa dan perasaan yang dialami penulis.
Selain itu, teks deskripsi juga menggunakan majas untuk menguatkan emosi penulis sehingga tersampaikan kepada pembaca.
Memahami Isi Teks Deskripsi: Ide Pokok danIde Pendukung
Mengidentifikasi Ide Pokok dan Ide Pendukung pada Teks Deskripsi
Cermati teks deskripsi berikut ini!
Yang Lebih Penting dari Aku
1. “Diam saja dari tadi. Baca terus, seperti yang paling pintar saja.” “Iya. Kita ini dianggap patung?” “Bukan patung, tapi angin.” Mataku ke arah buku yang kubaca, tetapi telingaku mendengar semuanya. Walau mereka berbicara dengan suara rendah, suasana sunyi mengantarkan setiap bunyi dengan setia.
2. Aku benar-benar tidak ingin di sini. Terlihat orang dengan berbagai penampilan mondar-mandir lantas duduk, lalu berdiri dalam diam. Wajah-wajah gundah dan lelah membuatku tambah lemas. Kapan ini semua berakhir? Tengah malam begini, seharusnya aku bisa duduk santai di rumah, baca, atau main game. Sejak sore, aku ingin minta izin pulang. It’s impossible . Mustahil. Mana mungkin aku bisa pulang saat seluruh keluarga berkumpul.
3. Aku kembali membaca bukuku, tetapi tak satu pun kalimat kupahami. Suara-suara yang menyindirku itu masih terdengar, kadang diselingi tawa. Aku cukup yakin, jika aku mengangkat wajah, salah satu atau beberapa orang dari mereka sedang melirikku. Aku tidak suka, tetapi mau bagaimana lagi? Walau tak kukenal dengan baik, mereka semua terikat darah denganku.
4.This is it. Cukup sudah. Aku tidak tahan lagi. Aku harus bicara. Akan kutegur mereka. Seenaknya saja menggunjingkan orang yang ada di depannya. Kemarahan tiba-tiba memenuhi dadaku. Aku berdiri sambil mengentakkan kaki. Derit nyaring kursi besi tua membuat beberapa orang menoleh.
5. Kudekati sumber suara gaduh itu. “Maaf. Apa aku mengganggu kalian?” Aku sendiri terkejut mendengar nada suaraku. Aku benar-benar sedang kesal. “Eh, ada apa?” tanya Edo. Dia anak Om Samsudin, kakak ayahku. Aku dan Edo seumur, tetapi kami tidak pernah cocok. Bahar berdiri, “Iya. Ada apa? Mengganggu bagaimana?”
6. Kukepalkan tangan, aku berbicara di antara gigi yang terkatup. “Aku tahu, tadi kalian membicarakan aku. Maaf kalau aku tidak bisa ikut mengobrol. Aku memilih membaca karena aku ingin tenang.” “Siapa yang membicarakanmu? Kami bicara sendiri dari tadi,” sahut Marlina yang disambut anggukan oleh yang lain. Mereka bersahutan cukup ramai sehingga beberapa pasang mata mengamati kami.
7. “Jangan bertengkar di sini. Tidak pantas,” Edo bicara lagi. “Justru kalian yang memulai. Aku kan tidak mengganggu,” bisikku kaku. “Kamu tidak mau bergabung, dan itu mengganggu,” Bahar mencondongkan bahunya ke arahku.
8. Amarah mencengkeramku. Aku benar-benar siap meledak. Aku merasa deru jantungku kian kencang. Kepalanku kian kuat. Aku bisa merasakan ujung kuku menekan telapak tanganku. Kemarahan menguasaiku.
9. Tepat pada saat itu, pintu geser kehijauan itu terbuka. “Keluarga Bapak Pattarani!” Seperti disemprot air dengan selang, kami berhamburan mendekat. “Operasi berhasil, pasien ada di ruang pemulihan.”
10. Ayahku bangkit dan mengusap matanya berkali-kali. Para om dan tante tersenyum lega dan segera sibuk mengabarkan kebahagiaan itu. Sepupu-sepupu yang sudah tertidur jadi terbangun, sebagian menangis karena terkejut sekaligus gembira. Kakek kesayangan kami terlepas dari bahaya. Seruan syukur berdengung memenuhi ruangan.
11. Marlina melompat kemudian menyalamiku dan Edo sekaligus. Kami semua bahagia, walau beberapa detik sebelumnya kami nyaris baku hantam. (Farida 2020)
Memahami Isi Teks Deskripsi: Ide pokok dan ide pendukung
Kini tugas kalian adalah menentukan ide pokok dan ide pendukung paragraf-paragraf dalam teks “Yang Lebih Penting dari Aku”.
Ide pokok adalah topik yang menjadi pokok pengembangan sebuah paragraf. Dengan kata lain, ide pokok adalah intisari dari sebuah paragraf.
Ide pokok diperkuat oleh ide pendukung. Artinya, ide pendukung memperkuat dan melengkapi ide pokok.
Untuk menemukan ide pokok, kalian perlu membaca sebuah paragraf dengan saksama. Temukan kalimat yang mewakili isi paragraf tersebut.
Posisi kalimat yang menjadi ide pokok tersebut dapat di awal, di akhir, di awal dan akhir, dan di tengah paragraf.
Kadang, kalian harus menyimpulkan ide pokok tersebut dengan kalimat kalian sendiri. Karena itu, kalian harus mencermati bacaan dengan sebaik-baiknya.
Nama Paragraf Letak Ide Pokok dalam Paragraf
Deduktif awal
Induktif akhir
Deduktif induktif (campuran) awal dan akhir
Ineratif tengah
Berikut ini adalah penjelasan mengenai ide pokok dan letaknya, ide pendukung dan letaknya untuk paragraf 1- 11.
Paragraf 1 :
“Diam saja dari tadi. Baca terus, seperti yang paling pintar saja.” “Iya. Kita ini dianggap patung?” “Bukan patung, tapi angin.” Mataku ke arah buku yang kubaca, tetapi telingaku mendengar semuanya. Walau mereka berbicara dengan suara rendah, suasana sunyi mengantarkan setiap bunyi dengan setia.
Ide Pokok : Suasana sunyi
Letak Ide Pokok : Akhir paragraf
Ide Pendukung : Diam, baca, patung, angina,suara rendah
Letak Ide Pendukung : kalimat 1, 2, 3, 4, 5
Nama paragraf : Induktif
Paragraf 2 :
Aku benar-benar tidak ingin di sini. Terlihat orang dengan berbagai penampilan mondar-mandir lantas duduk, lalu berdiri dalam diam. Wajah-wajah gundah dan lelah membuatku tambah lemas. Kapan ini semua berakhir? Tengah malam begini, seharusnya aku bisa duduk santai di rumah, baca, atau main game. Sejak sore, aku ingin minta izin pulang. It’s impossible . Mustahil. Mana mungkin aku bisa pulang saat seluruh keluarga berkumpul.
Ide Pokok : Aku tidak ingin di sini
Letak Ide Pokok : Awal paragraf
Ide Pendukung : terlihat orang mondar-mandir, wajah gundah, membuat
lemas, kapan berakhir, seharusnya santai, ingin pulang,
tidak mungkin pulang, seluruh keluarga berkumpul.
Letak Ide Pendukung : kalimat 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
Nama Paragraf : Deduktif
Paragraf 3 :
Aku kembali membaca bukuku, tetapi tak satu pun kalimat kupahami. Suara-suara yang menyindirku itu masih terdengar, kadang diselingi tawa. Aku cukup yakin, jika aku mengangkat wajah, salah satu atau beberapa orang dari mereka sedang melirikku. Aku tidak suka, tetapi mau bagaimana lagi? Walau tak kukenal dengan baik, mereka semua terikat darah denganku.
Ide Pokok : mereka semua terikat darah denganku
Letak Ide Pokok : di akhir paragraf
Ide Pendukung : kembali membaca buku, mereka menyindir, mereka
melirikku, aku tidak suka,
Letak Ide Pendukung : 1, 2, 3, 4,
Nama Paragraf : Induktif
Paragraf 4 :
This is it. Cukup sudah. Aku tidak tahan lagi. Aku harus bicara. Akan kutegur mereka. Seenaknya saja menggunjingkan orang yang ada di depannya. Kemarahan tiba-tiba memenuhi dadaku. Aku berdiri sambil mengentakkan kaki. Derit nyaring kursi besi tua membuat beberapa orang menoleh.
Ide Pokok : Kemarahan memenuhi dadaku.
Letak Ide Pokok : di tengah paragraf
Ide Pendukung : Aku tidak tahan lagi, harus bicara, kutegur mereka. Seenaknya menggunjingkan orang, beberapa orang menoleh
Letak Ide Pendukung : kalimat 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8
Nama Paragraf : Ineratif
Paragraf 5 :
Kudekati sumber suara gaduh itu. “Maaf. Apa aku mengganggu kalian?” Aku sendiri terkejut mendengar nada suaraku. Aku benar-benar sedang kesal. “Eh, ada apa?” tanya Edo. Dia anak Om Samsudin, kakak ayahku. Aku dan Edo seumur, tetapi kami tidak pernah cocok. Bahar berdiri, “Iya. Ada apa? Mengganggu bagaimana?”
Ide Pokok : Aku benar-benar sedang kesal
Letak Ide Pokok : di tengah paragraf
Ide Pendukung : suara gaduh, aku mengganggu, Aku terkejut mendengar suaraku, Edo bertanya ada apa, Dia anak Om Samsudin, tidak pernah cocok.
Letak Ide Pendukung : kalimat 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9
Nama Paragraf : Ineratif
Paragraf 6 :
Kukepalkan tangan, aku berbicara di antara gigi yang terkatup. “Aku tahu, tadi kalian membicarakan aku. Maaf kalau aku tidak bisa ikut mengobrol. Aku memilih membaca karena aku ingin tenang.” “Siapa yang membicarakanmu? Kami bicara sendiri dari tadi,” sahut Marlina yang disambut anggukan oleh yang lain. Mereka bersahutan cukup ramai sehingga beberapa pasang mata mengamati kami.
Ide Pokok : Kukepalkan tangan, aku berbicara di antara gigi yang
terkatup.
Letak Ide Pokok : awal paragraf
Ide Pendukung : kalian membicarakan aku, aku tidak bisa ikut mengobrol, Aku
aku ingin tenang, Siapa yang membicarakanmu, Kami bicara
sendiri, sahut Marlina, anggukan yang lain. Mereka
bersahutan ramai, mengamati kami.
Letak Ide Pendukung : kalimat 2, 3, 4, 5, 6, 7
Nama Paragraf : Deduktif
Paragraf 7 :
“Jangan bertengkar di sini. Tidak pantas,” Edo bicara lagi. “Justru kalian yang memulai. Aku kan tidak mengganggu,” bisikku kaku. “Kamu tidak mau bergabung, dan itu mengganggu,” Bahar mencondongkan bahunya ke arahku.
Ide Pokok : Jangan bertengkar
Letak Ide Pokok : awal paragraf
Ide Pendukung : tidak pantas, kalian yang memulai, aku tidak mengganggu,
tidak mau bergabung mencondongkan bahunya.
Letak Ide Pendukung : kalimat 2, 3, 4, 5
Nama Paragraf : Deduktif
Paragraf 8 :
Amarah mencengkeramku. Aku benar-benar siap meledak. Aku merasa deru jantungku kian kencang. Kepalanku kian kuat. Aku bisa merasakan ujung kuku menekan telapak tanganku. Kemarahan menguasaiku.
Ide Pokok : Kemarahan menguasaiku
Letak Ide Pokok : akhir paragraf
Ide Pendukung : amarah mencengkeram,
Letak Ide Pendukung : kalimat 1, 2, 3, 4, 5
Nama Paragraf : induktif
Paragraf 9 :
Tepat pada saat itu, pintu geser kehijauan itu terbuka. “Keluarga Bapak Pattarani!” Seperti disemprot air dengan selang, kami berhamburan mendekat. “Operasi berhasil, pasien ada di ruang pemulihan.”
Ide Pokok : Operasi berhasil
Letak Ide Pokok : Akhir paragraf
Ide Pendukung : pintu geser terbuka, panggilan keluarga bapak Pattarani,
berhamburan mendekat
Letak Ide Pendukung : Kalimat 1, 2, 3
Nama Paragraf : Induktif
Paragraf 10 :
Ayahku bangkit dan mengusap matanya berkali-kali. Para om dan tante tersenyum lega dan segera sibuk mengabarkan kebahagiaan itu. Sepupu-sepupu yang sudah tertidur jadi terbangun, sebagian menangis karena terkejut sekaligus gembira. Kakek kesayangan kami terlepas dari bahaya. Seruan syukur berdengung memenuhi ruangan.
Ide Pokok : Ayahku bangkit dan mengusap matanya
Letak Ide Pokok : awal paragraf
Ide Pendukung : tersenyum, mengabarkan kegembiraan, sudah tidur
terbangun, menangis, terkejut, gembira, terlepas dari
bahaya, seruan syukur berdengung.
Letak Ide Pendukung : kalimat 2, 3, 4, 5
Nama Paragraf : Deduktif
Paragraf 11 :
Marlina melompat kemudian menyalamiku dan Edo sekaligus. Kami semua bahagia, walau beberapa detik sebelumnya kami nyaris baku hantam. (Farida 2020)
Ide Pokok : kami semua bahagia
Letak Ide Pokok : akhir paragraf
Ide Pendukung : melompat, menyalami
Letak Ide Pendukung : kalimat 1
Nama Paragraf : Induktif
Baca:
Contoh Surat Dinas dan Surat Resmi
Demikianlah pembahasan mengenai Memahami Isi Teks Deskripsi: Ide Pokok dan Ide Pendukung, Bahan Ajar Bahasa Indonesia SMP MTs Kelas 9 Semester 1. Semoga bermanfaat.