Berkenalan dengan Buku Tunas Pancasila Unduh
paket-wisatabromo.com-Buku Tunas Pancasila diterbitkan oleh Direktorat Sekolah Dasar. Buku ini dapat menjadi salah satu ikhtiar untuk menanamkan pengertian-pengertian yang terkait Pancasila.
Tunas Pancasila sebagai predikat yang disematkan kepada anak-anak sekolah dasar merupakan terobosan Kemendikbud Ristek untuk menyemai nilai-nilai Pancasila sejak dini.
Sehingga pada jenjang pendidikan berikutnya Pancasila akan bersemayam dalam sanubari anakanak kita sebagai kebaikan yang hidup terus menerus dan melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa Indonesia.
Penulis
Daniel Zuchron adalah penulis Buku Tunas Pancasila. Sedangkan penyusunnya ada empat orang, yaitu Anton Leonard SP, Deni Gunawan, Edi Rahmat Widodo, dan Esti Purnawinarni.
Buku Tunas Pancasila
Buku ini terdiri atas lima bab. Bab-bab dalam buku tersebut antara lain: bab 1 Pendahuluan, Bab 2 Menggali Pancasila, bab 3 Memahami Makna Pancasila, bab 4 Menyemai Nilai-Nilai Pancasila, dan bab 5 adalah penutup.
1. Bab Pendahuluan
Dalam Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024 disebutkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendukung visi dan misi presiden untuk mewujudkan Indonesia Maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya Pelajar Pancasila yang bernalar kritis, kreatif, mandiri, beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, bergotong royong, dan berkebhinnekaan global.
Visi tersebut menggambarkan komitmen Kemendikbud mendukung terwujudnya visi dan misi presiden melalui pelaksanaan tugas dan kewenangan yang dimiliki secara konsisten, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya, dengan mengedepankan profesionalitas dan integritas.
2. Bab Menggali Pancasila
Bagian ini menjelaskan kedudukan Pancasila sebagai hasil penggalian dari dalam realitas kehidupan bangsa Indonesia. Pilihan kata “menggali” merujuk pada Soekarno atau Bung Karno sebagai salah satu penggali Pancasila.
Untuk mendapatkan sesuatu yang bernilai, maka diperlukan penggalian hingga diperoleh emas permata. Ilustrasi fisik seperti ini merupakan tamsil perumpamaan untuk memudahkan pemahaman.
Seringkali kita melupakan fakta bahwa selain halhal yang bersifat fisik materi ada juga yang bersifat nonfisik immateri.
Ada yang bersifat lahir dan ada yang bersifat batin. Pancasila berada pada dimensi nonfisik immateri sama kedudukannya seperti halnya penyebutan terhadap kebaikan, keindahan, pendidikan, dan lain-lain.
Bab 2 ini terdiri atas tiga subjudul
a. Kelahiran Pancasila
Pancasila hadir melalui proses historis yang mengiringi kelahiran Indonesia. Persiapan kemerdekaan Indonesia melalui para tokoh pendiri bangsa meletakkan Pancasila sebagai simpul kesepakatan yang fundamental.
Berbagai pikiran yang mengemuka pada saat itu merujuk kepada pentingnya dasar sebuah negara yang diimajinasikan bersama. Kesadaran untuk mendirikan sebuah negara berdaulat tidak berangkat dari mimpi di siang bolong.
Dia merupakan tumpukan memori yang diinisiasi atas kenyataan sejarah pergulatan bangsa. Sebuah bangsa yang mendiami deretan kepulauan yang membentuk lanskap geografis yang khas.
Kawasan unik dan eksotik yang hanya satu-satunya ada di muka bumi, diapit oleh dua benua dan dua samudera. Kawasan inilah yang memicu dan memancing peristiwa besar penjelajahan samudera oleh bangsa Eropa untuk mencari pusat rempahrempah dunia di dunia timur Nusantara.
b. Hakikat Pancasila
Sesuatu yang tidak memiliki kesamaan akan sulit untuk dipadankan. Realitas bangsa Indonesia yang plural dan majemuk membutuhkan pengikat yang mempersatukan perbedaan.
Pancasila menjadi simpul yang mempersatukan keragaman gagasan dan kehendak bangsa Indonesia. Hakikatnya Pancasila itu adalah bangsa Indonesia itu sendiri.
Indonesia yang kita kenal hari ini sebagai sebuah bangsa dan negara merupakan suatu entitas yang tidak tunggal, atau dengan kata lain ia adalah entitas yang kompleks.
Sehingga kemunculan Indonesia sebagai sebuah bangsa di tengahtengah bangsa lain di dunia, tidak dapat kita pandang sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.
Keberhasilan memunculkan “diri” itu tidak lepas dari proses yang panjang, berliku, dan harus melewati jalan terjal berbahaya.
Jauh sebelum para pendiri bangsa (founding fathers) kita menegaskan Indonesia sebagai sebuah bangsa dan negara, dia merupakan sebuah entitas dengan berbagai macam karakteristik yang satu sama lain berbeda.
Di mana dahulu orang mengenalnya sebagai Nusantara dan kemudian Hindia-Belanda.
c. Pancasila Keniscayaan Indonesia
Negara sebagai bentuk formal, di mana sebuah bangsa mendiami dan hidup di dalamnya seperti bejana dan air yang mewadahinya.
Indonesia sebagai negara bangsa (nation state) dalam bentuk negara kesatuan menempatkan Pancasila sebagai manifestasi jiwanya.
Sehingga kebutuhan berbangsa dan bernegara meniscayakan konsep sederhana yang mempersatukan bagian-bagian yang membentuk keduanya.
Perbedaan generasi pendahulu, sekarang, dan yang akan datang hanya dipisahkan oleh waktu.
Eksistensinya pada dasarnya sama, manusia yang menjalani kehidupannya sepanjang dia eksis.
Seandainya Pancasila tidak pernah hadir pada saat itu, kebutuhan generasi bangsa tetap akan mencari dasar-dasar yang mempersatukan segala perbedaan yang dihadapi sekarang.
Oleh karena itu, kita berpatokan atas sejarah yang telah menuliskan bahwa pendahulu pernah melakukan hal yang genuine untuk menyelesaikan problem pelik dasar negara.
Secara praktis ini memudahkan kita menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang dan seterusnya.
Tegasnya jika diberikan kertas kosong, bagaimana kita akan menuliskan dasar negara bila tidak pernah ada contoh sebelumnya? Hal inilah yang memerlukan perenungan mendalam.
3. Memahami makna Pancasila
Dalam keseharian kita sering muncul sesuatu yang terlintas dalam pikiran. Pikiran kita mengenalinya dengan istilah atau nama sesuatu.
Masalahnya sesuatu tersebut ada yang hanya berkutat dalam pikiran kita dan tidak menemukan rujukan atau buktinya di dunia nyata.
Ada juga sesuatu yang kita temukan atau rasakan tersebut, tetapi kita sulit menyebutkannya atau tidak mengenalinya meskipun dia ada.
Contohnya, sesuatu yang kita kenali sebagai air. Kita mengetahuinya dengan penyebutan air dan memang dalam kenyataannya kita menemukan ada sesuatu benda cair.
Pada dimensi materi tentu ini lebih mudah dipahami. Pikiran kita bekerja atas dasar panca indera yang mudah mengenali sesuatu yang bersifat kebendaan.
a. Logika Pancasila
Pancasila sebagai gagasan seringkali dikaitkan dengan berbagai gagasan lainnya. Ide universal Pancasila memerlukan uraian logika yang mampu menjawab kaitannya dengan aspekaspek lain seperti misalnya hubungannya dengan kemajemukan empiris, relasi ideologi, relasi dengan agama, gagasan sebagai falsafah bangsa.
Seringnya kita mendengar Pancasila sebagai filsafat seperti sila-sila Pancasila saling berkaitan antara pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama masyarakat bangsa (Fokky Fuad Wasitaatmadja dkk: 110111).
Roeslan Abdulgani pernah mengungkapkan tingkatan pemberlakuan Pancasila yang dimulai dari falsafah negara (staat filosofie) menjadi pandangan hidup (leben anschaung/ weltanschaung) menjadi suatu rangkaian cita-cita dan gagasan ideologi (a set of idea and ideas) kemudian diendapkan menjadi dasar negara (1998: 54-55). Memahami kalimat seperti ini dapat dimulai dengan pemahaman logika.
Kata Pancasila dapat dipastikan menjadi kata yang sangat familiar bagi segenap bangsa Indonesia. Dia singgah dan bahkan melekat serta menetap dalam pikiran kita.
Tanyakan saja kepada setiap orang dewasa WNI bahkan anak-anak tentang apakah pernah dirinya mengetahui Pancasila?
Tentu saja jawabannya adalah tahu dan pernah mengetahui Pancasila. Secara teknis logika, sesuatu yang singgah dan memberikan sebuah gambaran dalam pikiran seseorang, maka dia telah memiliki ilmu tentangnya.
Terdapat kondisi yang berubah dari yang semula tidak tahu menjadi kenal tentang sesuatu itu. Inilah yang dinamakan dengan ilmu, “gambaran yang hadir dalam benak pikiran manusia”.
b. Wujud Pancasila
Memahami Pancasila sebagai sebuah ilmu pengetahuan membutuhkan uraian konseptual.
Apakah Pancasila itu sebuah gagasan substansi yang tanpa wujud ataukah perwujudan yang tanpa makna memerlukan upaya memahaminya sebagai objek pengetahuan. Sehingga Pancasila mudah untuk dipahami dan tidak salah mengerti karena kesulitan untuk membuktikannya.
Daya yang dimiliki bangsa Indonesia dalam memahami Pancasila ditunjukkan melalui perangkat ilmu pengetahuan yang melekat dalam dirinya sebagai manusia.
c. Pohon Karakter Pancasila
Mengaitkan Pancasila sebagai sumber penguatan karakter bangsa memerlukan sistem penjelasan yang komprehensif dan detail.
Pohon karakter menjadi cerminan konseptual untuk menempatkan kerangka logis yang mudah untuk dipahami.
Simbol pohon karakter menunjukkan bagian-bagian pertumbuhan seorang anak didik melalui konsep akar, batang, cabang, dahan, daun, bunga, dan buah dari sebuah ekosistem pendidikan.
Pada bagian menggali Pancasila di atas telah diuraikan betapa realitas keindonesiaan menjadi inspirasi dan pemicu terciptanya Pancasila.
Bumi, tanah, air dan udara Indonesia merupakan ruang hidup yang menjalin sistem dan beragam pola kehidupan manusia Indonesia.
Penemuan nilai ketuhanan hingga keadilan direfleksikan secara optimal dan diikat dengan nama Pancasila. Jika para pendiri bangsa tidak memiliki kualifikasi kecerdasan berpikir tidak mungkin kita menerima Pancasila sebagai sebuah fakta pemikiran hari ini.
Pada tingkat penerimaan yang sedemikian menyeluruh dari bangsa Indonesia inilah terdapat kesesuaian fakta bahwa Pancasila mengandung unsur-unsur metafisika yang tepat.
Realitas Indonesia yang hidup dialihkan menjadi seperangkat nilai dalam bentuk sila-sila dan diikat dalam kata “Pancasila”.
Karena inilah Pancasila bukan agama sebagai tuntunan langsung dari langit melalui utusan-Nya. Tetapi hasil pencarian dan pendalaman para pendiri bangsa atas realitas Indonesia.
4. Menyemai nilai-nilai Pancasila
Bagian ini menjelaskan kerangka terapan atas nilai-nilai Pancasila dalam bentuk yang implementatif.
Setelah kita mengenal dan mengetahui bahwa Pancasila adalah sesuatu yang jelas dan nyata adanya serta memahami alur pikir atas keberadaan Pancasila, maka mengungkap sejumlah makna dalam bentuk saripati gagasan dan nilai-nilai yang dikehendaki menjadi lebih mudah.
Hal ini tidak lepas dari kenyataan historis dan berbagai rumusan yang ada merupakan turunan pemikiran Pancasila yang hendak diwujudkan.
a. Manifestasi Sila Pancasila
Kekuatan gagasan Pancasila yang tercermin dalam sila-sila menjadi pedoman untuk memperkuat kepribadian bangsa Indonesia.
Memahami sila demi sila Pancasila melalui penjelasan penalaran hingga muncul penghayatan rasa tidak terlepas dari upaya menerapkannya dalam dunia pendidikan dan kehidupan keseharian.
Pancasila sebagai dasar negara sudah tertuang dalam untaian kalimat yang indah dan kokoh pada Pembukaan UUD 1945. Kita dapat meresapi dan menghayati secara lebih mendalam selengkapnya sebagai berikut:
“Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya,dst.
b. Profil Pelajar Pancasila
Setelah uraian ide dasar atas Pancasila sejak penggaliannya, landasan logika yang terbangun hingga pemaknaan yang dituangkan dalam uraian sila demi sila, maka upaya menyemai nilai-nilai yang diinginkan melalui dunia pendidikan masuka pada ranah kebijakan.
Dimensi kebijakan pada dasarnya turunan konseptual dari gagasan besar yang ditanamkan dalam tujuan-tujuan programatik.
Hal ini juga bagian utama dari mandat dan tujuan negara ini dibangun yang sangat tegas yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Alur berpikir dari cerapan realitas atas pancasila menuntun ragam strategi menuju capaian yang diinginkan.
Kemendikbud menjadi bagian dari alat negara yang dituntun Pancasila (leitstar) dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa tersebut.
c. Tunas Pancasila
Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sementara Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
5. Penutup
Buku Tunas Pancasila ini pada dasarnya buku yang memberikan ringkasan komprehensif tentang Pancasila yang ditujukan bagi warga sekolah.
Kemendikbud ingin mendorong warga sekolah menciptakan ekosistem sekolah yang mampu menyemai anak didik menjadi tunas-tunas Pancasila.
Bahwa Pancasila mampu dipahami oleh anak didik dengan alam pikirnya yang berkesesuaian dengan realitas pendidikan, khususnya pada pendidikan sekolah dasar.
Alur penulisan buku ini sejak penggalian Pancasila, pemahaman Pancasila hingga bagaimana melakukan penyemaian nilai-nilai Pancasila ditujukan bagi orang dewasa dan warga sekolah menikmati dunia pendidikan sebagai wahana melestarikan kebaikan bangsa ini.
Tugas orang dewasa dalam lingkup sekolah dasar menurunkannya dalam segenap kegiatan sekolah.
Dan menajamkannya dalam tujuan-tujuan khusus yang menciptakan mental karakter baja atas anak didik seperti halnya mental baja yang dimiliki oleh para pendiri bangsa dalam merumuskan dan melestarikan Pancasila.
Pendidikan sekolah dasar memberikan fondasi yang kukuh dan menyiapkan anak didik untuk maju terus pendidikan selanjutnya dalam tingkat yang lebih tinggi.
Buku Tunas Pancasila selengkapnya Unduh
Baca: Kaidah Bahasa dalam Buku Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP MTs Kurikulum Merdeka
Demikian perkenalan dengan Buku Tunas Pancasila. Semoga bermanfaat.