Ringkasan 5 Materi PPPK Kompetensi Profesional Bahasa Indonesia 2021

Ringkasan 5 Materi PPPK Kompetensi Profesional Bahasa Indonesia 2021

paket-wisatabromo.com – Ringkasan 5 materi PPPK kompetensi profesional bahasa Indonesia 2021 ini dibagikan untuk membantu para calon peserta tes PPPK dan CPNS.

Untuk ringkasan 5 materi PPPK kompetensi profesional bahasa Indonesia 2021 ini disusun berdasarkan modul belajar mandiri tahun 2021 bidang studi bahasa Indonesia.

Ringkasan 4 materi PPPK kompetensi profesional bahasa Indonesia 2021 disajikan dalam bentuk sederhana sehingga mudah dipahami.

Ringkasan 4 materi PPPK kompetensi profesional bahasa Indonesia 2021 tergolong materi yang sering keluar dalam ujian atau tes masuk PPK dan CPNS.

Penyajian materi  ini bertujuan agar pembaca langsung memahami inti ringkasan 5 materi PPPK kompetensi profesional bahasa Indonesia 2021 sehingga memudahkan untuk belajar untuk mempersiapkan tes.

Berikut ini disajikan alternatif ringkasan 5 materi PPPK kompetensi profesional bahasa Indonesia 2021. Semoga dapat difungsikan sebagai acuan belajar untuk menjemput tes PPPK tahun 2021.

Ringkasan 5 Materi PPPK Kompetensi Profesional Bahasa Indonesia 2021

Ringkasan adalah penyajian karangan atau peristiwa yang panjang ke dalam bentuk yang lebih singkat dan efektif dengan tetap mempertahankan urutan isi serta sudut pandang pengarang asli.

Dalam proses penulisannya tentu saja harus dilakukan dengan berhati-hati, karena ringkasan yang dibuat tidak boleh dicampur adukan dengan opini ataupun komentar dari si pembuat ringkasan.

Ringkasan juga berbeda dengan ikhtisar, meskipun kedua istilah tersebut sering disampaikan dan seakan-akan memiliki arti yang sama, kenyataannya jelas berbeda.

Kompetensi profesional adalah kecakapan, kemampuan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang pendidik, pengajar, pembimbing peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Kompetensi profesional itu merupakan kemampuan seorang guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

Kemampuan mengelola pembelajaran didukung oleh pengelolaan kelas, penguasaan materi belajar, strategi mengajar dan penggunaan media belajar.

Ringkasan 5 materi PPPK kompetensi profesional bahasa Indonesia ini meliputi: jenis-jenis makna, hubungan bentuk dan makna, perubahan makna, jenis-jenis perubahan makna.

A. Jenis-Jenis Makna

Berikut ini jenis-jenis makna yang dikemukan oleh para ahli.

1.  Makna Leksikal

Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, leksem, dan kata. Pengertian makna leksikal adalah makna yang makna sesungguhnya, sesuai dengan referennya, sesuai dengan penglihatan pancaindra.

Contoh
  1. Adik merapikan kursi tamu. (tempat untuk duduk).
  2. Anggota dewan memperebutkan kursi. (jabatan).
2. Makna Gramatikal

Makna gramatikal baru dapat diidentifikasi setelah unsur kebahasaan yang satu digabungkan dengan unsur kebahasaan yang lainnya.

Penyebab munculnya makna gramatikal adalah karena adanya proses gramatikal. Selain itu, makna ini terjadi karena adanya hubungan antarunsur bahasa dalam satuan yang lebih besar, misalnya kata turunan, frasa, atau klausa.

Contoh

a. Mangga jatuh dari pohon. (turun meluncur ke bawah)

b. Adik kejatuhan mangga. (ke-an pada kejatuhan bermakna tidak sengaja)

Makna gramatikal sangat beragam. Hampir setiap bahasa memiliki aturan gramatikal yang kadang berbeda-beda.

Misalnya, dalam bahasa Indonesia untuk menyatakan makna jamak, bahasa Indonesia menggunakan bentuk ulang.

Kata roti menyatakan jumlah satu, sedangkan kata roti-roti menyatakan jumlah yang jamak. Hal tersebut tentu berbeda dengan jika kita bandingkan bahasa Inggris.

3. Makna Referensial

Referensi berhubungan dengan sumber acuan. Makna referensial berkaitan langsung dengan sumber yang menjadi acuan. Makna ini mempunyai hubungan dengan makna yang telah disepakati bersama.

Misalnya, kata air termasuk dalam makna referensial. Makna air mengacu pada cairan jernih yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau, diperlukan oleh manusia, hewan, dan tumbuhan, secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen.

Contoh lainnya misalnya kata kertas yang memiliki makna referensial. Makna kata kertas mengacu pada sebuah lembaran yang terbuat dari bubur kayu, jerami, rumput, dan sebagainya yang biasanya digunakan untuk menulis atau dijadikan pembungkus.

Contoh lain kata yang memiliki makna referensial adalah botol, plastik, lampu, masker, kerudung, dan sebagainya. Semua kata tersebut memiliki acuan atau referensi sehingga memiliki makna referensial.

4. Makna Nonreferensial

Satuan-satuan bahasa dalam kajian semantik ada yang memiliki referen ada juga yang tidak memiliki referen.

Pada bagian atas, makna referen berkaitan dengan sumber atau acuan yang dimiliki oleh kata tersebut. Jika yang menjadi pokok perhatiannya adalah acuan, maka makna nonreferensial adalah makna yang tidak memiliki acuan.

Misalnya, kata dan, atau, karena termasuk dalam makna nonreferensial karena tidak memiliki acuan atau referen.

5. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna yang sesungguhnya, makna dasar yang merujuk pada makna yang lugas atau dasar dan sesuai dengan kesepakatan masyarakat pemakai bahasa.

Rujukan makna denotatif adalah pada acuan tanpa “embel-embel” apapun. makna ini sering juga disebut sebagai makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif

Makna denotatif juga berhubungan dengan makna referensial karena makna denotasi ini kadang dihubungkan dengan hasil pengamatan seseorang melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasaan secara langsung.

Contoh

Kata ibu dan mak mempunyai makna denotatif yang sama ‘orang tua perempuan’. Kata ayah dan bapak juga memiliki makna denotatif yang sama ‘orang tua laki-laki’.

Selanjutnya, kata ibu dan mak, kata ayah dan bapak pada contoh di atas memang memiliki makna denotasi yang sama, tetapi memiliki nilai yang berbeda.

Dalam penggunaannya di masyarakat, kata ibu memiliki nilai rasa yang lebih tinggi dibandingkan kata mak. Kata ayah juga memiliki nilai rasa yang lebih tinggi dibandingkan dengan kata bapak.

6. Makna Konotatif

Konotasi sebagai sebuah leksem, merupakan seperangkat gagasan atau perasaan yang mengelilingi leksem tersebut dan juga berhubungan dengan nilai rasa yang ditimbulkan oleh leksem tersebut.

Nilai rasa berhubungan dengan rasa hormat, suka/senang, jengkel, benji, dan sebagainya.

Contoh pemakaian kata langsing dan kurus yang memiliki makna denotatif yang sama.
a. Tubuhnya sangat langsing.

b. Tubuhnya sangat kurus.

Jika dihubungkan dengan keadaan fisik seseorang kedua langsing dan kurus memiliki makna denotasi ‘berat badan yang kurang’.

Dalam penggunaannya, kedua kata tersebut memiliki makna konotasi yang berbeda.

Langsing merujuk pada berat badan yang ideal, biasanya menjadi idaman bagi perempuan, sedangkan kata kurus berkonotasi negatif karena kurang makan, kurang gizi, atau karena penyakit.

Dengan demikian, kata langsing berkonotasi baik dan kata kurus berkonotasi kurang baik.

7. Makna Literal

Makna literal berhubungan dengan makna harfia atau makna lugas. Dalam makna literal, makna sebuah satuan bahasa belum mengalami perpindahan makna pada referen yang lain.

Contoh

a. Di sungai ini banyak lintah.

Kata “lintah”merujuk pada nama binatang, yaitu binatang air seperti cacing, berbadan pipih bergelang-gelang, biasnya berwarna hitam atau cokelat tua, pada kepala dan ujung badannya terdapat alat untuk menghisap darah.

Secara lugas makna kata lintah pada contoh tersebut mengacu pada referen yang sesungguhnya, yaitu hewan penghisap darah.

b. Hati-hati di hulu sungai ini banyak buaya.

Kata buaya merujuk pada salah satu binatang reptil berdarah dingin, bertubuh besar dan berkulit keras, bernafas dengan paru-paru, hidup di sungai atau di laut. Referen buaya mengacu pada salah satu jenis binatang buas yang berbahaya.

c. Nenek mencari kayu di hutan.

Kata nenek mengacu pada ibu dari ayah atau ibu. Ketiga kata tersebut semuanya mengacu pada makna yang sesungguhnya, yaitu makna literal.

8. Makna Figuratif

Makna figuratif adalah makna yang menyimpang dari referennya. Dalam makna figuratif, makna satuan disimpangkan dari referen yang sesunggunya.

Contoh

a. Pekerjaannya seperti lintah darat.

(berkaitan dengan perilaku seseorang yang meminjamkan uang dengan pengembalian yang sangat tinggi).

b.Orang itu terkenal sebagai buaya darat.

(mengacu pada perilaku seseorang yang sering mempeermainkan perempuan).

c. Hati-hati di hutan ada nenek.
(mengacu pada harimau jadi-jadian).

9. Makna Primer

Adalah  makna-makna yang dapat diketahui tanpa bantuan konteks.

10. Makna Sekunder

Adalah makna satuan kebahasaan yang baru dapat didentifikasikan dengan bantuan konteks.

B. Hubungan Bentuk dan Makna

Ketika kita melakukan tindak berbahasa, kita kadangkala menemukan adanya relasi atau hubungan antara satuan bahasa yang satu dengan yang lainnya.

Hubungan makna dapat berkaitan dengan kesamaan makna (sinonim), kebalikan makna (antonim), perbedaan makna (homonim), kegandaan makna (polisemi atau ambiguitas), ketercakupan makna (hiponim), dan kelebihan makna (rudundansi).

1. Sinonim

Kata sinonimi secara harfiah sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’.

Sinonim adalah bentuk bentuk bahasa yang memiliki makna kurang lebih sama atau mirip, atau sama dengan bentuk lain. Kesamaan makna tersebut berada pada tataran kata, frasa, klausa, atau kalimat.

Penggunaan bentuk-bentuk sinonim cakupannya sangat beragam. Dua satuan bahasa yang bersinonim kadang kala tidak serta merta dapat saling menggantikan.

 Contoh

c. Bapak berangkat ke Jakarta.

b. Ayah berangkat ke Jakarta.

c. Bapak Presiden akan datang pagi ini.

d. Ayah Presiden akan datang pagi ini.

Sinonim bapak dan ayah pada kalimat a, b di atas dapat saling menggantikan, sedangkan pada kalimat c,d sinonim bapak dan ayah tidak dapat saling menggantikan.

2. Antonim

Secara harfiah antonim bermakna ‘nama lain untuk benda lain’. Antonim beraitan dengan oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat dijenjangkan

Antonimi merupakan hubungan di antara kata-kata yang dianggap memiliki pertentangan makna.

Adanya pertentangan makna dalam antonimi menunjukkan bahwa hubungan dua buah kata yang berlawan bersifat dua arah.

Jenis Antonim
a. Antonim Mutlak

Antonim mutlak adalah pertentangan bentuk bahasa yang bersifat mutlak. Misalnya kata hidup berantonim dengan mati. Sesuatu yang masih hidup tentunyan belum mati, sebaliknya sesuatu yang sudah mati pastinya sudah tidak hidup lagi.

Kata siang yang berantonim mutlak dengan malam. Ketika matahari berada di atas kepala menandakan hari sudah siang, hari belum gelap/malam, sebaliknya ketika matahari tenggelam, bumi dalam keaadaan gelap maka disebut malam.

2. Antonim Bergradasi
Antonim bergradasi disebut juga dengan oposisi kutub. Pertentangan antonim jenis ini tidak bersifat mutlak atau relatif.

Misalnya kata besar dan kecil. Ukuran besar dan kecil itu relatif, sebuah benda dikatakan besar atau kecil karena diperbandingkan antara unsur yang lainnya.

Mobil bus dianggap besar jika disandingkan dengan mobil sedan karena ukuran mobil sedan dianggap lebih kecil daripada bus.

Sementara itu, ukuran mobil sedan dianggap besar jika disandingkan dengan sepeda motor.

Contoh antonim bergradasi lainnya adalah tinggi dan rendah, panjang dan pendek, murah dan mahal, jauh dan dekat. Pada umumnya kata-kata antonim bergradasi berkategori kata sifat atau adjektif.

3. Antonim Relasional

Antonim jenis ini dapat dilihat berdasarkan kesimetrian dalam makna setiap pasanangannya.

Misalnya kata suami dan istri. Seseorang baru dikatakan sebagai suami ketika sudah memiliki istri.

Hal ini berbeda ketika terjadi perceraian tidak lagi disebut lagi suami, tetapi duda. Contoh lainnya adalah maju dan mundur, memberi dan menerima, guru dan murid Antonim Hierarkial

Antonim jenis ini terdapat dalam satuan waktu, berat, panjang, jenjang kepangkatan, dan jenjang yang lainnya.

Contoh antomin hierarkial adalah kilogram dan kuintal/ton, hari dan bulan, prajurit dengan letnan, mayor, jenderal.

5. Antonim Resiprokal

Antonim resiprokal adalah antonim yang bersifat timbal balik. Makna dalam antonim ini saling bertentangan, namun secara fungsional keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat dan bersifat timbal balik

Contoh antonim ini adalah mengajar dan belajar, menjual dan membeli, mengirim dan menerima.

6. Homonim

Hominimi berarti nama yang sama untuk benda atau hal yang lain’. Dengan kata lain, homonimi adalah hubungan antara kata yang ditulis dan atau dilafalkan dengan cara yang sama dengan kata yang lain, tetapi maknanya tidak saling berhubungan

Misalnya kata buku yang memiliki dua makna:

a. lembar kertas yang berjilid, biasanya berisi tulisan,

b. tempat pertemuan dua ruas (jari, buluh, tebu).

Relasi antara lembar kertas dan tempat pertemun dua ruas disebut sebagai homonim.

7. Polisemi

Polisemi adalah satuan bahasa yang memiliki lebih dari satu.

Misalnya kata ibu bermakna:

a. wanita yang melahirkan seorang anak

b. sapaan untuk wanita yang sudah bersuami,

8. Ambiguitas

Ambiguitas dapat diartikan dengan ‘makna ganda’. Konsep ini mengacu pada sifat konstruksi penafsiran makna yang lebih dari satu.

Contoh

a. Dhifa datang untuk memberi tahu. Makna memberi tahu dapat bermakna:

1) menjadikan supaya tahu.

2) memberi jenis makanan yang terbuat dari kedelai (tahu).

b. Istri pejabat yang nakal itu ditahan Polisi.

Makna kalimat di atas memiliki dua makna, yaitu:

1) yang nakal adalah istri dari seorang pejabat,

2) yang nakal adalah pejabat itu sendiri.

9. Redundansi

Seringnya,istilah redundansi sering diartikan sebagai sesuatu yang belebih-lebihan, misalnya berlebihan pemakaian unsur segmental dalam kalimat.

Biasanya Istilah redundansi dipakai dalam linguistik modern. Istilah ini digunakan untuk menyatakan bahwa salah satu konstituen kalimat yang tidak perlu jika dipandang dari sisi semantik. Redundansi adalah pemakaian unsur segmental yang berlebihan.

Contoh Redudansi

a. Adzkia datang agar supaya mendapat hadiah dari temannya.

Kata agar dan supaya memiliki makna yang hampir sama sehingga kemunculannya dalam kalimat tersebut harus memilih salah satunya saja.

b. Para guru-guru mengikuti pelatihan minggu depan di LPPM.

Kata para adalah penanda jamak dan kata guru-guru juga sebagai penanda jamak.

c. Dhifa datang pada hari Senin, tanggal 21 April 2019.

kata Senin adalah penanda hari dan 21 penanda tanggal. Jika diperbaiki kalimat tersebut adalah sebagai berikut.

C. Perubahan Makna

Jenis-Jenis Perubahan Makna

1. Perluasan Makna

 Salah satu perubahan yang terjadi dalam bahasa adalah perluasan makna. Indikator perluasan makna dapat dilihat bahwa makna sekarang lebih luas daripada makna terdahulu.

Contoh

a. Kata                 :  “adik”

Makna Lama      : ‘saudara kandung yang lebih muda’ (laki-laki atau perempuan)
Makna baru       : ‘kata sapaan kepada laki- laki atau perempuan yang lebih muda’

b. Kata                : Anak

Makna lama      : ‘generasi kedua atau keturunan pertama’
Makna baru      : ‘semua orang yang dianggap lebih muda; orang yang termasuk                                     dalam suatu golongan pekerjaan

c. Kata               :  Manuskrip

Makna lama     : ‘naskah tulisan tangan yang menjadi kajian filologi
Makna baru     : ‘naskah, baik tulisan tangan (dengan pena, pensil) maupun ketikan’

2. Penyempitan Makna

Penyempitan makna terjadi ketika sebuah kata yang pada awalnya mempunyai makna yang luas kemudian maknanya berubah menjadi lebih sempit.

Kata madrasah, pendeta, sarjana, sastra adalah kosakata yang mengalami penyempitan makna.

3. Peninggian Makna

Peninggian makna atau ameliorasi berhubungan dengan nilai rasa yang lebih baik atau sopan.

Perubahan ini akan membuat kosakata atau ungkapan menjadi lebih halus, tinggi, hormat daripada kosakata pilihan yang lainnya.

Contoh
a. Susilo Bambang Yudhoyono mantan Presiden RI.

b. Susilo Bambang Yudhoyono bekas Presiden RI.

4. Penurunan Makna

Penurunan makna atau peyorasi berkebalikan dengan ameliorasi. Proses perubahan makna ini dapat dilihat dari makna kata atau yang mempunyai makna lebih rendah, kasar, atau kurang sopan.

Contoh

a. Pemuda itu menjadi jongos di rumah mewah itu.

b. Selama bekerja sebagai pelayan toko, ia tidak pernah pulang ke kampung.

c. Para suami mendampingi bini mereka di kantor kelurahan.

d. Mahasiswa menginginkan para koruptor dijebloskan ke dalam penjara.

5. Pertukaran Makna

Pertukaran makna disebut sinestesia. Perubahan makna ini disebabkan karena pertukaran tanggapan indra, seperti pendengaran, pengecapan, dan penglihatan.

Contoh pertukaran makna dapat dilihat pada kalimat berikut ini.
a. Sikapnya sangat dingin ketika peristiwa itu terjadi.

b. Terlalu banyak kenangan manis di kota pelajar ini.

c. Analisisnya begitu tajam terhadap permasalahan bangsa ini.

d. Tugas-tugas yang mereka terima begitu berat.

e. Para guru seharusnya haus akan ilmu pengetahuan.

f. Ucapannya begitu pedas didengar.

g. Pengalaman pahit menjadi cambuk bagi tim kami.

Baca:

Demikian ringkasan 5 materi PPPK kompetensi profesional bahasa Indonesia 2021. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *