Kaidah Bahasa dalam Buku Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP MTs Kurikulum Merdeka
paket-wisatabromo.com-Salam jumpa kembali. Salam sehat selalu. Tetap semangat dalam mencintai negeri dengan belajar bahasa Indonesia. Di sekolah kamu sudah IKM? Bentu sudah mengenal buku bahasa Indonesia IKM,ya? Kali ini, kamu diajak mengenali kaidah bahasa yang dibahas di dalam buku bahasa Indonesia IKM tersebut.
Bahasa dalam Buku Bahasa Indonesia IKM yang dimaksud adalah bahasa yang harus dipelajari kamu peserta didik SMP MTs kelas 7. Nah, kamu yang sudah IKM tentu akan mempelajari kaidah bahasa yang termuat di dalam buku tersebut.
Kaidah Bahasa dalam Buku Bahasa Indonesia IKM ini merupakan materi pelajaran yang berkaitan dengan jenis teks yang dibahas. Jadi, bahasa yang dipelajari harus menyesuaikan dengan jenis teksnya. Di dalam artikel yang diposting sebelumnya, sudah dibahas mengenai jenis teks yang ada di dalam buku bahasa Indonesia IKM tersebut.
Bahasa dalam Buku Bahasa Indonesia IKM
Belajar bahasa dapat dikatakan sebagai belajar tata bahasa. Belajar tata bahasa itu dapat berupa belajar fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.
Fonologi itu berkaitan dengan bunyi bahasa. Morfologi diartikan sebagai ilmu bentuk kata.
Sedangkan sintaksis adalah ilmu tata kalimat. Untuk semantik adalah ilmu yang berkaitan dengan makna, baik Makna kata maupun makna kalimat.
Ayo kita mulai mengenal kaidah bahasa yang harus kamu pelajari di dalam buku bahasa Indonesia IKM tersebut dengan baik.
A. Bahasa Dalam Teks Deskripsi
Bahasa yang dibahasa dalam teks deskripsi adalah kata konkret, kalimat perincian, majas personifikasi, kata depan, huruf besar, penulisan kata dasar kpts, dan tanda koma.
1. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata yang mudah diserap pancaindra. Misalnya, buku, meja, rumah, kuda.
2. Kalimat Perincian
Untuk mencapai tujuan teks deskripsi, kita harus melukiskan bagian-bagian yang penting sedetail mungkin dengan menggunakan kalimat perincian.
Misalnya, jika kita melukiskan betapa indahnya laut dalam di Wakatobi, kita harus memerinci situasi di dalam laut yang indah itu selengkap-lengkapnya sehingga pembaca dapat membayangkan bagaimana jika dia sendiri yang sedang menyelam di Wakatobi.
Apakah terumbunya yang cantik, ikan-ikannya yang beraneka ragam, atau hal lain?
3. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang mengumpamakan benda mati seolah-olah hidup seperti manusia.
“Contoh: Angin yang bertiup memainkan rambut dan berputar di sekeliling tubuh. Benda mati tentu tidak bisa bergerak.
Namun, pada kalimat ini, angin digambarkan seolah hidup seperti manusia yang dapat memainkan rambut dan berputar.
4. Kata depan, seperti di, ke, dan dari,
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya:
a. Di mana Toko Kopi Djawa?
b. Dia ikut berlibur ke Yogyakarta.
c. Ia berasal dari Kota Musik
5. Huruf Besar/Kapital
Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
a. Ardi menikmati kopi gayo.
b. Papandayan adalah salah satu gunung api aktif jenis strato dengan ketinggian 2.662 mdpl.
c. Perjalanan ditempuh dalam waktu satu jam.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Jakarta, Jalan Dago, Kabupaten Garut, Sungai Musi, Gunung Papandayan.
6. Penulisan Kata Berbentuk Dasat KPTS
Penulisan kata berawalan meN- yang dirangkai dengan kata yang diawali huruf k, p, t, s:
(1). Fonem k, p, t, s LULUH jika setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang berawalan huruf k, p, t, s.
Misalnya: memengaruhi (meN- + pengaruh), memesona (meN- + pesona), mengarantina (meN- + karantina), dan sebagainya.
(2). Fonem k, p, t, s TIDAK LULUH jika setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan kluster/konsonan rangkap. Misalnya: memprakarsai, mengkriminalkan, mengklasifikasi, dan sebagainya.
(3). Fonem k, p, t, s TIDAK LULUH jika setelah awalan meN- diikuti oleh kata berimbuhan yang berawal dengan huruf k, p, t, s. Misalnya: mempertaruhkan, memperluas, dan sebagainya.
7. TandaKoma
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya: Ia membeli kopi, kain, dan tas sebagai oleh-oleh untuk para sahabatnya.
b. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung seperti tetapi, melainkan, sementara dan sedangkan dalam kalimat majemuk setara. Misalnya: Lili mengambil foto, sementara Fajar memilih menikmati secangkir kopi.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau lulus ujian, ayah akan mengajak saya ke Pulau Bali.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun demikian. Misalnya: Gunung Papandayan telah meletus beberapa kali. Meskipun demikian, kawah hasil letusan dan hutan mati menjadi daya tarik wisata ini.
e. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru seperti o, ya, wah, aduh, hai.
f. Tanda koma juga dipakai sebelum dan/atau sesudah kata sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak. Misalnya: Wah, indah sekali pemandangan di Pantan Terong! Kamu setuju kan, Nak?
B. Bahasa dalam Teks Puisi Rakyat
1. Bahasa dalam Pantun
Bahasa pantun memerlukan dua sampiran dan dua isi, terdiri atas 8-12 suku kata, dan dengan pola rima a-b-a-b.
Lebih jelasnya, bahasa dalam pantun tersaji berikut ini.
a. Satu bait terdiri atas empat baris.
b. Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
c. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi.
d. Rima akhirnya berpola a-b-a-b. Artinya, bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan baris keempat.
Contoh
Buah mangga buah mengkudu Buah stroberi dalam keranjang Pahlawan menolong tanpa pandang bulu Kelak disukai dan dicintai banyak orang |
2. Bahasa dalam Mantra
Jika kamu ingin membuat mantra, maka kamu harus merangkai beberapa kata yang memiliki irama.
Berikut ini sajian bahasa mantra lebih detail
a).Terdiri dari beberapa rangkaian kata yang memiliki irama
b). Isinya berhubungan dengan kekuatan gaib, dibuat dan diucapkan untuk tujuan tertentu
c). Mengandung rayuan dan perintah
d). Merupakan satu bagian yang utuh dan tidak bisa dipahami melalui setiap bagiannya.
e). Mementingkan keindahan permainan bunyi.
Contoh
sihir lontar pinang lontar terletak di ujung bumi setan buta jembalang buta aku sapa tidak berbunyi |
3. Gurindam
Bahasa dalam gurindam tersaji berikut ini.
a. Setiap bait terdiri atas dua baris atau larik.
b. Setiap larik terdiri atas 8-14 suku kata.
c. Larik pertama merupakan syarat, sedangkan larik kedua merupakan jawaban.
d. Larik pertama dan kedua membentuk kalimat majemuk, umumnya merupakan hubungan sebab-akibat.
e. Rima akhirnya berpola a-a.
C. Bahasa dalam Teks Naratif
Di dalam teks naratif yang dicontohkan di dalam buku ini ada dua, yaitu atas: teks cerita fantasi, dan teks komik. Kedua jenis teks tersebut terglong ke dalam teks naratif atau teks cerita.
Pada teks cerita fantasi dibahas tentang majas sarkasme. Sedangkan dalam teks komik dibahasa mengenai kalimat langsung dan tidak langsung.
1. Bahasa dalam Cerita Fantasi
Teks cerita fantasi cenderung menggunakan majas sarkasme. Sepeti dalam contoh berikut ini.
“Kau mau jadi sok jagoan, ya? Jauhi Mao atau kami semua akan menjauhimu!” Pernyataan di atas adalah contoh sarkasme. Majas sarkasme adalah majas yang berisi sindiran yang bertujuan untuk menyakiti perasaan seseorang. Majas sarkasme digunakan penulis untuk menggambarkan perilaku tokoh antagonis, yaitu tokoh yang memiliki perilaku buruk dalam cerita. |
“Dasar bodoh! Kau selalu membuat kekacauan!” kata Yari. |
Majas sarkasme biasanya diucapkan secara langsung oleh tokoh cerita. Dalam cerita komik, pengungkapan langsung dapat dikenali dari penulisannya dalam balon kata.
2. Bahasa dalam Teks Komik
Dalam teks komiks cenderung digunakan bahasa yang berupa kalimat langsung dan tidak langsung.
Kalimat langsung adalah kalimat kutipan perkataan seseorang secara langsung. Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menyatakan kembali ucapan seseorang.
Contoh Kalimat Langsung
Raksasa berseru, “Dasar bebal! Berani-beraninya kau melukaiku! Akan kutangkap dan kumakan habis kau, gadis bodoh!” |
Contoh Kalimat Tak langsung
Raksasa tak menyangka Emas berani melukainya. Ia mengancam akan menangkap dan memakan Emas. |
Kalimat Langsung
Ibu berkata, “Terima kasih, Tuan Pertapa!” |
Kalimat Tak Langsung
Ibu mengatakan terima kasih kepada pertapa |
Ciri-Ciri Kalimat Langsungadalah menggunakan tanda petik buka (“) pada bagian awal kalimat dan tanda petik tutup (“) pada akhir kalimat. |
C. Bahasa dalam Teks Prosedur
Dalam teks prosedur, bahasa yang digunakan antara lain: kata-kata fokus, kata keterangan, ragam kalimat
1. Kata-kata Fokus
Contoh kata fokus dalam buku bahasa Indonesia: transisi, produk pengolahan susu, kudapan, boraks, serta formalin
Transisi: Peralihan dari keadaan (tempat, tindakan, dan sebagainya) pada yang lain. Misalnya: Masa remaja adalah transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. |
Produk olahan susu adalah makanan atau minuman yang diolah dari susu sapi. Contoh produk olahan susu adalah keju, es krim, dan yoghurt. Yoghurt dihasilkan dari fermentasi susu sapi. Pada proses fermentasi ini, bakteri baik, yaitu bakteri asam laktat, ditambahkan ke dalam susu dan dibiarkan selama beberapa hari hingga menjadi yoghurt. |
Kudapan adalah makanan yang dimakan di luar waktu makan. |
Boraks adalah bahan pembersih (antiseptik; zat pembantu melelehkan zat padat) yang berupa hablur kristal berwarna kuning atau serbuk berwarna cokelat. |
Formalin adalah larutan bening berbau menyengat, mengandung sedikit metanol untuk bahan pengawet dan pembunuh kuman. |
2. Kata Penghubung
kemudian, berikutnya , dan setelah ini |
3. Pelesapan
Pelesapan adalah penghilangan bagian tertentu yang sama dan sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya.
Umumnya, pelesapan ini terjadi pada kalimat majemuk rapatan, yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang memiliki subjek atau predikat atau objek yang sama.
Perhatikan beberapa contoh pelesapan dalam prosedur membuat puding di bawah ini.
(1) Masukkan sebungkus agar-agar, jeli, dan susu cair sebanyak 500 ml, kemudian aduk (agar-agar, jeli, dan susu) sampai larut dalam air.
(2) Masak (campuran agar-agar, jeli, dan susu) di atas api.
(3) Tambahkan gula, kemudian aduk terus (campuran yang sedang dimasak ini) selama 30 menit.
(4) Setelah mendidih, matikan api, kemudian aduk lagi selama 1 menit. Pudingmu sudah jadi!
(5) Tuang puding dalam cetakan. Berikutnya, setelah (puding) agak dingin, simpan dalam lemari es.
4. Kalimat Ajakan dan Larangan dalam Teks Prosedur
Kalimat Ajakan
a. Makanlah makanan utama sebanyak tiga kali sehari!
b. Duduklah dengan tegak di kursi!
Kalimat Larangan
a. Hindari makanan cepat saji
b. Tenang, jangan menyerah dahulu
Untuk kalimat ajakan atau perintah ditandai dengan: Akhir kalimat dapat diakhiri dengan partikel -lah atau -kan
5. Mengenali Kalimat Inversi dalam Teks Prosedur
Dalam kalimat perintah dapat berpola inversi yaitu kalimat diawali dengan predikat (P), lalu subjek (S), seperti:
a. Peganglah (P) + pinggiran kursi (S)!
b. Ambillah (P) + dua buku pelajaran (S)!
c. Perhatikan (P) + makanan kalian (S)!
6. Mengenali Adverbia dalam Teks Prosedur
Istilah kata keterangan atau adverbia adalah kelas kata yang memberikan keterangan kepada kata lain seperti kata kerja (verba) dan kata sifat (adjektiva).
Kata keterangan yang sering digunakan pada teks prosedur adalah kata keterangan cara, keterangan alat , dan keterangan tujuan .
1). Kata keterangan cara
a. Cucilah buah sampai bersih .
b. Tumbuk semua bahan itu hingga hancur dan tercampur rata .
2). Kata keterangan alat
a. Hancurkan semua bahan dengan blender atau mesin penghancur .
b. Masukkan sorbet ke dalam wadah tertutup .
3). Kata keterangan tujuan, biasanya menggunakan kata untuk, supaya , atau agar a. Masukkan ke dalam lemari pendingin agar beku .
b. Ingatlah untuk selalu melakukan peregangan agar tubuh kalian ringan, tidak kaku, dan lentur.
4). Teks prosedur juga lazim menggunakan kata keterangan jumlah untuk membuat langkah-langkah jelas dan mudah diikuti.
a. Sisihkan buah cincang sebanyak satu mangkuk .
b. Bekukan di mesin pendingin minimal selama satu jam .
c. Ulangi cara yang sama dua kali .
D. Bahasa dalam Teks berita
Kalimat dalam berita umumnya adalah kalimat yang memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun.
Dalam sebuah berita yang menceritakan proses terjadinya sesuatu (eksplanasi), kalian akan menemukan:
1. Kalimat Tunggal
Untuk kalimat tunggal, biasanya yang hanya memiliki satu klausa. Contoh: Polisi menjaga gedung Balai Kota sejak pagi.
2. Kalimat Majemuk
Sedangkan untuk kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih. Contoh: Ketika presiden datang, para polisi berpatroli di sekitar kawasan Jalan Merdeka, Bandung.
3. Konjungsi Kronologis
Kata penghubung merupakan istilah lain dari konjungsi. Konjungsi kronologis adalah konjungsi yang bermakna kronologis, seperti kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya.
Contoh: Polisi memeriksa laboratorium yang terbakar, kemudian mereka melakukan wawancara kepada para saksi.
4. Konjungsi Kausalitas
Konjungsi kausalitas, seperti sebab, karena, oleh sebab itu. Contoh: Kebakaran diduga terjadi karena kebocoran tabung gas. Namun, polisi masih terus melakukan penyelidikan. Oleh sebab itu, laboratorium akan ditutup selama satu bulan ke depan.
5. Kata Ganti
Kata ganti atau promina yang merujuk pada kejadian yang dijelaskan, yang bukan merupakan persona.
Oleh karena itu, kata ganti yang digunakan adalah kata tunjuk ini, itu, tersebut dan bukan kata ganti orang, seperti ia, dia, mereka.
Contoh: Bencana tanah longsor terjadi di kota Sumedang kemarin malam. Peristiwa ini terjadi akibat hujan deras yang turun sejak pagi.
E. Bahasa dalam Teks Tanggapan terhadap Buku
Pada saat menanggapi buku, kita akan menilai sajian materi buku oleh penulis. Kita mungkin setuju, tidak setuju, atau memberikan saran agar penulis memperbaiki tulisannya.
Karena itu, kalian perlu memahami ragam kalimat yang digunakan dalam teks tanggapan.
1. Tanggapan yang menguatkan atau menyetujui pendapat penulis. Kalimat-kalimat tanggapan menggunakan kalimat persetujuan yang menunjukkan rasa setuju terhadap pendapat yang disampaikan orang lain.
2. Tanggapan yang menolak pendapat penulis. Tanggapan ini menggunakan kalimat penolakan dan gaya bahasa penghalusan, yang umumnya ditandai dengan konjungsi “akan tetapi,” untuk menunjukkan pertentangan yang menolak pendapat sebelumnya.
3. Tanggapan yang memberikan saran kepada penulis. Tanggapan ini memberikan saran perbaikan setelah sebelumnya menunjukkan kelemahan dalam pernyataan penulis.
Jadi, secara ringkas, bahasa dalam teks tanggapan cenderung berupak kalimat persetujuan, kalimat penolakan, dan kalimat saran.
F. Bahasa dalam Teks Surat
1. Membedah Kosakata Dalam Surat Resmi
Partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta. Prakegiatan adalah sebelum kegiatan.
Kami mengundang ketua setiap kelas untuk hadir dalam rapat prakegiatan Bazar dan Malam Gembira Pelita Bangsa.
Dalam KBBI, pra – yang berarti ‘ sebelum ’ merupakan bentuk terikat yang selalu melekat pada kata yang mengikutinya.
2. Mengenal Kata Sapaan
Ragam sapaan Dalam kehidupan sehari-hari, kita berkomunikasi dengan orang lain.
Orang lain itu bisa saja anggota keluarga, guru, teman, dan lain-lain. Penting bagi kita untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan sopan.
Salah satu norma berkomunikasi santun adalah menggunakan kata sapaan yang tepat. Kata sapaan adalah kata untuk menyapa seseorang.
Kata Sapaan yang Menunjukkan Hubungan Kerabat digunakan untuk menyapa orang yang memiliki hubungan keluarga.
Misalnya, kakek, nenek, paman, bibi, ibu, ananda, mas, dan sebagainya.
Kata Sapaan Berbentuk Kata Ganti; misalnya, kamu, engkau, saudara, Anda, tuan, nyonya, dan sebagainya
Kata Sapaan yang Menunjukkan Rasa Hormat; misalnya,Yang Terhormat, dan sebagainya
Kata Sapaan yang Diikuti Nama; misalnya, Saudara Ina, Bapak Ferry Tan, Ibu Ningtiyas, dan sebagainya
3. Menandai Penggunaan Pronomina pada Surat
Kata Ganti (Pronomina) Pronomina atau kata ganti adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada kata benda (nomina) lain. Misalnya, kata ketua OSIS dapat diacu dengan pronomina dia atau ia .
Dari segi fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, yaitu sebagai subjek, objek, dan predikat (dalam beberapa kalimat tertentu).
Ada tiga macam pronomina dalam bahasa Indonesia. Simak penjelasannya dalam infografis berikut ini.
Pronomina persona
Adalah pronomina yang mengacu kepada orang. Pronomina ini dapat mengacu kepada: diri sendiri, orang yang diajak bicara, atau orang yang dibicarakan.
a) Diri sendiri: saya, aku, daku, ku-, -ku, kami, kita. Contoh: Surat itu telah ku kirimkan tadi pagi. Kita akan berangkat pagi-pagi sekali.
b) Orang yang diajak bicara: engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -mu, kalian, kamu sekalian, Anda sekalian. Contoh: Pukul berapa kamu selesai les, Nak? Kalian akan pergi ke mana liburan nanti?
c) Orang yang dibicarakan: ia, dia, beliau, -nya, mereka. Contoh: Dia setuju dengan keputusan kami. Teman-teman akan datang. Mereka akan membawa makanan dari rumah masing-masing.
Pronomina Penunjuk
Pronomina penunjuk terdiri atas pronominal penunjuk umum (ini, itu), penunjuk tempat (sini, situ, sana), dan penunjuk ihwal (begini, begitu). Contoh: Bu Guru memberikan ini kepada saya sebagai kenang-kenangan. Siapa yang mau pergi ke sana? Lain kali, jangan berbuat begitu lagi.
Pronomina penanya
Pronomina yang dipakai sebagai penanda pertanyaan. Biasanya, yang ditanyakan adalah orang (siapa), barang (apa), atau pilihan (mana).
Contoh: Siapa yang akan memberi kata sambutan? Joni habis membeli apa ? Rumahmu yang mana ? Tantangan Tandai penggunaan pronomina persona pada surat pribadi, surat resmi, dan surat pembaca di atas. Dapatkah kalian mengenali perbedaan dan persamaannya?
4. Mengenal Kata Baku dan Tidak Baku
Norma kesantunan lain dalam berkomunikasi adalah penggunaan kosakata yang tepat. Kak Doni dan Hani tentu dapat menggunakan kata tidak baku seperti buruan dan beneran .
Namun, kalian sebaiknya tidak menggunakannya saat berkomunikasi dengan guru atau orang lain yang lebih senior.
Bahasa Indonesia yang kita gunakan sebagai sarana berkomunikasi dan berpikir memiliki ragam fungsi, kedudukan, dan lingkungan penggunaannya.
Jika kita lihat dari segi kesatuan dasarnya, bahasa Indonesia terdiri atas ragam lisan yaitu bunyi bahasa seperti tekanan dan intonasi dan ragam tulis yaitu huruf, tanda baca, dan lambang-lambang lainnya.
Baik ragam lisan maupun tulisan memiliki bentuk baku dan tidak baku. Bentuk baku adalah ragam bahasa Indonesia yang dipakai untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu yaitu fungsi pemersatu, fungsi penanda kepribadian, fungsi penambah wibawa, dan fungsi sebagai kerangka acuan.
Bentuk baku dalam pemakaiannya ditandai dengan penggunaan pilihan kata yang cermat, tepat, efisien, serta sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bidang tata bahasa, peristilahan, dan ejaan.
Sebagai sarana komunikasi, bentuk baku ini digunakan dalam komunikasi resmi, salah satunya surat-menyurat resmi. Untuk membedakan pemakaian bahasa Indonesia baku dan tidak baku, perhatikanlah contoh dalam tabel di bawah ini.
Kata Baku Tidak Baku
Tidak Enggak Nggak
Dibuat Dibikin
Mengubah Merubah
Belum Belom
Segera Buruan
Apa betul? Beneran?
Sudah Udah
Dimasukkan Dimasukin
Dikerjakan Dikerjain
Dikurangi Dikurangin
Maaf Sorry
Yang yg
Di d
Kesal kzl
Baca:
- Berkenalan dengan Buku Tunas Pancasila Unduh
- Jenis Teks pada Buku Bahasa Indonesia SMP MTs Kelas 7 Berdasarkan Kurikulum Merdeka
Demikianlah pembahasan mengenai kaidah bahasa dalam buku bahasa Indonesia kelas 7 SMP MTs Kurikulum Merdeka. Semoga bermanfaat.