Cara Mengapresiasi Puisi : Inilah 4 Bekal Dasarnya yang Tepat

Cara Mengapresiasi Puisi : Inilah 4 Bekal Dasarnya yang Tepat

paket-wisatabromo.com- Cara mengapresiasi puisi : inilah 4 bekal dasarnya yang tepat merupakan materi pelajaran bagi peserta didik SMP MTs kelas 7 semester 2.

Berdasarkan Kurikulum 2013, materi cara mengapresiasi puisi : inilah 4 bekal dasarnya yang tepat ini tergolong ke dalam aspek pengetahuan.

Aspek pengetahuan adalah aspek yang ada di dalam materi pembelajaran untuk menambah wawasan siswa di suatu bidang.

Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan.

Dari sisi pengetahuan bahasa, materi cara mengapresiasi puisi : inilah 4 bekal dasarnya yang tepat tergolong ke dalam aspek berbahasa yang reseptif.

Aspek berbahasa reseptif adalah kemampuan untuk memahami bahasa lisan yang didengar atau dibaca.

Kemampuan ini bersifat sebagai input atau masukan. Contohnya yaitu saat anak mendengarkan dan mengikuti instruksi seperti “Ayo kita pahami cara mengapresiasi puisi.”

Peserta didik SMP MTs kelas 9 semester 2 diharapkan dapat menguasai materi ini.

Pada umumnya, penguasaan terhadap suatu materi itu ditandai dengan perolehan nilai minimal mencapai KKM.

Untuk membantu peserta didik SMP MTs kelas 9 semester 2 ini, pada kesempatan yang baik ini akan dibagikan mengenai cara mengapresiasi puisi : inilah 4 bekal dasarnya yang tepat. Semoga bisa dimanfaatkan untuk bahan belajar, ya.

Cara Mengapresiasi Puisi : Inilah 4 Bekal Dasarnya yang Tepat

Apresiasi puisi merupakan bagian dari kegiatan apresiasi sastra secara umum.

Sebagai bagian dari apresiasi sastra, yang pertama kali harus dipahami bahwa apresiasi sastra termasuk apresiasi puisi.

Hal ini perlu diletakkan sebagai bagian dari peristiwa atau fenomena kesenian, bukan merupakan peristiwa atau fenomena keilmuan, sosial, politis, ekonomis dan lain sebagainya.

Sebagai peristiwa kesenian, apresiasi sastra lebih bersifat personal bukan komunal.

Sebagai peristiwa kesenian yang personal, apresiasi sastra akan lebih banyak bersangkutan dengan jiwa, nurani, budi, rasa, emosi, dan afeksi daripada kemahiran fisikal.

Untuk melakukan apresiasi khususnya apresiasi puisi, pemahaman mendalam tentang apresiasi puisi memang perlu dilakukan.

Agar tidak salah dalam melakukan apresiasi puisi, konsep apresiasi perlu dipahami dengan cermat.

Apresiasi puisi terkait dengan sejumlah aktivitas yang berhubungan dengan puisi.

Aktivitas yang dimaksud dapat berupa kegiatan membaca dan mendengarkan pembacaan puisi melalui penghayatan sungguh-sungguh (Waluyo, 2003: 19).

Apresiasi merupakan pengalaman lahiríah dan batiniah yang kompleks (Ichsan, 1990: 10).

Apresiasi seseorang terhadap puisi dapat dikembangkan dari tingkat sederhana ke tingkat yang tinggi.

Untuk apresiasi tingkat pertama terjadi apabila seseorang memahami atau merasakan pengalaman yang ada dalam sebuah puisi.

Sedangkan apresiasi tingkat kedua terjadi apabila daya intelektual pembaca bekerja lebih giat.

Kemudian, untuk apresiasi tingkat tiga, pembaca menyadari hubungan kerja sastra dengan dunia luarnya, sehingga pemahamannya pun lebih luas dan mendalam.

kegiatan apresiasi puisi berkaitan dengan hal yang ada sangkut pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi, dan mendeklamasikan.

Kegiatan ini menyebabkan seseorang memahami puisi secara mendalam, merasakan apa yang ditulis penyair.

Selain itu, pembaca akan mampu menyerap nilai-nilai yang terkandung di dalam puisi, dan menghargai puisi sebagai karya sastra seni keindahan dan kelemahan

Di samping menghidangkan pengalaman-pengalam seperti terurai di atas, proses mengapresiasi puisi juga dapat memberikan seperangkat pengetahuan.

Yang dimaksud dengan pemerolehan pengetahuan dalam kegiatan apresiasi ini adalah hal-hal yang dapat kita peroleh yang bersifat konseptual dan kognitif (pemahaman) dari karya puisi.

Pengetahuan-pengetahuan itu antara lain:

(a) pengetahuan tentang literer-estetis, misalnya struktur puisi,           estetika puisi.

(b) pengetahuan humanistis.

c) pengetahuan mengenai religiositas.

(d) pengetahuan tentang sosial-politik.

(e) pengetahuan tentang nilai-nilai budaya.

(f) pengetahuan tentang kesejarahan, dan

(g) pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan moralitas.

Bekal-bekal dasar ini diuraikan sebagai berikut:
(1) Kemauan, Kesudian, dan Ketetapan hati

Kemauan, kesudian, dan ketetapan hati untuk mengakrabi dan menggumuli puisi merupakan bekal dasar paling utama yang harus ada dan dimiliki oleh apresiator.

Tanpa kemauan, kesudian, kesediaan, dan ketetapan hati niscaya kegiatan apresiasi puisi tidak akan dapat berlangsung.

Sebagai contoh, jika seseorang akan mengapresiasi kumpulan puisi Asmaradana karya Goenawan Muhhamad.

Apresiator pertama-tama dia harus memiliki kemauan, kesudian, dan ketetapan hati untuk menggumuli, menggauli, dan mengakrabi puisi terlebih dahulu.

Tanpa ini semua jelas bahwa orang tersebut tidak akan mampu untuk mengapresiasinya.

(2) Keyakinan

Apresiator harus mempunyai keyakinan bahwa teks puisi dapat memenuhi hajat rohaniah manusia.

Selain itu, teks puisi menjadi tempat mendulang bahan-bahan renungan, dan merupakan syarat dasar kedua agar kegiatan apresiasi puisi dapat berlangsung.

Sebagai contoh jika seseorang ingin mengapresiasi puisi-puisi Sapardi Djoko Damono dalam kumpulan puisi Hujan Bulan Juni.

Apresiator harus terlebih dahulu dia yakin bahwa puisi Hujan Bulan Juni itu dapat menjadi bahan renungan dan memenuhi kebutuhan rohaniahnya.

(3) Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup sehari-hari juga nerupakan bekal dasar selanjutnya.

Dengan adanya dan dimilikinya pengalaman hidup sehari-hari proses kegiatan apresiasi puisi dapat berlangsung lancar dan berkualitas.

Pengalaman hidup sehari-hari itu akan memantapkan proses apresiasi puisi.

(4) Kemampuan dan Kemahiran Berbahasa

Kemampuan dan kemahiran berbahasa juga merupakan bekal dasar yang perlu dimiliki oleh pengapresiasi puisi.

Tanpa kemampuan dan kemahiran berbahasa mustahil sebuah kegiatan apresiasi puisi dapat berlangsung.

Keempat bekal dasar tersebut di atas menjadi semacam prasyarat agar seseorang dapat melakukan kegiatan apresiasi puisi.

Keempat bekal dasar tersebut menentukan lancar tidaknya proses apresiasi puisi.

Untuk memilikinya seorang calon apresiator tidak perlu mengikuti pembelajaran secara khusus karena empat bekal dasar ini dapat dimiliki selama menjalani hidup dan kehidupan.

Sedangkan yang dimaksud dengan bekal lanjut ialah bekal tambahan yang seyogyanya dimiliki oleh pengapresiasi puisi.

Hal ini bertujuan agar proses apresiasi puisi yang dilakukan menjadi lebih mendalam, lebih bermakna, lebih luas, lebih kaya, dan lebih tajam.

Baca: Mengungkapkan Gagasan dalam Bentuk Puisi Rakyat yang Tepat

Bekal-bekal lanjut yang disarankan dalam tindak mengapresiasi puisi itu antara lain ialah:

(1) pengetahuan tentang lambang-lambang bahasa, lambang-lambang sastra, dan lambang-lambang budaya (kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya).

(2) pengetahuan tentang manusia dan kemanusiaan dengan segala sisi kehidupannya.

(3) pengetahuan tentang masyarakat dan budaya dengan segala ragam persoalannya.

(4) pengetahuan tentang sastra yang mencakup karya sastra, teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra.

(5) pengetahuan linguistik dan stalistik yang bersangkutan dengan bunyi-bunyi bahasa, kata, kalimat, gaya, imaji dan sebagainya.

Demikianlah pembahasan mengenai cara mengapresiasi puisi : inilah 4 bekal dasarnya yang tepat. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *