Menelaah Struktur dan Kebahasaan Teks Fabel dan Contohnya yang Tepat
paket-wisatabromo.com – Menelaah struktur dan kebahasaan teks fabel dan contohnya yang tepat merupakan materi pelajaran peserta didik SMP MTs kelas 7 semester 2.
Berdasarkan kurikulum 2013, materi menelaah struktur dan kebahasaan teks fabel dan contohnya yang tepat ini tergolong aspek pengetahuan.
Tujuannya adalah diharapkan peserta didik dapat menelaah struktur dan kebahasaan teks fabel dan contohnya yang tepat.
Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai menelaah struktur dan kebahasaan teks fabel dan contohnya yang tepat.
Menelaah Struktur dan Kebahasaan Teks Fabel dan Contohnya yang Tepat
Seperti telah diketahui bahwa fabel termasuk jenis dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi.
Biasanya, bercerita tentang petualangan yang penuh imajinasi dan seringkali tidak masuk akal dengan menampilkan situasi dan para tokohnya yang luar biasa.
Fabel termasuk jenis dongeng yang menggunakan binatang sebagai tokoh cerita untuk menggambarkan watak dan perilaku manusia.
Dalam fabel, tokoh binatang dapat bercakap-cakap dan bertingkah laku seperti halnya manusia.
isi cerita yang diangkat biasanya mengandung pendidikan moral dan budi pekerti.
Pada zaman dahulu, ketika belum ada tradisi menulis, fabel dituturkan sebagai tradisi lisan secara turun temurun untuk menyampaikan pesan-pesan moral kepada anak-anak dan cucu.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, fabel tidak lagi dituturkan secara lisan, tetapi sudah banyak yang dialihkan ke dalam bentuk tulisan bahkan dalam bentuk film.
Struktur Teks Fabel
Jika kita perhatikan, fabel memiliki struktur isi sebagai berikut.
1. Orientasi
orientasi adalah bagian pendahuluan cerita dengan memperkenalkan toko-tokoh dan tempat terjadinya cerita.
2. Komplikasi
Bagian ini berisi pengenalan masalah hingga terjadinya konflik dan klimaks cerita.
3. Resolusi
Bagian ini berisi konflik memuncak mulai memasuki tahap penyelesaian atau leraian.
4. Koda
Bagian ini merupakan penutup cerita yang memuat tentang kesadaran atau akibat yang dirasakan oleh tokoh.
Perhatikan contohnya.
Kisah Semut dan Kepompong
Orientasi
Di kisahkan, di sebuah hutan yang sangat lebat, hidup berbagai binatang buas dan jinak.
Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu dan yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat.
Badai itu bertiup sangat kencang, menerpa pohon dan daun-daun. Kraak! terdengar bunyi dahan-dahan berpatahan.
Banyak hewan yang tidak dapat menyelamatkan dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam tanah.
Komplikasi
Badai baru berhenti ketika pagi menjelang. Matahari kembali bersinar hangatnya.
Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si semut terlindung dari badai karena ia bisa masuk ke sarangnya di
dalam tanah.
Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah.
Si semut bergumam, “Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana”.
“Menjadi kepompong memang memalukan!”. “Coba lihat aku, bisa pergi ke mana saja ku mau”, ejek semut pada kepompong.
Semut terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinya.
Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan yang berlumpur. Ia tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap dirinya semakin dalam.
“Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini” keluh semut.
Semakin lama, si Semut semakin tenggelam dalam lumpur. “Tolong! tolong,” teriak si Semut.
Resolusi
“Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya?” Si Semut terheran mendengar suara itu.
Ia memandang kesekelilingnya mencari sumber suara. Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah terbang mendekatinya.
“Hai, semut aku adalah kepompong yang dahulu engkau ejek. Sekarang aku sudah menjadi kupu-kupu.
Aku bisa pergi ke mana saja dengan sayapku. Lihat! sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?”
“Yah, aku sadar. Aku mohon maaf karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang?” kata si semut pada kupu-kupu.
Koda
Akhirnya kupu-kupu menolong semut yang terjebak dalam lumpur penghisap.
Tidak berapa lama, semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut.
Setelah terbebas, semut mengucapkan terima kasih pada kupu-kupu. “Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita
untuk menolong yang sedang kesusahan bukan?
Karenanya kamu jangan mengejek hewan lain lagi ya?” Karena setiap makhluk pasti diberikan kelebihan dan kekurangan oleh yang
Maha Pencipta. Sejak saat itu, semut dan kepompong menjadi sahabat karib.
Baca: Menceritakan Kembali Isi Fabel dengan Mudah dan Ekspresif
Kebahasaan Teks fabel
Sebagai jenis dongeng yang menggunakan binatang sebagai tokoh cerita, bahasa dalam fabel banyak dimanfaatkan untuk menggambarkan sifat-sifat binatang yang memiliki kemiripan atau kesamaan dengan sifat manusia.
Pada umumnya, bahasa fabel memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Memuat kata-kata sifat
Di dalam cerita fabel, kata sifiat difungsikan untuk mendeskripsikan karakter pelaku, baik penampilan fisik maupun kepribadiannya.
Contoh:
Semua hewan panik
Badai itu datang seketika sehingga membuat panik seluruh hewan penghuni hutan itu.
Semut yang sombong
Si semut semakin sombong dan terus berkata demikian kepada semua hewan yang ada di hutan tersebut, sampai pada suatu hari si semut berjalan di atas lumpur hidup.
2. Memuat kata-kata keterangan
Kata keterangan di dalam cerita fabel, berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan latar, baik tempat, waktu, maupun suasana.
Contoh:
Di kisahkan, di sebuah hutan yang sangat lebat, hidup berbagai binatang buas dan jinak.
Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu dan yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat.
Badai itu bertiup sangat kencang, menerpa pohon dan daun-daun. Kraak! terdengar bunyi dahan-dahan berpatahan.
3. Memuat kata kerja
Kata kerja dalam cerita fabel difungsikan untuk menunjukkan peristiwa-peristiwa yang dialami para pelakunua.
Contoh:
“Menjadi kepompong memang memalukan!”. “Coba lihat aku, bisa pergi ke mana saja ku mau”, ejek semut pada kepompong.
Semut terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinya.
4. Memuat kata bermakna denotatif
Kata-kata dalam fabel berupa kata denotasi atau kata yang sebenarnya. Hal ini bertujuan agar pembaca mudah memahami isinya.
Contoh
Yah, aku sadar. Aku mohon maaf karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang?” kata si semut pada kupu-kupu.
Kata-kata seperti : aku sadar, mohon maaf, mengejek, menolong, sekarang , semut, kupu-kupu semuanya berupa kata denotasi yang mudah untuk dipahami pembaca.
5. Menggunakan kalimat langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang diujarkan langsung oleh tokoh untuk menghidupkan suasana cerita.
Contoh:
“Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini” keluh semut.
Semakin lama, si Semut semakin tenggelam dalam lumpur. “Tolong! tolong,” teriak si Semut.
Demikialan pembahasan mengenai menelaah struktur dan kebahasaan teks fabel dan contohnya yang tepat. Semoga bermanfaat.