Sebutkan Perbedaan antara Teks Drama dengan Pementasan Drama!

Sebutkan Perbedaan antara Teks Drama dengan Pementasan Drama!

paket-wisatabromo.com-Sebutkan Perbedaan antara Teks Drama dengan Pementasan Drama! Jawaban yang tepat atas pertanyaan tersebut tersaji berikut ini.

Sebutkan Perbedaan antara Teks Drama dengan Pementasan Drama!

Perbedaan antara Teks Drama dengan Pementasan Drama!

Teks drama dengan pementasan drama memang merupakan dua hal yang berbeda. Teks drama merupakan bagian dari pementasan drama.

Selain itu, bisa dikatakan bahwa ruangng lingkup teks drama lebih sempit dibandingkan dengan ruang lingkup pementasan drama.

Perbedaan yang menonjol di antara keduanya adalah terletak pada unsur-unsurnya. Berikut ini adalah penyajian unsur teks drama dengan unsur pementasan drama.

Unsur Teks Drama

Teks drama dapat kamu sebut juga dengan istilah naskah drama. Unsur-unsur teks drama terdiri atas: alur, tokoh, tema, latar, amanat, lakuan, dialog, dan teks samping.

1. Alur

Alur atau plot atau kerangka cerita merupakan jalinan cerita atau kerangka dari awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang berlawanan (Waluyo).

Menurut Wiyanto (2002) secara rinci, perkembangan plot drama ada enam tahap, yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan.

Tahap eksposisi disebut pula tahap perkenalan. Wujud perkenalan ini berupa penjelasan untuk mengantarkan penonton pada situasi awal lakon drama.

Pada tahap konflik, mulai muncul insiden (kejadian). Insiden pertama inilah yang memulai plot sebenarnya, karena insiden merupakan konflik yang menjadi dasar sebuah drama (Wiyanto 2002).

Selanjutnya, cerita berkembang ke dalam tahap komplikasi sehingga menimbulkan konflik-konflik yang semakin banyak dan rumit.

Banyak persoalan yang saling terkait yang menimbulkan tanda tanya. Konflik pun akhirnya memuncak dan masuk pada tahap krisis.

Klimaks berarti titik pertikaian paling ujung yang dicapai pemain protagonis (pemeran kebaikan) dan pemain antagonis (pemeran kejahatan).

Tahap resolusi merupakan penyelesaian konflik. Jalan keluar penyelesaian konflik-konflik yang terjadi sudah mulai tampak jelas.

Tahap terakhir adalah keputusan. Pada tahap ini semua konflik berakhir dan sebentar lagi cerita selesai. Dengan selesainya cerita, maka pementasan drama selesai (Wiyanto, 2002).

Menurut Wiyanto (2002), alur drama disajikan dalam urutan babak dan adegan. Babak adalah bagian terbesar dari drama.

Pergantian babak bisa ditandai dengan layar yang turun atau lighting sejenak dimatikan.

Pergantian babak biasanya menandai pergantian latar (di panggung pergantian properti), baik latar waktu, atau latar tempat/ruang, atau keduanya.

Adegan adalah bagian dari babak. Satu babak dapat terdiri atas beberapa adegan. Sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana. Pergantian adegan tidak selalu disertai pergantian latar.

2. Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang menggerakkan alur drama. Cara menggambarkan tokoh disebut penokohan. Penokohan ini erat hubungannya dengan perwatakan.

Menurut Wiyanto (2002), karakter atau perwatakan adalah keseluruhan ciri-ciri jiwa seorang tokoh dalam lakon drama.

Watak para tokoh ini dapat digambarkan dalam tiga dimensi (watak dimensional), yaitu dimensi fisiologis, psikologis, dan sosiologis (Waluyo, 2003).

Untuk dimensi fisiologis terkait dengan kondisi fisik tokoh seperti umur, jenis kelamin, warna kulit, tinggi rendah badan, kurus gemuk badan, suara, dan sebagainya.

Dimensi psikologis terkait dengan kondisi psikis seperti watak, mentalitas, standar moral, temperamen, keadaan emosi, dan sebagainya.

Dimensi sosiologis terkait dengan kondisi sosial yang melingkupinya, seperti pekerjaan atau mata pencaharian, agama, ras, kelas sosial, dan sebagainya.

Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, tokoh-tokoh dalam drama dapat dikategorikan dalam tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang mendukung cerita.

Dalam drama biasanya ada satu atau dua tokoh protagonis utama yang didukung oleh tokoh-tokoh pendukung lainnya.

Tokoh antagonis adalah tokoh penentang cerita. Dalam drama biasanya ada seorang tokoh utama yang menetang cerita dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.

Tokoh tritagonis adalah tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis (Waluyo, 2003:16).

3. Latar

Waluyo (2001) menyatakan bahwa setting atau tempat kejadian cerita disebut latar cerita. Secara lebih lengkap, Wiyatmi (2006) menyatakan latar dalam naskah drama meliputi latar tempat, waktu, dan suasana yang ditunjukkan dalam teks samping.

Dalam pentas drama, latar divisualisasikan di atas pentas dengan tampilan, dekorasi, dan tata panggung yang menunjukkan situasi tertentu.

Untuk memahami latar, maka seorang pembaca naskah drama, para aktor, dan pekerja teater yang akan mementaskannya harus memperhatikan keterangan tempat, waktu, dan suasana yang terdapat pada teks samping atau teks nondialog (Wiyatmi 2006).

4. Tema

Tema adalah pikiran pokok yang mendasari lakon drama, yang dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi cerita yang menarik (Wiyanto, 2002).

Menurut Waluyo tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama.

Dalam drama, tema akan dikembangkan melalui alur dramatik melalui tokoh-tokoh protagonis dan antagonis dengan perwatakan yang memungkinkan terjadinya konflik dan diformulasikan dalam bentuk dialog. Dengan kata lain, tema ini menjadi dasar untuk pengembangan cerita.

5. Amanat

Seorang pengarang drama, sadar atau tidak sadar, pasti menyampaikan amanat atau pesan dalam karyanya.

Pembaca dan penonton mencari amanat dari drama yang dibacanya atau pementasan yang ditontonnya.

Pembaca yang teliti akan menangkap amanat yang tersirat di balik yang tersurat. Amanat bersifat subjektif.

Artinya, pembaca dapat berbeda-beda menafsirkan makna atau amanat karya itu bagi dirinya.

Menurut Waluyo amanat sebuah drama akan lebih mudah dihayati penikmat, jika drama itu dipentaskan.

Melalui pelajaran moral, pesan- pesan kebaikan, empati pada isu-isu kemanusiaan, dan sebagainya, drama akan memberikan manfaat dalam kehidupan.

Selain kemanfaatan, tentu saja membaca teks drama atau menonton pementasan drama akan membuat pembaca atau penonton menjadi terhibur.

6. Dialog

Untuk dialog ini merupakan ciri khas drama. Dialog dilakukan oleh para tokoh dan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan.

Selanjutnya, dialog ini menggerakkan alur drama. Karena drama adalah gambaran kehidupan, maka dialog juga harus menggambarkan kehidupan para tokohnya.

Menurut Waluyo, ragam bahasa dialog adalah bahasa lisan yang komunikatif dan bukan bahasa tulis.

Hal ini disebabkan drama adalah potret kenyataan yang diangkat ke dalam pentas. Sebagai contoh, dialog ibu dan anak dalam keseharian menggunakan bahasa lisan yang tidak formal.

Jika dalam pementasan bahasa ibu dan anak menggunakan bahasa tulis dan formal, maka relasi atau hubungan ibu dan anak menjadi tidak alami dan tidak hidup.

Selain komunikatif, Waluyo menyatakan bahwa dialog dalam drama harus bersifat estetis atau memiliki keindahan bahasa.

Bahkan, kadang- kadang dialog harus bersifat filosofis dan mampu mempengaruhi keindahan.

Hal ini disebabkan kenyataan yang ditampilkan dalam pentas harus lebih indah dari kenyataan yang sesungguhnya terjadi dalam dunia nyata.

Menurut Waluyo dialog juga harus hidup, artinya mewakili tokoh yang dibawakan oleh para pemain.

Watak secara fisiologis, psikologis, dan sosiologis dapat diwakili oleh dialog itu. Sebagai contoh, seorang tokoh dengan fisik yang lemah, sakit, kritis, dan sakaratul maut tidak mungkin bersuara keras dengan mimik wajah yang cerah ceria.

7. Lakuan

Unsur lakuan merupakan gerak-gerik pemain di atas pentas. Lakuan harus berkaitan dengan alur dan watak tokoh.

Pengertian lakuan adalah proses perwujudan adanya sebuah konflik di dalam sebuah drama. Konflik adalah hal yang bersifat dramatik.

Dalam sebuah drama, lakuan tidak selamanya badaniah dengan gerak-gerik tubuh. Akan tetapi, lakuan dapat juga bersifat batiniah atau laku batin, yaitu pergerakan yang terjadi dalam batin pelaku, yang dapat dihasilkan oleh dialog.

Dialog akan menggambarkan perubahan atau kekusutan emosi yang terungkap dalam sebagaian dari percakapan pelakunya.

Di sini situasi batin dapat pula terlihat dari gerak-gerik fisik seseorang, yang disebut sebagai dramatic action yang terbaik (Grabanier dalam Wiyatmi, 2006).

Karena itu, Waluyo menyatakan bahwa diksi dalam dialog harus disesuaikan dengan dramatic action ini.

8. Teks Samping

Teks samping atau petunjuk teknis mempunyai nama lain yaitu kramagung. Dalam bahasa Inggris sering disebut stage direction.

Sesuai namanya, teks samping ini memberikan petunjuk teknis tentang tokoh, waktu, suasana pentas, suara, musik, keluar masuknya pemain, keras lemahnya dialog, warna suara, perasaan yang mendasari dialog, dan sebagainya.

Teks samping yang lengkap akan membantu sutradara dan para pemain dalam menafsirkan naskah.

Teks samping ini biasanya ditulis dengan tulisan yang berbeda dari dialog, misalnya huruf besar, huruf miring, atau di dalam kurung buka dan kurung tutup.

Unsur Pementasan Drama

Berikut ini adalah unsur-unsur pementasan drama. setidaknya ada delapan unsur pementasan drama, yaitu naskah drama, pemain atau aktor/aktris, sutradara, tata rias, tata busana, tata pentas, tata lampu, tata suara, dan penonton.

Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing unsur pementasan drama tersebut.

1. Naskah Drama

Pementasan drama dilakukan berdasarkan naskah drama. Dalam naskah drama terdapat dialog dan teks samping yang akan menjadi panduan pementasan.

Naskah drama ini biasanya dibagi menjadi babak demi babak dan adegan demi adegan.

Dalam naskah drama termuat nama-nama tokoh dalam cerita, peran tokoh, dialog yang diucapkan, lakuan yang dilakukan para tokoh, alur cerita, dan penataan panggung.

2. Pemain (Aktor dan Aktris)

Pemain merupakan orang yang memerankan cerita di atas pentas. Aktor adalah pemain laki-laki, sedangkan aktris adalah pemain perempuan.

Pemain ini akan menentukan jalan cerita drama. Karena itu, seorang pemain harus dapat memahami tokoh yang diperankan dan harus dapat memerankannya dengan penghayatan yang tepat.

Dengan alasan ini, peran pemain ini sangat penting dalam pementasan sehingga Waluyo menyatakan bahwa aktor dan aktris menjadi tulang punggung pementasan.

Dengan aktor dan aktris yang tepat dan berpengalaman, serta didukung naskah dan sutradara yang baik, sebuah pementasan akan menjadi bermutu.

3. Sutradara

Tugas sutradara adalah mengkoordinasi segala anasir pementasan, sejak latihan sampai dengan pementasan selesai.

Tugas sutradara meliputi mengurus acting para pemain, mengurus kebutuhan yang berhubungan dengan artistik dan teknis.

Bahkan, urusan musik, tata panggung, tata lampu, tata rias, kostum, dan sebagainya diatur atas persetujuan sutradara.

Dengan tugas- tugas ini, dapat dipahami bahwa tugas sutradara tidaklah ringan dan mudah.

Selain penguasaan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pentas, seorang sutradara juga harus memiliki kemampuan manajemen dan komunikasi yang bagus.

Sebagai pemimpin pementasan, seorang sutradara mengkoordinir banyak sekali orang, mulai dari pemain, tim tata rias, tim kostum, tim teknis panggung, dan sebagainya.

Meskipun sebagai pemimpin pementasan, seorang sutradara tetap harus mengakomodasi usulan dari tim.

4. Tata Rias

Tata rias adalah seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah peran sesuai tuntutan lakon (Waluyo).

Karena itu, penata rias dalam pementasan drama harus memahami peran apa yang akan dimainkan oleh pemain yang diriasnya.

Terkait dengan watak dimensional, penata rias harus memahami dimensi fisiologis, psikologis, dan sosiologis tokoh.

Karena itu, tugas penata rias tidak sekadar membuat aktor menjadi ganteng dan aktris menjadi cantik, tetapi lebih dari itu adalah merias sesuai karakternya.

Penata rias memahami teknik membuat kumis atau jenggot buatan, teknik membuat pemain tampak galak, bahkan teknik membuat pemain menjadi menakutkan seperti hantu.

Secara lebih spesifik, seorang penata rias harus memiliki teknik seni dalam merias, seperti teknik shading hidung, meniruskan pipi, memajukan gigi, menebalkan mata, membuat keriput, membentuk alis dan teknik lainnya.

Selain itu, penata rias juga harus terampil dan cekatan mengingat pemain yang dirias bisa jadi banyak dengan teknik rias yang membutuhkan waktu yang lama.

Penata rias harus memiliki manajemen waktu yang baik sehingga pemainnya bisa siap sebelum pementasan dimulai.

5. Tata Busana

Penata busana dalam pementasan drama membantu aktor membawakan perannya sesuai tuntutan lakon (Waluyo).

Penata busana mengatur pakaian pemain, seperti bahan, model, dan cara mengenakannya.

Tata busana tidak bisa dipisahkan dengan tata rias. Karena itu, penata rias dan penata busana harus bekerja sama untuk saling menyesuaikan dan saling membantu untuk menciptakan tokoh yang hidup dalam pementasan.

Untuk pementasan dengan latar waktu dan latar sosial yang khas, penata busana harus melakukan riset untuk menentukan kostum yang tepat.

Sebagai contoh, pementasan drama dengan latar waktu sebelum kemerdekaan memerlukan busana-busana yang sesuai dengan masanya.

Begitupun untuk pementasan dengan latar sosial tipikal Suku Dayak. Penata busana harus detil memahami jenis kostum yang tepat.

6. Tata Pentas

Tata pentas adalah segala hal yang terkait dengan penataan tempat pementasan. Istilah tata panggung biasanya digunakan untuk pementasan di panggung.

Namun, pementasan dapat juga dilakukan di arena, tanah lapang, ruangan, atau tempat yang lain. Penata pentas biasanya dilakukan secara tim.

Panggung atau tempat pentas lainnya mendeskripsikan tempat, waktu, dan suasana yang terjadi. Tata pentas ini berhubungan dengan tata lampu dan tata suara.

7. Tata Lampu

Penata lampu bertugas mengatur pencahayaan di panggung. Karena itu, bagian ini sangat terkait dengan tata panggung.

Tata lampu dalam pementasan tidka sekadar memberi penerangan selama pementasan. Lebih dari itu, lampu memiliki banyak fungsi.

Fungsi tata lampu menurut Waluyo (2003:137-138) di anataranya adalah memberi efek alamiah dari waktu (misalnya jam, musim, cuaca, dan suasana), membantu melukis bayangan, mengekspresikan mood dan atmosfer lakon, dan sebagainya.

8. Tata Suara

Tata suara bisa terkait pengaturan pengeras suara (sound system), microphone, musik latar, musik dan suara-suara pengiring, dan sebagainya.

Menurut Waluyo, musik dapat menjadi bagian lakon, tetapi yang terbanyak justru digunakan seabgai ilustrasi, baik sebagai pembuka seluruh lakon, pembuka adegan, memberi efek pada lakon, maupun sebagai penutup lakon.

Tata suara berfungsi memberikan efek suara yang diperlakukan lakon, seperti bunyi suara burung, suara tangis, suara kereta api, dan sebagainya.

Untuk memberikan efek tertentu, musik sering digabung dengan suara (sound effect).

Di dalam naskah, tata suara ini sering kali tidak tidak dijelaskan secara detil. Informasi dalam teks samping biasanya bersifat umum, seperti musik pelan, gaduh, sendu, atau sedih.

Musik pengiring sebaiknya berada di balik layar agar tidak mengganggu para pemain dengan volume yang tepat.

9. Penonton

Penonton menjadi unsur penting dalam pementasan drama. Kesuksesan sebuah pementasan drama dapat dilihat dari respon para penonton.

Penonton akan mengapresiasi pementasan sesuai denganlatar belakang pendidikan, ekonomi, ideologi, minat, dan sebagainya.

Unsur teks drama dengan unsur pementasan drama memang dua hal yang berbeda walaupun masih dalam satu bidang pembahasan berkaitan dengan drama.

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat kamu simpulkan bahwa ruang lingkup teks drama lebih sempit dibandingkan dengan ruang lingkup pementasa drama.

Unsur teks drama menjadi bagian dari unsur pementasan drama. Inilah yang membuktikan bahwa ruang lingkup unsur teks drama lebih sempit dari pada unsur pementasan drama. Itu pembedanya.

Jadi, sekarang kamu sudah tahu ya perbedaan unsur teks drama dengan unsur pementasan drama. Jangan bingun lho ya. baca sekali lagi jika masih bingung.

Baca: Sebutkan Sembilan Unsur Pementasan Drama yang Kamu Ketahui!

Demikianlah jawaban yang tepat atas pertanyaan mengenai sebutkan perbedaan antara teks drama dengan pementasan drama! Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *