Mengenali Gaya Penulisan pada Teks Deskripsi di Media Sosial Materi Untuk SMP MTs

Mengenali Gaya Penulisan pada Teks Deskripsi di Media Sosial Materi Untuk SMP MTs

paket-wisatabromo.com-Apa kabar kalian? Selamat ya sudah masuk SMP. Salam sehat selalu. Di awal Kelas 7 SMP ini, kalian akan belajar teks deskripsi. Khususnya akan belajar mengenai gaya penulisan teks deskripsi.

Gaya penulisan teks deskripsi  yang akan dipelajari ini adalah gaya penulisan untuk dipublikasi di media sosial. Nantinya kalian akan tahu bagaimana gaya penulisan di media sosial yang tentunya berbeda dengan gaya penulisan di media lainnya.

Untuk gaya penulisan teks deskripsi ini khusus buat kalian yang masih mempelajari teks deskripsi di kelas 7 SMP atau MTs. Semangat ya.

Mengenali Gaya Penulisan pada Teks Deskripsi di Media Sosial

Sebelum mengenali gaya penulisan pada teks deskripsi di media sosial, baiklah kita kenali lebih dahulu mengenai gaya penulisan secara umum, dan mengenali media sosial.

Gaya Penulisan

Gaya penulisan adalah cara mengungkapkan pikiran dalam karakteristik bahasa: individu, periode, sekolah, atau bangsa.

Selain unsur-unsur penting berisi ejaan, tata bahasa, dan tanda baca, gaya penulisan merupakan pilihan kata-kata, struktur kalimat, dan struktur paragraf, yang digunakan untuk menyampaikan makna secara efektif.

Kelompok unsur pertama disebut sebagai aturan, elemen, hal penting, mekanika, atau pedoman. Sedangkan kelompok berikutnya, yakni yang disebut sebagai gaya, atau retorika.

Kelompok unsur pertama merupakan aturan-aturan, yakni mengenai apa yang ditulis penulis. Sedangkan kelompok unsur kedua, gaya, yakni mengenai bagaimana yang ditulis penulis.

Ketika mengikuti aturan-aturan dari pemakaian tata bahasa, penulis memiliki fleksibilitas yang besar dalam cara mengungkapkan suatu konsep.

Titik penting gaya penulisan yang baik ialah untuk mengekspresikan pesan-pesan kepada pembaca secara sederhana, jelas, dan meyakinkan, menjaga perhatian dan keikutsertaan pembaca.

Selain itu, gaya penulisan itu harus menarik, tidak menampilkan segi kepribadian penulis, menunjukkan pengetahuan, keterampilan, atau kemampuan menulis penulis.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah penggunaan diksi dalam menulis deskripsi. kamu tahu kan diksi itu apa? Berikut ini dijelaskan mengenai pengertian, syarat diksi yang tepat, metode penggunaan diksi, fungsi dan kriteria diksi.

Berikut ini penjelasannya.

Diksi adalah pilihan kata di dalam tulisan yang digunakan untuk memberi makna sesuai dengan keinginan penulis.

Syarat diksi adalah tepat, benar, dan lazim. Pemilihan diksi yang tidak tepat menyebabkan perbedaan makna dan pesan penulis tidak tersampaikan.

Diksi termasuk dalam pembahasan aspek kata dalam sajak. Aspek kata di dalam diksi meliputi denotasi, konotasi, morfologi, semantik, dan etimologi.

Penyair menggunakan diksi untuk memperoleh makna puitis tertentu. Penggunaan diksi yaitu untuk mendapatkan makna setepat-tepatnya untuk banyak pernyataan.

Diksi yang sangat tepat akan menimbulkan imajinasi yang memiliki estetika dan puitik.

Penerapan diksi yang paling dasar adalah pada pengungkapan gagasan penulis. Selain itu, diksi dapat diterapkan pada saat berbicara di depan publik maupun untuk menulis beragam karangan.

Penggunaan ketepatan pilihan kata ini dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif.

Diksi atau pilihan kata, sangat jelas merupakan elemen sentral bagi setiap penulis. Meskipun diksi yang baik sebagian merupakan masalah mencoba-coba (trial and error) dengan kalimat hingga terdengar benar/sesuai, di samping itu, diksi juga merupakan masalah preferensi umum tertentu yang diikuti oleh pembaca hati-hati (careful readers) dan para penulis.

Beberapa metode penggunaan diksi secara efektif dalam menulis:

a. Menggunakan kamus dan thesaurus.

b. Mencari diksi pada tingkat menengah.

c. Menyebut sesuatu dengan nama-nama mereka.

d. Menghindari redundansi dan kalimat yang berbelit-belit.

e. Menghindari klise.

f. Menghindari jargon.

g. Menghindari kata-kata yang usang, kuno, atau kata-kata temuan.

h. Menghindari bahasa gaul, ekspresi kedaerahan, dan bahasa yang tidak baku.

i. Menghindari kata-kata ubahan (qualifier).

j. Menghindari kata-kata opini.

k. Menggunakan kata-kata dalam arti sebenarnya.

l. Menghindari kata-kata menyinggung atau bahasa yang mendiskriminasi.

m. Mengatakan tidak lebih dari yang dimaksud.

o. Menggunakan istilah dengan logika yang tepat.

p. Menggunakan kata-kata sejelas makna yang dikandungnya.

q. Menempatkan pernyataan dalam bentuk positif.

r. Membuat metafora yang jelas dan tepat.

s. Menggunakan kata benda yang jelas dan kata kerja aktif untuk kata sifat dan kata keterangan.

Syarat

Diksi digunakan sebagai cara untuk menentukan suatu tuturan bahasa. Syarat paling awal dalam penggunaan diksi adalah adanya sejumlah kata yang artinya mirip.

Dari beberapa kata tersebut kemudian dipilih satu kata yang paling tepat untuk mengungkapkan suatu pengertian.

Diksi bukanlah sekadar memilih kata mana yang tepat, tetapi juga harus mempertimbangkan kecocokan kata dengan konteks.

Selain itu, makna dari kata harus bersesuaian dengan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat pemakainya.

Pemilihan kata secara mahir hanya dapat dilakukan jika ada penguasaan kosakata yang cukup luas.

Pengguna diksi juga harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki makna yang serupa.

Pengguna diksi harus memiliki kesadaran untuk menguasai kosakata. Wawasan yang diperlukan untuk menggunakan diksi adalah pengetahuan tentang beragam kata yang dapat menjadi sinonim, antonim, dan thesaurus.

Penggunaan diksi juga harus memperhatikan kaidah makna. Kata harus dipilih sesuai dengan ketepatannya sebagai lambang objek pengertian dan konsep.

Makna dalam kata yang dipilih harus berhubungan dengan bentuk bahasa dan objek atau sesuatu yang diacunya.

Jenis makna yang utama dalam mempertimbangkan pemilihan kata yaitu makna denotatif atau makna leksikal dan makna konotatif atau makna gramatikal.

Fungsi

Diksi dalam pembuatan karya sastra memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:

a. membuat orang yang membaca ataupun mendengar karya sastra menjadi lebih paham mengenai apa yang ingin disampaikan oleh pengarang.

b. membuat komunikasi menjadi lebih efektif.

c. melambangkan ekspresi yang ada dalam gagasan secara verbal (tertulis ataupun terucap).

d. membentuk ekspresi ataupun gagasan yang tepat sehingga dapat menyenangkan pendengar ataupun pembacanya.

Kriteria

Pemakaian bahasa yang dapat mengungkapkan gagasan, pendapat, pikiran, atau pengalaman secara tepat, harus memperhatikan kriteria pemilihan kata. Tiga kriteria dalam diksi yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian.

Ketepatan

Indikator ketepatan pilihan kata tersebut adalah sebagai berikut:

a. mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

b. menghasilkan penafsiran atau pemaknaan yang tepat, tidak ambigu, dan tidak menyebabkan salah paham.

c. menghasilkan respons pembaca atau pendengar sesuai harapan penulis atau pembicara.

d. menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.

Kecermatan

Kecermatan dalam pemilihan kata berhubungan dengan penggunaan kata yang diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu.

Pemakai bahasa harus mampu menggunakan bahasa yang singkat sehingga menghemat penggunaan kata.

Penggunaan diksi yang cermat akan mengurangi jumlah kata sehingga tulisan menjadi ringkas dan tidak ada kata yang bersifat mubazir.

Selain itu, pemakai bahasa harus mampu memahami penyebab terjadinya kemubaziran kata. Kemubaziran kata merupakan penggunaan kata-kata yang kehadirannya dalam konteks pemakaian bahasa tidak diperlukan. Pemahaman terhadap kemubaziran kata dapat menghindari penggunaan kata yang tidak perlu dalam konteks tertentu.

Keserasian

Keserasian dalam diksi berkaitan dengan kesesuaian penggunaan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.

Konteks pemakaian dalam diksi berkaitan dengan faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.

Faktor kebahasaan ini meliputi kesesuaian kata dengan konteks kalimat dan penggunaan bentuk gramatikal. Selain itu, faktor kebahasaaan juga berkaitan dengan penggunaan idiom dan penggunaan kata yang lazim.

Sedangkan faktor nonkebahasaan yang berkaitan dengan diksi yaitu situasi pembicaraan, teman bicara atau lawan bicara, sarana pembicaraan, kelayakan tempat berbicara, dan kelayakan penggunaan waktu selama pembicaraan berlangsung.

Media Sosial

Kata “Media sosial” sering disebut dengan akronim medsos, atau sering juga disebut sebagai sosial media.

Sosial media adalah platform digital yang memfasilitasi penggunanya untuk saling berkomunikasi atau membagikan konten berupa tulisan, foto, video, dan merupakan platform digital yang menyediakan fasilitas untuk melakukan aktivitas sosial bagi setiap penggunanya.

Fungsi media sosial adalah untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara daring yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Contoh

Contoh media sosial yang populer digunakan dalam beberapa dekade adalah Facebook, Twitter, Instagram, Linkedin, Tiktok, WhatsApp, YouTube dan lain sebagainya.

Penggunaan media sosial sangat besar dan berdampak pada dunia. Berdasarkan survei tahun 2021 mencatat bahwa pengguna media sosial di dunia telah mencapai 4,66 miliar jiwa.

Angka ini naik sebesar 290% dari tahun 2015 silam, dimana pengguna media sosial pada saat itu berkisar 1,55 miliyar pengguna.

Berdasarkan jumlah pengguna, Facebook menempati posisi pertama sebagai media sosial paling populer, yakni mencapai 2,7 miliar pengguna di seluruh dunia.

Menurut Pew Research Center, pengguna media sosial cenderung berusia lebih muda. Hampir 90% orang berusia antara 18 dan 29 tahun menggunakan setidaknya satu bentuk media sosial.

Penggunaan media sosial di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 72 persen orang dewasa menggunakan beberapa bentuk media sosial.

Angka ini naik dari tahun 2005 setelah Facebook setahun diluncurkan, dimana pada saat itu pengguna sosial media hanya sekitar 5 persen dari jumlah keseluruhan penduduk.

Di Indonesia, pengguna media sosial telah mencapai 190 juta pengguna, atau sekitar 70 persen dari jumlah penduduk.

Berdasarkan survei dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia, ada sekitar 129 juta penduduk Indonesia yang memiliki  akun media sosial yang aktif dan rata-rata menghabiskan waktu 3,5 jam per hari untuk konsumsi internet melalui handphone.

Gaya Penulisan pada Teks Deskripsi

Pernahkah kalian mendengar tentang atau membaca informasi dari media sosial di internet? Blog dan Instagram adalah contoh media sosial di internet.

Kalian dapat membaca pengalaman dan pendapat orang lain tentang suatu topik. Tentunya, kalian harus dapat memilih informasi yang benar, bermanfaat, dan baik.

Berkonsultasilah dengan guru, orang tua, atau wali saat menjelajahi informasi di internet. Apabila menulis di media sosial, kalian dapat menyapa pembaca dengan lebih akrab.

Ini adalah beberapa contoh kalimat menyapa pembaca yang ditulis Rafa di blognya.

(a)  “Bagus, ya? Pasti kalian tidak tahu aku sedang menggigil kedinginan.”

(b)  “Apabila kalian berswafoto di sana, kalian akan mendapatkan latar lembah yang mengepung Kota Takengon di kejauhan. Keren, kan?”

Cermati lagi teks deskripsi yang ditulis Rafaberikut ini.

Pantan Terong yang Instagramable

Pantan Terong adalah nama tempat wisata yang sedang populer di Kota Takengon. Akhirnya, aku menginjakkan kaki juga di sini.

Kalau kalian berkunjung ke Aceh, sempatkan mampir juga ke bukit yang instagramable ini, Ya, aku jamin, kalian tidak akan merasa rugi!

Kami berangkat dari Banda Aceh pukul 01.00 siang. Pukul 08.00 malam kami tiba di rumah Paman di Kota Takengon. Setelah makan malam, Paman menyuruh kami bergegas tidur.

Kami akan pergi segera setelah salat subuh. Siapa tahu kami bisa menyaksikan matahari terbit di Pantan Terong! Kota Takengon masih gelap dan sepi saat kami berangkat pagi itu.

Hanya dalam waktu 15 menit, kami sudah tiba di jalan mendaki ke arah puncak bukit. Wow, jalanan kecil itu menanjak dan curam dengan tikungan-tikungan yang tajam!

Deg-degan sekali rasanya. Untung Paman lihai mengendarai mobil. Kata Paman, hanya mobil berkondisi prima yang bisa memanjat jalanan securam ini. Untung saja ketegangan itu segera berakhir.

Sesampai di atas, Paman memarkir mobil di luar pagar dan kami pun masuk ke dalam.

Dari ketinggian 1.830 meter di atas permukaan laut, kami dapat melihat warna langit yang jingga terkena semburat sinar matahari di balik deretan gunung-gunung yang kokoh.

Warna itu kontras sekali dengan perbukitan yang hijau, perkebunan, lembah-lembah yang sangat cantik, dan Kota Takengon yang terlihat kecil dari sini.

Oh ya, kalian juga dapat melihat Danau Laut Tawar yang seperti berkilau diterpa sinar matahari pagi.

Pokoknya rasa kantuk karena bangun pada pagi buta tadi sudah terbayar dengan pemandangan cantik ini. Kata Paman, kalian juga dapat menikmati pelangi yang muncul setelah hujan.

Wah, aku jadi penasaran! Lain kali aku harus ke sini lagi. Nah, matahari sudah makin tinggi, waktunya untuk swafoto. Wah, banyak sekali latar yang dapat dipilih untuk swafoto!

Ada ayunan di depan tulisan Pantan Terong yang dicat senada dengan warna bendera pusaka, merah dan putih. Apabila kalian berswafoto di sana, kalian akan mendapatkan latar lembah yang mengepung Kota Takengon di kejauhan. Keren, kan?

Bagus, ya? Pasti kalian tidak tahu aku sedang menggigil kedinginan. Setelah berswafoto, apa lagi? Di sini kalian pun dapat mencicipi aneka jenis sajian kopi asli Tanah Gayo.

Kalian dapat memilih berbagai varian minuman kopi, seperti espresso, cappuccino, mochacino, hingga latte .

Makin siang makin banyak pengunjung berdatangan. Matahari makin tinggi dan hawa sejuk memeluk kami. Angin yang bertiup memainkan rambut dan berputar di sekeliling tubuh membuat kami ingin berswafoto lagi dan lagi.

Sebelum pulang, ibuku membeli suvenir yang berbentuk kopi gayo. Katanya, kita harus membantu perajin lokal.

Nah, tunggu apa lagi? Dengan mengunjungi Pantan Terong, kalian pun ikut mempromosikan wisata dan kerajinan lokal.

Berikut ini beberapa ungkapan lain yang digunakan Rafa untuk menyapa pembaca blognya.

1. Wah, aku jadi penasaran! Lain kali aku harus ke sini lagi.

2. Apabila kalian berswafoto di sana, kalian akan mendapatkan latar lembah yang mengepung Kota Takengon di kejauhan. Keren, kan?

3. Nah, tunggu apa lagi? Dengan mengunjungi Pantan Terong, kalian pun ikut mempromosikan wisata dan kerajinan lokal.

Berikut ini beberapa ungkapan yang digunakan Rafa untuk mendeskripsikan objek dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca blognya.

1. Akhirnya, aku menginjakkan kaki juga di sini.

(penggunaan kata aku terasa lebih akrab antara Rafa dengan pembacanya).

2.Kalau kalian berkunjung ke Aceh, sempatkan mampir juga ke bukit yang instagramable ini, Ya, aku jamin, kalian tidak akan merasa rugi! Wah, banyak sekali latar yang dapat dipilih untuk swafoto!

(dalam kalimat tersebut digunanak kata kekinian, yaitu: instagramable, swafoto), selain itu penggunaan kata “aku” dan “kalian” terasa lebih akrab dan bersahabat).

3.Wow, jalanan kecil itu menanjak dan curam dengan tikungan-tikungan yang tajam!

(Penggunaan kata seru “Wow” terasa lebih ekspresif mendeskripsikan jalan kecil menanjak sehingga pembaca seolah-olah ikut dalam mobil Rafa yang melalui jalan kecil menanjak dan berliku-liku dengan tikungan tajamnya).

4. Deg-degan sekali rasanya.

(Kata deg-degan lebih memberikan kesan perasaan yang was-was ketika melewati jalanan yang curam. Hal ini membuat pembaca seolah-olah itu merasakan “deg-degan” seperti yang dialami Rafa).

5. kami dapat melihat warna langit yang jingga terkena semburat sinar matahari di balik deretan gunung-gunung yang kokoh.

(kalimat tersebut membuat pembaca seolah-olah melihat warna langit, sinar matahari, dan deretan gunung-gunung yang kokoh. Kalimat tersebut mampu mendeskripsikan objek dengan tepat).

6. Warna itu kontras sekali dengan perbukitan yang hijau, perkebunan, lembah-lembah yang sangat cantik, dan Kota Takengon yang terlihat kecil dari sini. Oh ya, kalian juga dapat melihat Danau Laut Tawar yang seperti berkilau diterpa sinar matahari pagi.

(Kalimat Rafa ini juga mengajak pembaca seolah melihat dengan nyata mengenai warna kontras dengan pebukitan hijau, perkebunan, lembah, dan kota Takengon yang terlihat kecil. Pembaca juga diajak seolah melihat danau laut tawar yang diterpa sinar matahari pagi).

7. Apabila kalian berswafoto di sana, kalian akan mendapatkan latar lembah yang mengepung Kota Takengon di kejauhan. Keren, kan?

pada kalimat tersebut, Rafa menggunakan kata-kata atau pilihan kata yang akrab, mudah dan ringan tetapi menarik, yaitu kata “keren kan?”

Nah, itulah pendeskripsian Pantan Terong  yang dilakukan Rafa. Rafa pandai menggunakan kata dan kalimat yang akrab di media sosial dalam mendeskripsikan obek Pantan Terong.

Ketentuan Gaya Penulisan teks Deskripsi di Media Sosial

Ketentuan gaya penulisan pada teks deskripsi di media sosial antara lain: harus menggunakan sapaan yang akrab bersahabat, kalimatnya sederhana, mudah dipahami, menggunakan kata-kata kekinian.

Selain itu, hal yang tidak dilupakan adalah kata, kalimat, sapaan yang digunakan harus mengajak pembaca seolah merasakan, dan melihat objek yang dideskripsikan.

Baca:

Demikianlah Gaya Penulisan Teks Deskripsi di media sosial. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *