Mengidentifikasi Informasi Teks Fabel : Kisah Semut dan Kepompong

Mengidentifikasi Informasi Teks Fabel : Kisah Semut dan Kepompong

paket-wisatabromo.com – Mengidentifikasi informasi teks fabel  seperti Kisah Semut dan Kepompong merupakan materi pelajaran bagi peserta didik SMP MTs kelas 7 semester 2.

Materi ini wajib dikuasai peserta didik yang ditandai dengan dapatnya Mengidentifikasi informasi teks fabel.

Mengidentifikasi Informasi Teks Fabel : Kisah Semut dan Kepompong

Fabel termasuk jenis dongeng, yaitu cerita fiksi atau rekaan yang dikembangkan berdasarkan khayalan belaka (fantasi).

Artinya, kisah dan peristiwa yang disajikan dalam dongeng tidak benar-benar terjadi.

Fabel menceritakan kehidupan binatan yang berperilaku menyerupai manusia.

Fabel juga sering disebut cerita moral karena di balik kisah dan peristiwa yang disajikan terkandung pesan yang berkaitan dengan nilai-nilai moral.

Perhatikan teks fabel berikut ini!
Kisah Semut dan Kepompong 

Di kisahkan, di sebuah hutan yang sangat lebat, hidup berbagai binatang buas dan jinak.

Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu dan yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat.

Badai itu  bertiup sangat kencang, menerpa pohon dan daun-daun. Kraak! terdengar bunyi dahan-dahan berpatahan.

Banyak hewan yang tidak dapat menyelamatkan dirinya, kecuali si semut yang berlindung di dalam tanah.

Badai baru berhenti ketika pagi menjelang. Matahari kembali bersinar hangatnya.

Tiba-tiba dari dalam tanah muncul seekor semut. Si semut terlindung dari badai karena ia bisa masuk ke sarangnya di
dalam tanah.

Ketika sedang berjalan, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah.

Si semut bergumam, “Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana”.

“Menjadi kepompong memang memalukan!”. “Coba lihat aku, bisa pergi ke mana saja ku mau”, ejek semut pada kepompong.

Semut terus mengulang perkataannya pada setiap hewan yang berhasil ditemuinya.

Beberapa hari kemudian, semut berjalan di jalan yang berlumpur. Ia tidak menyadari kalau lumpur yang diinjaknya bisa menghisap dirinya semakin dalam.

“Aduh, sulit sekali berjalan di tempat becek seperti ini” keluh semut.

Semakin lama, si Semut semakin tenggelam dalam lumpur. “Tolong! tolong,” teriak si Semut.

“Wah, sepertinya kamu sedang kesulitan ya?” Si Semut terheran mendengar suara itu.

Ia memandang kesekelilingnya mencari sumber suara. Dilihatnya seekor kupu-kupu yang indah terbang mendekatinya.

“Hai, semut aku adalah kepompong yang dahulu engkau ejek. Sekarang aku sudah menjadi kupu-kupu.

Aku bisa pergi ke mana saja dengan sayapku. Lihat! sekarang kau tidak bisa berjalan di lumpur itu kan?”

“Yah, aku sadar. Aku mohon maaf karena telah mengejekmu. Maukah kau menolongku sekarang?” kata si semut pada kupu-kupu.

Akhirnya kupu-kupu menolong semut yang terjebak dalam lumpur penghisap.

Tidak berapa lama, semut terbebas dari lumpur penghisap tersebut.

Setelah terbebas, semut mengucapkan terima kasih pada kupu-kupu. “Tidak apa-apa, memang sudah kewajiban kita
untuk menolong yang sedang kesusahan bukan?

Karenanya kamu jangan mengejek hewan lain lagi ya?” Karena setiap makhluk pasti diberikan kelebihan dan kekurangan oleh yang
Maha Pencipta. Sejak saat itu, semut dan kepompong menjadi sahabat karib.

Sebuah Fabel yang menarik bukan? Kepompong semula tak berdaya.

Namun, berkat kesabaran dan ketabahannya, ia berhasil menjalani proses metamorfosis hingga akhirnya menjadi kupu-kupu yang indah.

Sebaliknya, Semut yang semula bersikap sombong dan suka merendahkan binatang lain, akhirnya terjebak ke dalam lumpur hidup.

Uniknya, kupu-kupu yang dulu pernah dihinanya ketika masih berwujud kepompong yang justru menolong semut.

Fabel adalah cerita pendek berupa dongeng yang menggambarkan watak dan budi pekerti manusia yang diibaratkan pada binatang.

Karakter-karakter yang terdapat pada binatang tersebut dianggap mewakili karakter-karakter manusia dan diceritakan mampu berbicara dan bertindak seperti halnya manusia.

Fabel diceritakan bukan dengan tujuan menghibur semata, melainkan juga sebagai media pendidikan moral.

Didalam fabel terkandung nilai-nilai luhur, yakni pengenalan tentang budi pekerti.

Baca:

Mengapa kisah Semut dan Kepompong disebut Fabel? tentu ada beberapa alasan.

1. Tokohnya adalah Binatang

Binatang bisa bertingkah laku seperti manusia. Misalnya binatang itu berbicara, berpikir.

Pada umumnya, tokoh baik akan berakhir bahagia, dan tokoh jahat berakhir sengsara sebagai akibat dari perbuatan yang pernah dilakukannya.

Bukti tekstual

Semut digambarkan sebagai tokoh jahat yang suka menghina dan merendahkan kepompong.

Semut yang suka menghina dan merendahkan tokoh lain terjebak dalam lumpur hidup.

Kepompong digambarkan sebagai tokoh yang lemah dan tidak berdaya.

Kupu-kupu digambarkan sebagai tokoh yang suka menolong meskipun yang ditolong pernah berbuat jahat.

Sedangkan, tokoh kepompong berubah menjadi kupu-kupu yang terbang bebas, bahkan suka menolong tokoh lain yang sedang menderita.

2. Latar

Latar waktu sering digunakan sebagai pembuka cerita yang menunjukkan kisah terjadi pada masa lampau.

Misalnya: Dikisahkan, pada zaman dulu, pada suatu hati, waktu itu, alkisah, ketika itu.

Latar tempat cenderung terjadi di hutan dan juga sering digunakan untuk mengawali ceira fabel.

Bukti tektual

Di kisahkan, di sebuah hutan yang sangat lebat, hidup berbagai binatang buas dan jinak.

Ada kelinci, burung, kucing, capung, kupu-kupu dan yang lainnya. Pada suatu hari, hutan dilanda badai yang sangat dahsyat.

3. Menunjukkan penggambaran nilai moral dan karakter manusia serta kritik tentang serba-serbi kehidupan.

Ada dua pesan moral dalam fabel tersebut

1. Sesama makhluk ciptaan Tuhan, janganlah saling mengejek dan menghina, dan merendahkan orang lain karena siapa tahu yang dihina lebih baik kedudukannya daripada yang menghina.

2. Tolonglah orang lain yang menderita, meskipun orang yang ditolong pernah menghina dan merendahkan kita.

4. Teks tersebut bersifat fiksi

Kisah dan peristiwa yang disajikan hanya berdasarkan khayalan atau fantasi belaka.

Dalam kehidupan nyata, tidak ada semut yang bisa berbicara, apalagi mengejek, merendahkan, dan menghina tokoh kepompong.

Tidak ada juga dalam kehidupan nyata, semut merasa malu, dan minta maaf atas segala kesalahannya pada kepompong dan kupu-kupu.

Masih dalam kehidupan yang nyata, tidak ada kepompong kemudian menjadi kupu-kupu yang bisa menolong semut dan sambil berbicara.

Itu semua hanyalah fantasi pengarangnya saja dalam rangka menyampaikan pesan moral kepada manusia agar berperilaku yang baik dan meninggalkan perilaku yang jahat.

Demikian pembahasan mengenai mengidentifikasi informasi teks Fabel : Kisah Semut dan Kepompong. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *