Pengertian Puisi : Ciri-Ciri, Jenis, Struktur, dan Contohnya yang tepat

 Pengertian Puisi : Ciri-Ciri, Jenis, Struktur, dan Contohnya yang tepat

paket-wisatabromo.com – Puisi tergolong teks fiksi. Teks puisi menjadi bahan ajar peserta didik di SMP kelas VII. Peserta didik kelas VII harus memahami teks puisi dengan tepat.

Pada pembelajaran kelas VII sudah dibahas mengenai puisi rakyat. Puisi itu terdiri atas pantun, syair, dan gurindam.

Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai pengertian puisi. Selain itu di bahas juga mengenai ciri-ciri , jenis, struktur, dan contohnya.

A. Pengertian Puisi

Pengertian puisi adalah suatu karya sastra tertulis dimana isinya merupakan ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa yang bermakna semantis serta mengandung irama, rima, dan ritma dalam penyusunan larik dan baitnya.

Ada juga yang menyebutkan pengertian puisi adalah suatu karya sastra yang isinya mengandung ungkapan kata-kata bermakna kiasan dan penyampaiannya disertai dengan rima, irama, larik dan bait, dengan gaya bahasa yang dipadatkan.

Beberapa ahli modern mendefinisikan puisi sebagai perwujudan imajinasi, curahan hati, dari seorang penyair yang mengajak orang lain ke “dunianya.” Meskipun bentuknya singkat dan padat, umumnya orang lain kesulitan untuk menjelaskan makna puisi yang disampaikan dari setiap baitnya.

B.Ciri-Ciri Puisi

Ciri-Ciri Puisi Baru
  • Nama pengarang atau penulis puisi diketahui.
  • Tidak terikat jumlah baris, rima, dan irama.
  • Mempunyai gaya bahasa yang dinamis atau berubah-ubah.
  • Puisi cenderung bersifat simetris atau memiliki bentuk rapi.
  • Lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun.
  • Puisi biasanya berbentuk empat seuntai.
Ciri-Ciri Puisi Lama
  • Anonim atau tidak diketahui siapa nama penulis puisi.
  • Terikat pada jumlah baris, rima, irama, diksi, intonasi, dan sebagainya.
  • Memiliki gaya bahasa yang statis/tetap dan klise.
  • Merupakan sastra lisan karena disampaikan dan diajarkan dari mulut ke mulut.

Pengertian Puisi

C. Jenis Puisi

Puisi memiliki beragam jenis. Namun, pada umumnya puisi dibagi menjadi tiga jenis, yakni puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer. Masing-masing jenis puisi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, berikut ulasannya.

1. Puisi lama

Pengertian Puisi lama merupakan puisi yang dihasilkan sebelum abad ke-20 sehingga puisi ini cenderung memiliki aturan dan bermakna yang sering digunakan saat upacara adat. dan Puisi ini terbagi menjadi beberapa jenis, seperti pantun, talibun, syair, dan gurindam.

2. Puisi baru

Puisi baru merupakan sebuah karya sastra berisi ungkapkan perasaan serta pikiran dengan menggunakan bahasa yang memperhatikan irama, mantra, penyusunan lirik hingga makna dalam puisi tersebut.

3. Puisi kontemporer

Puisi kontemporer adalah puisi yang selalu berusaha menyesuaikan perkembangan zaman atau keluar dari ikatan konvensional. Umumnya jenis puisi ini tidak lagi mementingkan irama serta gaya bahasa seperti puisi lama dan puisi baru.

Adapun klasifikasi puisi kontemporer meliputi puisi konkret, puisi lama dan puisi mbeling atau puisi yang tidak mengikuti aturan umum.

D. Struktur Puisi

Unsur-unsur puisi itu terdiri atas dua jenis yaitu struktur fisik dan struktur batin puisi.Pada kesempatan ini akan dibahas khusus mengenai struktur fisik puisi.

Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi dari luar. Puisi disusun dari kata dengan bahasa yang indah dan bermakna yang dituliskan dalam bentuk bait-bait. Orang dapat membedakan mana puisi dan mana bukan puisi berdasarkan bentuk lahir atau fisik yang terlihat.

Berikut ini akan dibahas struktur fisik puisi yang meliputi: diksi, imajinasi, kata konkret, majas, versifikasi, majas dan tipografi.

Pengertian puisi
1. Diksi atau Pilihan Kata

Salah satu hal yang ditonjolkan dalam puisi adalah kata-katanya ataupun pilihan katanya. Bahasa merupakan sarana utama dalam puisi. Dalam menciptakan sebuah puisi penyair mempunyai tujuan yang hendak disampaikan kepada pembaca melalui puisinya.

Penyair ingin mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang dialami hatinya. Selain itu juga ia ingin mengekspresikannya dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya.

Untuk itulah harus dipilih kata-kata yang setepat-tepatnya. Penyair juga ingin mempertimbangkan perbedaan arti yang sekecil-kecilnya dengan cermat.

Penyair harus cermat memilih kata-kata karena kata-kata yang ditulis harus dipertimbangkan maknanya, kompisisi bunyi, dalam rima dan irama serta kedudukan kata itu di tengah konteks kata lainnya, dan kedudukan kata dalam keseluruhan puisi itu.

2. Imajinasi (Gambaran angan)

Pengimajian dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan.

Ada hubungan yang erat antara pemilihan kata-kata, pengimajian dan kata konkret, di mana diksi yang dipilih harus menghasilkan imajinasi. Karena itu, kata-kata menjadi lebih konkret seperti yang kita hayati dalam penglihatan, pendengaran atau citarasa.

Pilihan serta penggunaan kata-kata yang tepat dapat memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia dan energi tersebut dapat mendorong imajinasi atau daya bayang kita untuk menjelmakan gambaran yang nyata.

Dalam puisi kita kenal bermacam-macam imajinasi (gambaran angan) yang dihasilkan oleh indera pengihatan, pendengaran, pengecapan, rabaan, penciuman, pemikiran dan gerakan.

Selanjutnya terdapat juga imaji penglihatan (visual), imaji pendengaran (auditif)dan imaji cita rasa (taktil). Semua imaji di atas bila dijadikan satu, secara keseluruhan dikenal beberapa macam imajinasi, yaitu:

Imajinasi Visual, yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seolah-olah seperti melihat sendiri apa yang dikemukakan atau diceritakan oleh penyair.

Imajinasi Auditori, yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar sendiri apa yang dikemukakan penyair. Suara dan bunyi yang dipergunakan tepat sekali untuk melukiskan hal yang dikemukakan, hal ini sering menggunakan kata-kata onomatope.

Artikulatori, yakni imajinasi yang menyebabkan pembaca seperti mendengar bunyi-bunyi dengan artikulasi-artikulasi tertentu pada bagian mulut waktu kita membaca sajak itu seakan-akan kita melihat gerakan-gerakan mulut membunyikannya, sehingga ikut bagian-bagian mulut kita dengan sendirinya.

Olfaktori, yakni imajinasi penciuman atau pembawaan dengan membaca atau mendengar kata-kata tertentu kita seperti mencium bau sesuatu. Kita seperti mencium bau rumput yang sedang dibakar, kita seperti mencium bau tanah yang baru dicangkul, kita seperti mencium bau bunga mawar, kita seperti mencium bau apel yang sedap dan sebagainya.

Gustatori, yakni imajinasi pencicipan. Dengan membaca atau mendengar kata-kata atau kalimat-kalimat tertentu kita seperti mencicipi suatu benda yang menimbulkan rasa asin, pahit, asam dan sebagainya.

Faktual, yakni imajinasi rasa kulit, yang menyebabkan kita seperti merasakan di bagian kulit badan kita rasanya nyeri, rasa dingin, atau rasa panas oleh tekanan udara atau oleh perubahan suhu udara.

Kinestetik, yakni imajinasi gerakan tubuh atau otot yang menyebabkan kita merasakan atau melihat gerakan badan atau otot-otot tubuh.

Organik, yakni imajinasi badan yang menyebabkan kita seperti melihat atau merasakan badan yang capai, lesu, loyo, ngantuk, lapar, lemas, mual, pusing dan sebagainya.

3. Kata Konkret

Salah satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau daya imajinasi para penikmat sastra khususnya puisi adalah dengan menggunakan kata-kata yang tepat, kata-kata yang kongkret, yang dapat mengarah pada suatu pengertian menyeluruh.

Semakin tepat sang penyair menggunakan kata-kata atau bahasa dalam karya sastranya maka akan semakin kuat juga daya pemikat untuk penikmat sastra sehingga penikmat sastra akan merasakan sensasi yang berbeda.

Para penikmat sastra akan menganggap bahwa mereka benar-benar melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami segala sesuatu yang dialami oleh sang penyair.

Dengan keterangan singkat di atas maka dapat disimpulkan bahwa kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra.

4.Majas atau Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambing.

Bahasa kias merupakan wujud penggunaan bahasa yang mampu mengekspresikan makna dasar ke asosi lainnya. Kiasan yang tepat dapat menolong pembaca merasakan dan melihat seperti apa yang dilihat atau apa yang dirasakan penulis.

Adapun bahasa kias yang biasa digunakan dalam puisi ataupun karya sastra lainnya yaitu:
a. Perbandingan/Perumpamaan (Simile)

Perbandingan atau perumpamaan (simile) ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, bak, semisal, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding lainnya.

b. Metafora

Bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, laksana dan sebagainya. Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan yang lain yang sesungguhnya tidak sama.

c. Personifikasi

Kiasan ini mempersamakan benda dengan manusia. Benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir dan sebagainya. Seperti halnya manusia danbanyak dipergunakan penyair dulu sampai sekarang.

Personifikasi membuat hidup lukisan di samping itu memberi kejelasan kebenaran, memberikan bayangan angan yang konkret.

d. Hiperbola

Kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca.

e. Metonimia

Bahasa kiasan yang lebih jarang dijumpai pemakaiannya. Metonimia ini dalam bahasa Indonesia sering disebut kiasan pengganti nama. Bahasa ini berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat hubungannya dengan mengganti objek tersebut.

f. Sinekdoki (Syneadoche)

Bahasa kiasan yang menyebutkan sesuatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri. Sinekdoke ada dua macam:

-Pars Prototo: sebagian untuk keseluruhan

-Totum Proparte: keseluruhan untuk sebagian

g. Allegori

Cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengkiaskan hal lain atau kejadian lainnya.

Perlambangan yang dipergunakan dalam puisi:Lambang warna, lambang benda: penggunaan benda untuk menggantikan sesuatu yang ingin diucapkan, lambang bunyi: bunyi yang diciptakan penyair untuk melambangkan perasaan tertentu, lambang suasana: suasana yang dilambangkan dengan suasana lain yanglebih konkret.

5. Versifikasi (Rima, Ritma dan Metrum)

Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi sehingga puisi menjadi menarik untuk dibaca.

Dalam puisi banyak jenis rima yang kita jumpai antara lain: Menurut bunyinya:

(a) Rima sempurna bila seluruh suku akhir sama bunyinya (b)Rima tak sempurna bila sebagian suku akhir sama bunyinya (c) Rima mutlak bila seluruh bunyi kata itu sama (d) Asonansi perulangan bunyi vokal dalam satu kata (e) Aliterasi: perulangan bunyi konsonan di depan setiap kata secara berurutan, (f) Pisonansi (rima rangka) bila konsonan yang membentuk kata itu sama,tetapi vokalnya berbeda.

Jenis rima menurut letaknya antara lain: Rima
  • depan: bila kata pada permulaan baris sama
  • tengah: bila kata atau suku kata di tengah baris suatu puisiitusama
  • akhir bila perulangan kata terletak pada akhir baris
  • tegak bila kata pada akhir baris sama dengan kata padapermulaan baris berikutnya.
  • datar bila perulangan itu terdapat pada satu baris.
Menurut letaknya dalam bait puisi terdiri atas rima:
  • berangkai dengan pola aabb, ccdd
  • berselang dengan pola abab, cdef
  • berpeluk dengan pola abba, cddc
  • terus dengan pola aaaa, bbbb
  • patah dengan pola abaa, bcbb
  • bebas: rima yang tidak mengikuti pola persajakan yang disebut sebelumnya
  • Efoni kombinasi bunyi yang merdu dan indah untuk menggambarkan perasaan mesra, kasih sayang, cinta dan hal-hal yang menggembirakan.
  • Kakafoni kombinasi bunyi yang tidak merdu, parau dan tidak cocok untuk memperkuat suasana yang tidak menyenangkan, kacau, serba tak teratur, bahkan memuakkan.
Ritme

Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Ritme terdiri dari tiga macam, yaitu:

(a)Andante: Kata yang terdiri dari dua vokal, yang menimbulkan irama lambat.

(b)Alegro: Kata bervokal tiga, menimbulkan irama sedang

(c)Motto Alegro: kata yang bervokal empat yang menyebabkan irama cepat.

Metrum

Selain itu, terdapat pula istilah metrum, yakni perulangan-perulangan kata yang tetap bersifat statis. Nama metrum didapati dalam puisi sastra lama. Pengertian metrum menurut Pradopo adalah irama yang tetap, pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu

Peranan metrum sangat penting dalam pembacaan puisi dan deklamasi. Ada bermacam tanda yang biasa diberikan pada tiap kata. Untuk tekanan keras ditandai dengan (/) di atas suku kata yang dimaksudkan, sedangkan tekanan lemah diberi tanda (U) di atas suku katanya.

6. Tipografi atau Perwajahan

Ciri-ciri yang dapat dilihat sepintas dari puisi adalah perwajahannya atau tipografinya. Melalui indera mata tampak bahwa puisi tersusun atas kata-kata yang membentuk larik-larik puisi. Larik-larik itu disusunke bawah dan terikat dalam bait-bait.

Banyak kata, larik maupun bait ditentukan oleh keseluruhan makna puisi yang ingin dituliskan penyair. Dengan demikian satu bait puisi bisa terdiri dari satu kata bahkan satu huruf saja.

Dalam hal cara penulisannya puisi tidak selalu harus ditulis dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan seperti bentuk tulisan umumnya. Susunan penulisan dalam puisi disebut tipografi.

Struktur fisik puisi membentuk tipografi yang khas puisi. Tiprografi puisi merupakan bentuk visual yang bisa memberi makna tambahan dan bentuknya bisa didapati pada jenis puisi konkret.

Bentuk tipografi bermacam-macam antara lain berbentuk grafis, kaligrafi, kerucut dan sebagainya. Jadi, tipografi memberikan ciri khas puisi pada periode angkatan tertentu

Struktur Batin Puisi

Struktur batin puisi atau struktur makna merupakan pikiran perasaan yang diungkapkan penyair (Waluyo, 1991:47). Dan Struktur batin puisi merupakan wacana teks puisi secara utuh yang mengandung arti atau makna yang hanya dapat dilihat atau dirasakan melalui penghayatan. Menurut I.A Richards sebagaimana yang dikutip Herman J.Waluyo menyatakan batin puisi ada empat, yaitu : tema(sense), perasaanpenyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), amanat (intention) (Waluyo, 1991:180-181). Berikut ini akan dibahas struktur batin puisi.

1. Tema

Dalam sebuah puisi tentunya sang penyair ingin mengemukakan sesuatu hal bagi penikmat puisinya. Sesuatu yang ingin diungkapkan oleh penyair dapat diungkapkan melalui puisi atau hasil karyanya yang dia dapatkan melalui penglihatan, pengalaman ataupun kejadian yang pernah dialami atau kejadian yang terjadi pada suatu.

Masyarakat dengan bahasanya sendiri. Dia ingin mengemukakan, mempersoalkan, mempermasalahkan hal-hal itu dengan caranya sendiri. Atau dengan kata lain sang penyair ingin mengemukakan pengalaman pribadinya kepada para pembaca melalui puisinya (Tarigan, 1984:10). Inilah tema, tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh sang penyair yang terdapat dalam puisinya (Siswanto, 2008:124).

Baca:

2. Perasaan Penyair (Feeling)

Perasaan (feeling) merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang ditampilkannya. Dan, Perasaan penyair dalam puisinya dapat dikenal melalui penggunaan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam puisinya karena dalam menciptakan puisi suasana hati penyair juga ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca (Waluyo,1991:121). Hal ini selaras dengan pendapat Tarigan (1984:11) yang menyatakan bahwa rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terkandung dalam puisinya.

3. Nada dan Suasana

Menurut Tarigan (1984:17) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan nada dalam dunia perpuisian adalah sikap sang penyair terhadap pembacanya atau dengan kata lain sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya.

4. Amanat (Pesan)

Penyair sebagai sastrawan dan anggota masyarakat baik secara sadar atau tidak merasa bertanggug jawab menjaga kelangsungan hidup sesuai dengan hati nuraninya. Oleh karena itu, puisi selalu ingin mengandung amanat (pesan). Meskipun penyair tidak secara khusus dan sengaja

E. Contoh Puisi

Kehidupan Remaja Zaman Sekarang

oleh: Dino Joy

Begitu indahnya saat remaja

Masa-masa penuh dengan tawa dan canda…

Beratnya bebankehidupan yang belum terasa

Belumlah nampak kerikil terjal kehidupan dimata…

Indah masa remaja bagaikan pantai yang damai

Yang belum pernah di sapa ombak besar dan badai…

Menikmati keindahan hidup dan terbuai

Dalam tumpulnya kedisiplinan dan kerap terbuai…

Tingkah laku remaja cenderung berubah

 

Seiring budaya zaman yang terus berputar arah…

Menggerogoti tebalnya adat yang kian parah

Tergilas roda mode zaman membuat orang tuapun pasrah…

Dunia terus berputar hidup inipun terus berjalan

Tak ada jeda waktu untuk menahan…

Arus deras dan badai dasyat kan berdatangan

Persiapkanlah diri agar tak terhanyut dalam buaian kebebasan zaman

SAJAK PUTIH

Bersandar pada tari warna Pelangi

Kau depanku bertudung sutra senja

Di hitam matamu kembang mawar dan melati

Harum rambutmu mengalun bergelut senda

Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba

Meriak muka air kolamjiwa

Dan dalam dadaku memerdu lagu

Menarik menari seluruh aku

Hidup dari hidupku, pintu terbuka

Selama matamu bagiku menengadah

Selama kau darah mengalir dari luka

Antara kita Mati datang tidak membelah…

Senja Di PelabuhanKecil

Karya: Chairil Anwar (1946)

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

 

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

 

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

Aku Ingin

Karya: Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

1989

Hujan Bulan Juni

Karya: Sapardi Djoko Damono

tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan Juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak

dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif

dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

Demikian pembahasan mengenai Pengertian Puisi : Ciri-Ciri, Jenis, Struktur, dan Contohnya yang tepat. Semoga bermanfaat.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *