Inilah Majas dalam Fabel Tikus Kota dan Tikus Desa

Inilah Majas dalam Fabel Tikus Kota dan Tikus Desa

paket-wisatabromo. com-Salam jumpa kembali. Salam sehat dan salam bahasa Indonesia. Tetap semangat, ya. Belajar bahasa Indonesia sangat menyenangkan bukan? Kali ini kamu akan mendapatkan materi mengenai majas dalam Fabel. Wah, ini materi yang menyenangkan, lho.

Majas dalam fabel ini merupakan bagian dari materi kebahasaan dalam teks fabel. Tentu kamu tahu, materi ini tergolong ke dalam aspek pengetahuan. Jika tahu majas dalam fabel, maka kamu paham akan kebahasaan dalam fabel.

Selanjutnya, jika paham akan kebahasaan dalam fabel, maka kamu akan mendapat kemudahan dalam menulis atau menyajikan teks fabel. Baiklah, kamu-kamu yang masih duduk di kelas 7 SMP MTs, sudah ditunggu nih dengan materi majas dalam fabel.

Majas dalam Fabel Tikus Kota dan Tikus Desa

Sebelum menelaah majas dalam fabel Tikus Kota dan Tikus Desa, alangkah baiknya kita ingat lebih dahulu mengenai pengertian, jenis, dan contoh majas.

Bahasa merupakan suatu alat yang sangat penting dalam kehidupan bersosial. Ketika seorang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi atau menyampaikan sebuah ide.

Seseorang memiliki cara masing-masing dalam menyampaikan sebuah pemikiran kepada orang lain. Cara yang sangat dominan adalah melalui bahasa.

Melalui bahasa, seseorang akan lebih mudah dalam menyampaikan pemikiran yang ia miliki.

Pengertian Majas

Majas menjadi salah satu bagian dalam bahasa yang digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pemikiran seseorang.

Menurut KBBI online, majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain; kiasan.

Majas atau bahasa kias (figure of speech) ialah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan.

Melalui majas seseorang ingin menyampiakan pemikirannya secara lembut, santun, meskipun sebenarnya bermakna kasar, sindiran, makian, dan lain- lain.

Berdasarkan pengertian majas menurut beberapa ahli di atas, maka penulis dapat menyimpukan bahwa majas ialah bahasa kias yang digunakan oleh penyair untuk menyampaikan ceritanya agar tampak lebih indah, menarik dan penuh dengan makna.

Jenis Majas dan Contohnya

Menurut Tarigan (1985) dalam bukunya yang berjudul Pengajaran Semantik, gaya bahasa dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu:

(1) Majas Perbandingan

(2) Majas Pertentangan

(3) Majas Pertautan

(4) Majas Perulangan

Adapun penjelasan majas perbandingan beserta gaya bahasanya adalah sebagai berikut:

Majas perbandingan adalah majas yang dilihat dari segi makna  dan  dapat ditafsirkan sesuai dengan makna kata-kata yang membentuknya.Majas ini memperbandingkan sesuatu dengan yang lain.

Adapun jenis-jenis majas perbandingan yaitu: perumpamaan/simile, metafora, personifikasi, alegori, anitesis, depersonifikasi, pleonasme dan tautologi, Perifrasis, antisipasi, Koreksio,

1. Perumpamaan atau simile

Simile adalah sejenis majas yang membandingkan antara dua  hal yang pada dasarnya berlainan atau sengaja dianggap sama antara satu dengan lainnya yang dinyatakan dengan kata-kata depan dan penghubung seperti: seperti, sebagai, bagaikan, umpama, laksana,ibarat, bak, penaka, serupa, layaknya dan lain-lain.

Contohnya:

1). Pikirannya kusut bagai benang dilanda ayam

2). Seperti langit dan bumi

3). Ibarat mengejar bayangan di siang hari

2. Metafora

Metafora adalah gaya bahasa pengungkapan berupa perbandingan yang implisit denga menghilangkan kata seperti, layaknya, bagaikan, antara dua hal yang berbeda.

Contohnya:

1). Aku adalah angin yang kembara

2). Dia dalah anak emas pamanku

3). Cinta adalah bahaya yanglekas jadi pudar

3. Personifikasi

Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat insan barang yang tidak bernyawa dari ide yang abstrak. Majas ini dapat pula diartikan sebagai penggambaran benda-benda yang tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.

Berikut ini adalah contohmajas personifikasi.

1). Mentari mengintip wajahku lewat jendela;

2). Hujan memandikan tanaman di siang hari;

3). Angin membelai rambut indahmu;

4). Hatinya berkata bahwa cintanya bukan untukmu.

4. Alegori

Alegori adalah suatu cara yang menyatakan sesutu dengan sesutu yang lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Selain itu, legori merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah obyek atau gagasan yang diperlambangkan. Inilah contohnya majas alegori.

1). Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman.

2). Kebahagiaan itu diumpamakan sayur yang jika kita menambahkan bumbu dengan lengkap dan sesuai takaran, maka sayur akan terasa enak dimakan seperti halnya kebahagiaan, ia dapat disebut kebahagiaan apabila kita mampu menaburinya dengan bumbu cinta, ketulusan, kesabaran, dan keikhlasan yang bersumber dari hati.

3). Hidup kita diumpamakan dengan biduk atau bahtera yang terkatung-katung di tengah lautan.

5. Antitesis

Antitesis adalah gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim (yaitu salah satu yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan)

Contohnya:

1). Dia bergembira ria atas kegagalan dalam ujian itu.

2). Aneh, gadis secantik si Ani diperistri pemuda sejelek si Ari.

6. Depersonifikasi

Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang membedakan manusia atau insan.

Contohnya:

1). Kalau dikau menjadi samodra, maka daku menjadi bahtera. Kalau dikau samodra, daku bahtera.

2). Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah. Andai kamu langit, dia tanah.

Dalam contoh di atas terlihat pembendaan insan itu:

a). dikau        samodra

     daku       bahtera

b). kamu        langit

     dia            tanah

7. Pleonasme dan Tautologi

Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Suat acuan disebut pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya tetap utuh.

Contohnya:

1). Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.

2). Dia telah menebus sawah itu dengan uang tabungannya sendiri.

Suatu acuan kita sebut tautologi kalau kata yang berlebihan itu pada dasarnya mengandung perulangan dari (sebuah) kata yang lain.

Contohnya:

1). Kami tiba di rumah jam 4.00 subuh.

2). Orang yang meninggal itu menutup mata buat selama- lamanya.

8. Perifrasis

Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang agak mirip dengan pleonasme. Keduanya mempergunakan kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan. Walaupun begitu terdapat perbedaan yang penting antara keduanya.

Pada gaya bahasa perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja. Keraf (melalui Tarigan, 1985:31) Contohnya:

1). Anak saya telah menyelesaikan kuliahnya di Jurusan Bahasa Indonesia FPBS-IKIP bandung. (= lulus atau berhasil).

2). Ayahanda telah tidur dengan tenang dan beristirahat dengan damai buat selama-lamanya. (= meniggal atau berpulang)

9. Antisipasi atau Prolepsis

Antisipasi atau prlepsis adalah gaya bahasa yang mendahului atau penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi.

Misalnya: mengadakan peminjaman uang berdasarkan perhitungan uang pajak yang masih akan dipungut Shadily (melalui Tarigan, 1985:33) Contohnya:

1). Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari Bapak Bupati.

2). Mobil yang malang itu ditabrak oleh truk pasir dan jatuh ke jurang

10. Koreksi atau epanortosis

Koreksio atau epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah.

Contohnya:

1). Dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.

2). Saya telah membayar iuran sebanyak tujuh juta, tidak, tidak, tujuh ribu rupiah.

Majas dalam Fabel Tikus Kota dan Tikus Desa
Cermati fabel Tikus Kota dan Tikus Desa!

Seekor Tikus Kota suatu saat mengunjungi kerabatnya yang tinggal di desa. Untuk makan siang, Tikus Desa menyajikan tangkai gandum, akar-akaran, dan biji-bijian, dengan sedikit air dingin untuk diminum. Tikus kota makan sangat hemat, menggigit ini sedikit dan itu sedikit, dan sikapnya terlihat jelas bahwa ia makan hanya untuk bersikap sopan.

Setelah makan, Tikus Kota berbicara tentang hidupnya di kota, sedangkan Tikus Desa mendengarkan. Mereka kemudian beristirahat di sebuah sarang di pagar tanaman dan tidur dengan tenang dan nyaman sampai pagi.

Dalam tidurnya, Tikus Desa bermimpi dengan semua kemewahan dan kesenangan kehidupan kota yang diceritakan oleh Tikus Kota. Jadi, keesokan harinya ketika Tikus Kota meminta Tikus Desa untuk mencoba hidup di Kota, ia dengan senang hati menyiyakannya.

Ketika mereka sampai di rumah di mana Tikus Kota tinggal, mereka menemukan di meja ruang makan, terhampar sisa-sisa dari pesta yang sangat mewah. Ada daging manis dan enak, kue kering, dan keju lezat, memang makanan yang paling menggiurkan yang bisa dibayangkan seekor tikus.

Tapi, ketika Tikus Desa hendak menggigit sedikit remah kue, ia mendengar Kucing mengeong dengan keras dan mencakar di pintu.

Dalam ketakutan yang sangat besar, kedua tikus bergegas lari ke tempat persembunyian, dimana mereka berbaring diam untuk waktu yang lama, dengan jantung berdebar kencang, hampir tidak berani bernapas.

Ketika akhirnya mereka berani kembali ke meja, tiba-tiba pintu terbuka dan muncul pelayan untuk membersihkan meja, diikuti oleh anjing penjaga rumah.

Sejurus kemudian, Tikus Desa mengambil tas dan payungnya, keluar dari sarang Tikus Kota dan berkata, “Kamu mungkin bisa makan enak di sini sementara saya tidak, tetapi saya lebih suka makanan sederhana dan hidup aman tanpa ketakutan di desa.

Majas dalam Fabel di atas sebagai berikut.
Litotes

1. Untuk makan siang, Tikus Desa menyajikan tangkai gandum, akar-akaran, dan biji-bijian, dengan sedikit air dingin untuk diminum.

Makanan tangkai gandum, akar-akaran, dan biji-bijian, dengan sedikit air dingin untuk diminum, bagian kalimat ini menunjukkan kesederhanaan.

2. Sejurus kemudian, Tikus Desa mengambil tas dan payungnya, keluar dari sarang Tikus Kota dan berkata, “Kamu mungkin bisa makan enak di sini sementara saya tidak, tetapi saya lebih suka makanan sederhana dan hidup aman tanpa ketakutan di desa.

Saya lebih suka makanan sederhana dan hidup aman tanpa ketakutan di desa, bagian kalimat ini menunjukkan adanya litotes.

Personifikasi

Bukti  kalimat personifikasinya adalah

1. Seekor Tikus Kota suatu saat mengunjungi kerabatnya yang tinggal di desa.

Kata “mengunjungi” hanya bisa dilakukan oleh orang atau manusia. Dalam kalimat di atas keta “Mengunjungi” dilakukan oleh binatang. Jadi, perilaku binatang seperti manusia.

2.Tikus kota makan sangat hemat, menggigit ini sedikit dan itu sedikit, dan sikapnya terlihat jelas bahwa ia makan hanya untuk bersikap sopan.

Hemat, menggigit, sikap, makan, sopan merupakan kata-kata yang biasa dilakukan manusia. Oleh karena itu, kata-kata tersebut tergolong penanda personifokasi.

3. Setelah makan, Tikus Kota berbicara tentang hidupnya di kota, sedangkan Tikus Desa mendengarkan.

Makan, berbicara, mendengarkan juga merupakan kata-kata yang menandai perilaku manusia. Kalimat-kalimat yang mengungkapkan Hewan yang berperilaku seperti manusia itu merupakan personifikasi.

4.  Mereka kemudian beristirahat di sebuah sarang di pagar tanaman dan tidur dengan tenang dan nyaman sampai pagi.

Beristirahat, tidur dalam kalimat di atas dilakukan oleh hewan seperti perilaku manusia. Dengan demikian kalimat tersebut tergolong majas personofikasi

5. Jadi, keesokan harinya ketika Tikus Kota meminta Tikus Desa untuk mencoba hidup di Kota, ia dengan senang hati mengiyakannya.

Meminta, dan mengiyakan dalam kalimat di atas merupakan perilaku manusia yang ditirukan binatang. Binatang yang berperilaku seperti manusia termasuk majas personifikasi.

Hiperbola (melebih-lebihkan)

1. Dalam tidurnya, Tikus Desa bermimpi dengan semua kemewahan dan kesenangan kehidupan kota yang diceritakan oleh Tikus Kota.

Kemewahan dan kesenangan kehidupan di kota diceritakan Tikus Kota secara berlebihan sehingga Tikus Desa tergiur untuk ikut pergo ke kota.

2. Ketika mereka sampai di rumah di mana Tikus Kota tinggal, mereka menemukan di meja ruang makan, terhampar sisa-sisa dari pesta yang sangat mewah.

Kesan melebih-lebihkan pada kalimat di atas ditandai dengan kata terhampar dan mewah.

3.  Ada daging manis dan enak, kue kering, dan keju lezat, memang makanan yang paling menggiurkan yang bisa dibayangkan seekor tikus.

Aneka makanan lezat yang dipaparkan menunjukkan tanda melebih-lebihkan atau hiperbola. Akibatnya tergiurlah tikut untuk menyantapnya.

4. Dalam ketakutan yang sangat besar, kedua tikus bergegas lari ke tempat persembunyian, dimana mereka berbaring diam untuk waktu yang lama,dengan jantung berdebar kencang, hampir tidak berani bernapas.

Rasa takut kedua tikus tersebut diceritakan secara berlebihan sampai-sampai bernapas pun ditahan agar tidak ketahuan musuh utama tikus, yakni kucing yang mengeong.

5. Ketika akhirnya mereka berani kembali ke meja, tiba-tiba pintu terbuka dan muncul pelayan untuk membersihkan meja, diikuti oleh anjing penjaga rumah.

Dengan kucing yang mengeong saja, kedua tikus itu sudah sangat ketakutan. apalagi dengan seekor anjing. Jadi, penceritaan fabel ini benar-benar melebih-lebihkan suasana agar benar-benar ketakutan.

Ternyata memang benar, Tikus Desa sangat ketakutan hingga akhrinya pulang kembali ke desa yang aman terbebas dari ketakutan wakalupun dengan makanan yang sederhana.

Baca: Kalimat Langsung dalam Fabel dan Contohnya yang Tepat

Demikianlah pembahasan mengenai majas dalam fabel Tikus Kota dan Tikus Desa. Semoga dapat menambah wawasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *