Proses Pembentukan Kata dalam bahasa Indonesia melalui Pengimbuhan
paket-wisatabromo.com – Pembentukan kata adalah proses membentuk kata dengan menambahkan imbuhan atau unsur lain pada kata dasar.
Dalam bahasa Indonesia, pembentukan kata dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai cara.
Cara yang dimaksud adalah sebagai berikut.
(1) Pengimbuhan
(2) Penggabungan kata dasar dan kata dasar
(3) Penggabungan unsur terikat dan kata dasar
(4) Pengulangan
(5) Pengakroniman
Artikel kali ini akan membahas proses pembentukan kata dalam bahasa Indonesia melalui pengimbuhan.
Proses Pembentukan Kata dalam bahasa Indonesia melalui Pengimbuhan
Pengimbuhan adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan imbuhan pada kata dasar.
Sehubungan dengan itu, imbuhan yang lazim digunakan sebagai unsur pembentuk kata dalam bahasa Indonesia, paling tidak, terdiri atas empat macam, dan masing-masing diberi nama sesuai dengan posisinya pada suatu kata.
Pertama, imbuhan yang terletak pada awal kata lazim disebut awalan (prefiks). Kedua, imbuhan yang terletak pada akhir kata lazim disebut akhiran (sufiks). Ketiga, imbuhan yang terletak pada tengah kata lazim disebut sisipan (infiks). Keempat, imbuhan yang terletak pada awal kata dan akhir kata sekaligus lazim disebut gabungan imbuhan (konfiks).
Beberapa contoh imbuhan itu dapat diperhatikan di bawah ini.
a. Awalan
- meng- menulis, melamar, memantau
- di- ditulis, dilamar, dipantau
- peng- penulis, penyanyi, peramal
- ber- berkebun, bermain, bermimpi
- ter- terpaksa, terpadu, tersenyum
- se- serupa, senada, seiring
b. Akhiran
- -an tulisan, tatapan, tantangan
- -i temui, sukai, pandangi
- -kan tumbuhkan, sampaikan, umumkan
c. Sisipan
- -el- geletar, geligi, gelantung
- -em- gemuruh, gemetar
- -er- gerigi
d. Gabungan Imbuhan
- meng-…-kan menemukan, meratakan
- meng-…-i memandangi, mengunjungi
- peng-…-an pendidikan, pemandian
- ke-…-an kehujanan, kemajuan
- se-…-nya seandainya, sebaiknya
- per-…-an peraturan, persimpangan
Pembentukan Kata dengan Awalan
Di antara beberapa awalan yang dapat digunakan sebagai pembentuk kata dalam bahasa Indonesia, meng- dan peng- merupakan awalan yang paling banyak menimbulkan masalah.
Dikatakan demikian karena awalan itu dapat mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem tertentu.
Awalan meng-, misalnya, dapat berubah bentuknya menjadi me-, meny-, men-, mem-, dan menge-.
Begitu pula halnya dengan awalah peng-. Seperti awalan meng-, awalan peng- juga dapat berubah menjadi pe-, peny-, pen-, pem-, dan penge-.
1. Perubahan Awalan
Meng- dan Peng- Secara ringkas, perubahan awalan meng- dan peng- tersebut, baik disertai akhiran maupun tidak, dapat dirangkum dalam ketentuan sebagai berikut.
(1) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi me- dan pe- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal fonem /r, l, m, n, w, y, ng, ny/.
Misalnya:
a. meng-/peng- + rawat merawat, perawat
b. meng-/peng- + lamar melamar, pelamar
c. meng-/peng- + minum meminum, peminum
d. meng-…-i + nama menamai
e. peng-…-an + nama penamaan
f. meng-…-i + waris mewarisi
g. peng- + waris pewaris
h. meng-…-kan + yakin meyakinkan
i. peng-…-an + yakin peyakinan
j. meng- + nganga menganga
k. meng-/peng – + nyanyi menyanyi, penyanyi
(2) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi mem- dan pem- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /p, b, f, v/.
Misalnya:
a. meng-/peng – + pandu memandu, pemandu
b. meng-/peng – + bawa membawa, pembawa
c. meng-/peng – + fitnah memfitnah, pemfitnah
d. meng-/peng – + vonis memvonis, pemvonis
(3) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi men- dan pen- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /t, d, c, j, z, sy/.
Misalnya:
a. meng-/peng – + tuduh menuduh, penuduh
b. meng-/peng – + dakwah mendakwah, pendakwah
c. meng-/peng – + curi mencuri, pencuri
d. meN-/peN- + jual menjual, penjual
e. meng-…-i + ziarah menziarahi
f. peng- + ziarah penziarah
g. meng-…-i + syukur mensyukuri
h. peng-…-an + syukur pensyukuran
(4) Awalan meng- dan peng- tetap menjadi meng- dan peng- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /k, g, h, kh, dan vokal/.
Misalnya:
a. meng-/peng- + karang mengarang, pengarang
b. meng-/peng- + ganggu mengganggu, penggangu
c. meng-/peng- + hasut menghasut, penghasut
d. meng-/peng- + khitan mengkhitan, pengkhitan
e. meng-/peng- + atur mengatur, pengatur
f. meng-/peng- + ekor mengekor, pengekor
g. meng-/peng- + inap menginap, penginap
h. meng-…-i + obat mengobati
i. peng-…-an + obat pengobatan
j. meng-/peng – + ukur mengukur, pengukur
(5) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi meny- dan peny- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /s/.
Misalnya:
a. meng-/peng- + sayang menyayang,penyayang
b. meng-/peng- + sapa menyapa, penyapa
c. meng-/peng- + sulap menyulap, penyulap
d. meng-/peng- + sikat menyikat, penyikat
(6) Awalan meng- dan peng- berubah menjadi menge- dan penge- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang hanya terdiri atas satu suku kata.
Misalnya:
a. meng-/peng- + cat mengecat, pengecat
b. meng-/peng- + bom mengebom, pengebom
c. meng-/peng- + las mengelas, pengelas
d. meng-/peng- + pel mengepel, pengepel
e. meng-/peng – + cek mengecek, pengecek
f. meng-/peng- + tes mengetes, pengetes
(7). Fonem /k, p, t, s/ pada awal kata dasar luluh jika mendapat awalan meng- dan peng-.
Misalnya:
a. meng-/peng- + kikis mengikis, pengikis
b. meng-/peng- + pukul memukul, pemukul
c. meng-/peng- + tukar menukar, penukar
d. meng-/peng- + suntik menyuntik, penyuntik
Perubahan dan peluluhan dalam proses pembentukan kata tersebut terjadi karena fonemfonem yang bersangkutan, baik fonem nasal maupun fonem lain pada awal kata dasar, mengalami proses nasalisasi, yaitu proses penyesuaian fonem (bunyi) dengan fonem-fonem yang homorgan atau sebunyi.
Jadi, proses nasalisasi dan asimilasi bunyi itulah yang menyebabkan timbulnya perubahan dan peluluhan.
Meskipun kaidahnya sudah jelas seperti itu, dalam kenyataan berbahasa masih ditemukan kata-kata bentukan yang bentuknya menyimpang dari kaidah.
Beberapa kata bentukan dengan awalan meng- (-kan) dan peng- (-an) yang pembentukannya tidak sesuai dengan kaidah, antara lain, adalah mengetrapkan, mentrapkan, menterapkan, pengetrapan, pentrapan, penglepasan, dan pengrusakan.
Bentukan kata tersebut dikatakan tidak tepat karena proses pembentukannya tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Agar dapat membentuk kata dengan benar dan mampu mengecek kebenaran bentukan kata, selain harus memahami proses pengimbuhan, kita juga dituntut untuk lebih “akrab” dengan kamus.
Dengan menggunakan sebuah kamus, kita dapat mengecek kata dasar dari bentukan kata itu yang benar.
Jika dilihat di dalam kamus, khususnya kamus bahasa Indonesia, kata dasar trap dirujuksilangkan (crossed reference) pada terap.
Hal itu berarti bahwa kata dasar yang baku adalah terap, bukan trap. Oleh karena itu, jika ditambah dengan gabungan imbuhan meng-…-kan, bentukannya yang benar menjadi menerapkan, bukan mengetrapkan, mentrapkan, atau menterapkan karena fonem /t/ pada awal kata dasar itu luluh jika mendapat imbuhan meng-, baik diikuti akhiran maupun tidak.
Begitu juga, jika ditambah dengan gabungan imbuhan peng-…-an, bentukannya yang benar adalah penerapan, bukan pengetrapan, pentrapan, atau penterapan. Dengan demikian, secara singkat, bentukan kata itu dapat dirangkum sebagai berikut.
Baku Tidak Baku
menerapkan mengetrapkan, mentrapkan menterapkan
penerapan pengetrapan, pentrapan penterapan
Kata penglepasan oleh pemakai bahasa sering pula digunakan di samping kata pelepasan, tetapi keduanya diberi arti yang berbeda.
Kata penglepasan umumnya diberi makna ‘proses, tindakan, atau hal melepaskan’, sedangkan pelepasan diberi makna ’anus’.
Kalau ditinjau dari segi kata dasarnya, kedua kata tersebut sebenarnya dibentuk dengan imbuhan dan dasar yang sama, yaitu peng-..-an + lepas.
Sejalan dengan kaidah, imbuhan peng- berubah menjadi pe- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan /l/.
Oleh karena itu, bentukannya yang tepat adalah pelepasan, bukan penglepasan. Masalah kata itu mempunyai dua makna yang berbeda sebenarnya tidak perlu dipersoalkan karena konteks pemakaiannya akan menentukan makna mana yang dimaksud.
Jadi, untuk membedakan makna itu, pemakai bahasa tidak perlu membentuk kata itu dengan menyimpangkannya dari kaidah.
Berbeda dengan hal tersebut, kata perusakan dan pengrusakan tidak digunakan untuk menyatakan makna yang berbeda, demikian pula halnya dengan kata perajin dan pengrajin.
Kata dasar dari kedua pasang kata tersebut, kita tahu, berawal dengan fonem /r/. Dalam kaitan itu, jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan /r/, awalan peng- berubah menjadi menjadi pe-.
Atas dasar itu, bentukan kata-kata tersebut yang tepat adalah perusakan dan perajin, bukan pengrusakan dan pengrajin.
Bandingkan dengan kata-kata lain, seperti perawat, perawatan, perumus, dan perumusan.
Jadi, bentukan kata-kata tersebut, yang baku dan yang tidak baku, dapat dirangkum seperti berikut.
Baku Tidak Baku
pelepasan penglepasan
perusak pengrusak perusakan pengrusakan
perajin pengrajin
Masalah berikutnya, kata menterjemahkan, mengkaitkan, menyolok, dan memroduksi bentukannya juga tidak tepat.
Kata menterjemahkan, termasuk di dalamnya kata mentaati, dan mengkaitkan bentuk dasarnya masing-masing adalah terjemah, taat, dan kait.
Menurut kaidah, fonem /t/ dan /k/, seperti halnya /p/ dan /s/, pada awal kata dasar mengalami peluluhan jika dirangkaikan dengan imbuhan meng- (dan peng), baik disertai akhiran maupun tidak.
Oleh karena itu, bentukan kata-kata itu yang tepat adalah menerjemahkan, menaati, dan mengaitkan, bukan, menterjemahkan, mentaati, dan mengkaitkan.
Bandingkan dengan contoh lain di bawah ini.
a. meN- + tatap menatap
b. meN- + tulis menulis
c. meng- + kupas mengupas
d. meng- + potong memotong
e. meng- + silang menyilang
f. meng- + suluh menyuluh
Bentukan kata menyolok, juga menyontoh, dan menyubit, dalam hal ini juga tidak tepat karena bentuk dasar kata-kata itu adalah colok, contoh, dan cubit, yang masing-masing berawal dengan fonem /c/.
Dalam bahasa Indonesia, fonem /c/ pada awal kata dasar tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan meng-.
Dengan demikian, bentuk kata-kata tersebut yang tepat adalah mencolok, mencontoh, dan mencubit, bukan menyolok, menyontoh, dan menyubit. Beberapa contoh lain dapat diperhatikan di bawah ini.
- meng- + cuci mencuci
- meng-…-i + campur mencampuri
- meng-…-i + cinta mencintai
- meng- + cemooh mencemooh
Gugus konsonan /pr/, /st/, /sk/, /tr/, /sp/, /kr/, dan /kl/pada awal kata dasar juga tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan meng-.
Beberapa contohnya dapat diperhatikan di bawah ini.
a. meng- + produksi memproduksi
b. meng- + protes memprotes
c. meng- + proses memproses
d. meng-…-kan + stabil menstabilkan
e. meng-…-kan + skema menskemakan
f. meng- + tradisi mentradisi
g. meng-…-i + sponsor mensponsori
h. meng-… + kritik mengkritik
i. meng- + klasifikasi mengklasifikasi
Fonem /k/, /p/, /t/, dan /s/ pada gugus konsonan tersebut tidak luluh apabila mendapat imbuhan, baik meng- maupun peng-, kecuali fonem awal /p/ jika mendapat imbuhan peng-.
Dalam hal ini, jika mendapat imbuhan meng-, fonem /p/ pada gugus konsonan /pr/ tidak luluh, tetapi jika mendapat imbuhan peng- fonem /p/ itu luluh.
Misalnya:
- meng- + proses memproses
- meng- + produksi memproduksi
- peng- + proses pemroses
- peng- + produksi pemroduksi
Peluluhan fonem /p/ pada awal kata yang berupa gugus konsonan didasarkan pada pertimbangan kemudahan dalam pelafalan.
Dalam hal ini, kata pemroduksi dan pemroses, misalnya, dipandang lebih mudah dilafalkan daripada pemproduksi dan pemproses.
Atas dasar itu, peluluhan fonem /p/ pada gugus konsonan /pr/ yang mendapat imbuhan peng- menjadi pengecualian dari kaidah.
Baca: Bentuk Kata Menurut Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia
Demikian proses Ppembentukan kata dalam bahasa Indonesia melalui pengimbuhan . Semoga bermanfaat.