Menelaah Struktur dan Kebahasaan Teks Drama serta Contohnya

Menelaah Struktur dan Kebahasaan Teks Drama serta Contohnya

paket-wisatabromo.com – Menelaah struktur dan kebahasaan teks drama serta contohnya merupakan materi pelajaran kedua untuk jenis teks drama.

Berdasarkan Kurikulum 2013, materi menelaah struktur dan kebahasaan teks drama serta contohnya tergolong ke dalam aspek pengetahuan.

Peserta didik dituntut untuk dapat menelaah struktur dan kebahasaan teks drama serta contohnya.

Hal tersebut dapat diidentifikasi melalui perolehan nilai minimal tuntas yang ditentukan dalam KKM.

Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai menelaah struktur dan kebahasaan teks drama serta contohnya.

Semoga pembahasan ini dapat membantu peserta didik dalam memahami materi tersebut.

Menelaah Struktur dan Kebahasaan Teks Drama serta Contohnya

Batu Menangis
Prolog

Narator :

Dahulu kala, hiduplah seorang janda miskin, Mak Daliyah namanya. Ia tinggal di sebuah gubuk reyot di pinggir hutan.

Ia bekerja di ladang sempit peninggalan mendiang suaminya. Sepulang dari berladang, Mak Daliyah mencari kayu bakar di hutan.

Kayu-kayu bakar itu kemudian dijualnya di perkampungan penduduk yang jauh dari tempat tinggalnya.

Mak Daliyah mempunyai seorang anak gadis. cantika namanya. Sesuai namanya, wajah cantika amatlah cantik.

Orientasi

Mak Daliyah: (kelelahan) cantika, anakku. Ibu lelah sekali. Tolong                         kamu masak, ya, untuk makan malam nanti.

Cantika:         (sedang bersolek di muka cermin) Memangnya Mak                          dari mana? (menyahut tanpa menoleh).

Mak Daliyah : Mak dari ladang, kemudian ke hutan, mencari kayu                          bakar, untuk dijual besok.

Cantika :       Aduh, Mak. Lihat, anakmu sudah secantik ini, masa                          disuruh masak? nanti bau minyak, tangan jadi kotor.                        Susah, harus dandan lagi. (masih sibuk bersolek)

Komplikasi

Mak Daliyah : (Menghela napas panjang) Memangnya kamu mau                              kemana? Mengapa kamu merias diri?

Cantika:      Tidak kemana-mana, tetapi aku suka berias saja.                            Lihatlah Mak, bukankah aku ini cantik? Ah, bukan.                          Aku bukannya cantik. tapi aku cantik sekali! (sambil                        terus mengedip-ngedipkan mata di depan cermin)

Mak Daliah : Mak tahu kamu cantik. Tapi seharusnya kamu tidak                        boleh bicara begitu. Tak baik membangga-banggakan                      diri seperti itu.

Cantika :     Mengapa Mak? Aku memang cantik. mengapa aku                            tidak boleh mengakuinya?

Mak Daliah : (menghela napas lagi) ya sudah. Yang penting kamu                          masak, ya. mak lelah sekali dan butuh istirahat.                              (duduk di kursi rotan dengan lemas).

Cantika :      Tidak mau! Pokoknya aku tidak mau!

Mak Daliah : (terdiam) Kalau begitu, biarkan Mak istirahat                                  sebentar, ya. (ke kamar merebahkan diri).

Narator:      Keesokan harinya kedua ibu dan anak itu pergi ke                            pasar. Cantika memakai pakaian terbaik yang                                  dimilikinya. Mak jalan di belakang, sedangkan cantika                      jalan di depan.

Pemuda :      Wahai, gadis cantik, apakah wanita berbaju lusuh                            yang berjalan di belakangmu itu, ibumu?

Cantika :      (memandang pemuda)  Bu…bukan! itu cuma                                        pembantuku!

Mak Daliah : (terkejut dan sangat sedih) cantika, anakku! Aku ini                        ibumu, orang yang melahirkanmu. sungguh sangat                            durhaka jika engkau berani menganggapku sebagai                          pembantumu! sadarlah engkau, wahai anakku.

Cantika :     (mengeleng-geleng sambil menutup telinga) Tidak!                          Tidak! Malu, aku mengakui engkau sebagai ibuku. Malu!                    Lihat … aku gadis cantik seperti ini. Sementara                              engkau, dengan pakaianmu yang lusuh seperti itu mau                      mengakui sebagai ibuku. Pemuda itu pasi akan lari                            kalau aku mengakui engkau sebagai ibuku. Pokoknya                       TIDAK (berteriak)

Resolusi

Mak Daliah : (berlinang air mata, berlutut dan bersatu) Ya, Tuhan,                      mohon sadarkan anak hamba. Berilah ia hukuman yang                      setimpal.

Cantika :      (mendadak tidak bisa bergerak) Aduh, adaapa dengan                      tubuhku? ) menatap kedua tangannya (dengan ngeri).                      Kenapa aku tidak bisa bergerak? (menatap Mak                              Daliyah penuh penyesalan dan menangis) Mak, ampuni                      aku! Ampuni aku! Ampuni kedurhakaan anakmu ini,                            Mak ( terus menangis hingga tak lagi bersuara dan                          tak bergerak).

Epilog

Narator :    Semuanya telah terlambat bagi Cantika. Mak Daliyah                       hanya terdiam. Akhirnya seluruh tubuh Cantika                               berubah menjadi batu. Batu jelmaan Cantika itu terus                     meneteskan air seperti air mata penyesalan yang                             menetes dari matanya. Orang-orang yang mengetahui                     adanya air yang terus menetes dari batu itupun                               menyebutknya “Batu Menagis.”

Baca:

Struktur teks drama

Drama merupakan sebuah karya yang memuat nilai artistik yang tinggi. Sebuah drama mengikuti struktur alur yang tertata.

Struktur yang tertata akan membantu penonton menikmati sebuah drama yang dipentaskan.

Struktur drama memuat babak, adegan, dialog, prolog dan epilog.

Babak

Babak merupakan istilah lain dari episode. Setiap babak memuat satu keutuhan kisah kecil yang menjadi keseluruhan drama.

Dengan kata lain, babak merupakan bagian dari naskah drama yang merangkum sebuah peristiwa yang terjadi di suatu tempat dengan urutan waktu tertentu.

Adegan merupakan bagian dari drama yang menunjukkan perubahan peristiwa. Perubahan peristiwa ini ditandai dengan pergantian tokoh atau setting tempat dan waktu.

Misalnya, dalam adegan pertama terdapat tokoh A sedang berbicara dengan tokoh B.

Kemudian mereka berjalan ke tempat lain lalu bertemu dengan tokoh C, maka terdapat perubahan adegan di dalamnya.

Dialog

Dialog merupakan bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Dapat juga diartikan dialog adalah bagian yang paling dominan dalam drama.

Pengertian dialog adalah hal yang membedakan antara drama dengan jenis karya sastra yang lain.

Bagian dialog dalam drama meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi (denoument).

Orientasi

Orientasi suatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat. Di dalam orientasi memperkenalkan para tokoh, menyatakan situasi suatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan dalam bagian utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan dibuat dalam cerita itu.

Komplikasi

Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.

Resolusi

Resolusi atau denoument hendaklah muncul secara logis dari apa-apa yang telah mendahuluinya di dalam komplikasi.

Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi, biasanya disebut klimaks (turning point).

Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting mengenai nasib sang tokoh.

Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.

Di dalam drama dikenal istilah prolog dan epilog. Prolog merupakan bingkai dari sebuah drama.

Prolog merupakan pengantar untuk masuk ke dalam sebuah drama. Isinya adalah gambaran umum mengenai drama yang akan dimainkan.

Epilog adalah bagian terakhir dari pementasan drama. Isinya merupakan kesimpulan dari drama yang dimainkan. Epilog biasanya memuat makna dan pesan dari drama yang dimainkan.

Kaidah Kebahasaan Teks Drama
1. Kalimat Langsung

Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog.

Kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan langsung para tokohnya.

Ada kalimat-kalimat tidak langsung, ada pula bagian prolog dan epilognya.

Pengertian Kalimat langsung adalah kalimat yang menirukan ucapan atau ujaran orang lain.

Kalimat hasil kutipan pembicaraan seseorang persis seperti apa yang dikatakannya.

Bagian ujaran/ucapan diberi tanda petik (“…”) dapat berupa kalimat perintah, berita, atau kalimat tanya.

Ciri-Ciri Kalimat Langsung

1. Bertanda kutip dalam bahasa tertulis.

2. Intonasi: bagian kutipan bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.

3. Berkemungkinan susunan: pengiring/kutipan, kutipan/pengiring, kutipan/pengiring/kutipan

4. Huruf pertama pada petikan langsung ditulis dengan menggunakan huruf kapital.

5. Bagian kutipan ada yang berupa kalimat tanya, kalimat berita, atau kalimat perintah.

6. Bagian pengiring dan bagian petikan langsung dipisah dengan tanda baca koma (,).

7. Jika di dalam petikan langsung menggunakan kata sapaan, maka sebelum kata sapaan diberi tanda baca koma (,) dan huruf pertama kata sapaan menggunakan huruf kapital.

8. Kalimat langsung yang berupa dialog berurutan, wajib menggunakan tanda baca titik dua (:) di depan kalimat langsung.

2. Kata Ganti

Fitur-fitur kebahasaan dalam drama memiliki banyak kesamaan dengan drama.

Drama pun menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog dan epilognya.

Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.

Lain halnya dengan dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang pertama dan kedua, seperti saya, kami, kita, Anda. Mungkin juga digunakan kata sapaan penambahan.

Perubahan Kata Ganti Kalimat Langsung ke Tak Langsung

Dalam perubahan bentuk ini perhatikan perubahan kata gantinya:

Kata Ganti Kalimat Langsung —> Kata Ganti Kalimat Tak Langsung

Saya —> Dia

Kamu —> Saya

Kalian —> Kami

Kami —> Mereka

Kita —> Kami

3. Kata Seru

Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong.

Mungkin di dalamnya banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku.

Kata seru adalah Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara.

Untuk memperkuat rasa hati seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik, orang memakai kata tertentu di samping kalimat yang mengandung maksud pokok.

Di bawah ini diberikan beberapa jenis interjeksi dan contohnya.

a. Interjeksi kejijikan: bah, cih, cis, ih, idih (idiih)

b. Interjeksi kekesalan atau kecewa: brengsek, sialan, buset (busyet), keparat, celaka

4. Kalimat Seru, Suruhan, Pertanyaan

kalimat dalam teks drama tidak lepas dari kalimat-kalimat seru, suruhan, pertanyaan (seperti: Ah, ya!, Ampun seribu ampun!, Bagus! Bagus! Atas dasar kekuatan!, Jangan khawatir, Jangan sampai mereka menjadi korban daripancaroba perubahan, Sri…. Ratu Dara? Bagaimanakah keadaan mereka?

5. Konjungsi

Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.

6. Kata Kerja

Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.

Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.

Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami

7. Kata Sifat

Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggabarkan tokoh, tempat, atau suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.

Demikianlah pembahasan mengenai menelaah struktur dan kebahasaan teks drama serta contohnya. semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *