Pengertian Apresiasi Drama Menurut Para Ahli Sastra : Ini Perlu Diketahui
paket-wisatabromo.com- Pengertian apresiasi drama menurut para ahli sastra : ini perlu diketahui merupakan materi pelajaran bagi peserta didik SMP MTs kelas 8 semester 2.
Berdasarkan Kurikulum 2013, materi pengertian apresiasi drama menurut para ahli Sastra : ini perlu diketahui ini tergolong ke dalam aspek pengetahuan.
Aspek pengetahuan adalah aspek yang ada di dalam materi pembelajaran untuk menambah wawasan peserta didik di suatu bidang.
Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.
Dari sisi pengetahuan bahasa, materi pengertian apresiasi drama menurut para ahli Sastra : ini perlu diketahui ini tergolong ke dalam aspek berbahasa yang reseptif.
Aspek berbahasa reseptif adalah kemampuan untuk memahami bahasa lisan tulis yang didengar atau dibaca.
Kemampuan ini bersifat sebagai input atau masukan. Contohnya yaitu saat anak mendengarkan dan mengikuti instruksi seperti “Ayo, kita pahami pengertian apresiasi drama menurut para ahli sastra!”
Peserta didik SMP MTs kelas 8 semester 2 diharapkan dapat menguasai materi ini.
Pada umumnya, penguasaan terhadap suatu materi itu ditandai dengan perolehan nilai minimal mencapai KKM.
Untuk membantu peserta didik SMP MTs kelas 8 semester 2 ini, pada kesempatan yang baik ini akan dibahas mengenai pengertian apresiasi drama menurut para ahli Sastra : ini perlu diketahui. Semoga bisa dimanfaatkan untuk bahan belajar, ya.
Pengertian Apresiasi Drama Menurut Para Ahli Sastra : Ini Perlu Diketahui
Drama adalah salah satu jenis karya sastra yang mempunyai
kelebihan dibandingkan dengan karya sastra jenis lain.
Kelebihannya yaitu unsur pementasan yang mengungkapkan isi cerita secara langsung dan dipertontonkan di depan umum.
Meskipun demikian, ada juga naskah drama yang sifatnya hanya untuk dibaca atau sering disebut closed drama.
Pengertian apresiasi menurut para ahli sastra sebagai berikut:
1. S. Suharianto (1982: 68)
Istilah “drama” semula berasal dari Yunani yang berarti perbuatan atau pertunjukkan.
Sebagai karya seni, dasar kerya sastra dram adalah kehidupan manusia dengan serbanekanya.
Cara menikmati dan memahami karya sastra drama harus dengan menontonnya.
Mungkin juga kita dapat menikmatinya dengan cara membaca naskah atau skenario, tetapi bukanlah menikmati drama dalam arti yang sebenarnya.
Sebuah skenario atau naskah drama, hakikatnya bukanlah sebuah drama.
Hal ini karena unsur-unsur esensi sebuah seni drama belum kelihatan lengkapdan sempurna sebelum naskah tersebut dipentaskan.
2. Aminudin (1987:34)
Mengemukakan bahwa apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin, dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang.
Apresiasi dikembangkan dengan menumbuhkan sikap sungguh-sungguh dan melaksanakan kegiatan apresiasi sebagai bagian hidupnya dan sebagai satu kebutuhan yang mampu memuaskan rohaniahnya.
3. Menurut Henry Guntur Tarigan (1984: 233)
Apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis.
4. Herman J. Waluyo (2002: 44)
Berpendapat bahwa apresiasi biasanya dikaitkan dengan seni. Apresiasi drama berkaitan dengan kegiatan yang ada sangkut pautnya dengan drama.
Yaitu mendengar dan berakting dengan penuh penghayatan yang sungguh-sungguh.
Kegiatan ini membuat orang mampu memahami drama secara mendalam, merasakan cerita yang ditayangkan.
Selain itu, mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam drama dan menghargai drama sebagai seni dengan kelebihan dan kelemahannya.
5. Menurut Semi (1984:145),
Drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata. Hal itu disebabkan drama dilakonkan oleh manusia.
Drama tidak dapat mempertunjukkan tentang peristiwa kehidupan singa di hutan belantara, tentang malaikat di sorga, atau kehidupan dibawah permukaan laut.”
Karena drama hanya menyangkut masalah manusia dan kemanusiaan semata, maka drama pun merupakan alat komunikasi sosial dalam masyarakat.
Melalui drama, manusia dapat menemukan masalah-masalah yang terjadi dilingkungannya.
Kemudian, menjadikannya sebagai bahan pertimbangan, perbandingan, atau pengetahuan untuk berbuat sesuatu secara lebih baik.
Hal ini merupakan salah satu fungsi dan peranan drama. Di samping ada juga, masyarakat tertentu yang menganggap drama sebagai milik sekelompok masyarakat tertentu yang memahami arti suatu karya sastra.
Sebenarnya tidaklah demikian. Karya sastra dalam bentuk apapun hendaknya dirasakan sebagai milik masyarakat.
Ia memerlukan interpretasi dan apresiasi sehingga nilai-nilai kehidupan yang ada didalamnya dapat dipahami dan dipedomani.
Drama sebagai text-play atau teks adalah hasil sastra ‘milik pribadi’, yaitu milik penulis drama tersebut.
Sedangkan drama sebagai teater adalah seni kolektif. Text-play masih memerlukan pembaca soliter (pembaca yang mempunyai perasaan bersatu).
Sedangkan teater memerlukan penonton kolektif dan penonton ini sangat penting.
Text-play masih memerlukan penggarapan yang baik dan teliti baru dapat dipanggungkan sebagai teater dan ia menjadi seni kolektif.
Pengertian Text-play adalah bacaan, sedangkan teater adalah pertunjukan atau tontonan.
Berdasarkan hal di atas, antara keduanya harus dibedakan secara tegas, walaupun pada umumnya penulisan teks drama itu bertujuan untuk dipentaskan atau dilakonkan.
Teori-teori dari beberapa orang ahli memperlihatkan bahwa pembahasan aspek-aspek drama dalam dua pengertian drama di atas berbeda.
Aspek yang dibahas atau materi utama pada text-play adalah:
a) premis (tema),
b) watak, dan
c) plot
Sedangkan pada pementasan adalah:
a) teks,
b) pelaku,
c) pentas,
d) perlengkapan pentas,
e) tata busana (pakaian),
f) tata rias,
g) cahaya,
h) dekorasi, dan
i) musik (bandingkan dengan Syam, 1984:17).
Rumusan tentang perbedaan kedua pemikiran di atas dapat juga dibandingkan dengan pendapat Martoko (1984:158) yaitu dalam pembatasannya tentang pengertian pementasan.
Ia menyatakan “pementasan itu merupakan sebuah sintesa dan mengimbau pada beberapa indera sekaligus”
6. Haryawan (2006:2 )
mengatakan bahwa kata drama berasal dari kata
Yunani, draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi dan sebagainya.
Berdasarkan kenyataan ini, memang drama sebagai suatu pengertian lebih difokuskan kepada dimensi genre sastranya.
7. Hasanuddin (2000:7)
Menyatakan bahwa drama merupakan suatu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog-dialog dengan tujuan untuk dipentaskan sebagai suatu seni pertunjukkan.
8. Moulton (2006: 2)
Berpendapat bahwa drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak, drama adalah menyaksikan kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung.
9. Handayani (2004:18)
Drama adalah bentuk karangan yang berpijak pada dua cabang kesenian, yakni seni sastra dan seni pentas sehingga drama dibagi dua, yaitu drama dalam bentuk naskah tertulis dan drama yang dipentaskan.
10. Rusmiyanto (2004:20)
menjelaskan bahwa drama adalah suatu karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menampilkan pertikaian/konflik dan emosi lewat adegan dan dialog.
Drama merupakan cerita tentang kehidupan manusia yang diperankan diatas panggung atau dipentaskan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa drama
memiliki cirinya masing-masing. Drama memiliki sifat penokohan yang mempunyai peranan penting dalam mengungkap cerita di dalamnya.
Oleh karena itu setiap tokoh mempunyai sifat-sifat kritis sebagai penyampai amanat dari pengarangnya.
Misalnya satire, humor, ambiguitas, sarkasme ataupun kritik-kritik
sosial lainnya yang tergambar melalui dialog-dialog antar tokoh.
Dalam kehidupan sekarang, drama mengandung arti yang lebih ditinjau apakah drama salah satu genre sastra atau drama sebagai sebuah kesenian yang mandiri.
Baca:
- Unsur-Unsur Pementasan Drama : 4 Aspek yang Harus Diperhatikan
- Menyusun Naskah Drama dan Mementaskannya dengan Penghayatan
Demikianlah penyajian mengenai pengertian apresiasi drama menurut para ahli sastra yang perlu diketahui. Semoga bermanfaat.