Struktur Teks Tanggapan dan Contoh Analisisnya yang Tepat
paket-wisatabromo.com – Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia, Teks tanggapan merupakan jenis teks yang harus dikuasai peserta didik kelas IX semester 1.
Aspek teks tanggapan yang harus dipelajari antara lain: pengertian, ciri, struktur teks tanggapan, kaidah kebahasaan, cara menyimpulkan, cara menulis dan contohnya.
Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai struktur teks tanggapan dan contoh analisisnya.
Teks tanggapan adalah teks yang dibuat untuk menanggapi suatu permasalahan, biasanya berisi kritikan pedas terhadap hal yang berkaitan dengan kesalahan atau isu sosial.
Di dalam teks tanggapan terdapat pula penilaian berupa kritik, saran, dan pujian.
Kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.
Kritik itu berupa pernyataan-pernyataan negatif, celaan, yang melihat kekurangan atau kelemahan seseorang atau pihak tertentu.
Saran menurut KBBI adalah pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan.
Contoh: untuk mengatasi masalah itu, anak-anak meminta saran dari gurunya.
Pujian adalah menyatakan sesuatu yang positif tentang seseorang, dengan tulus dan sejujurnya.
Pujian itu adalah sesuatu ucapan yang membuat orang yang mendengarnya merasa tersanjung, sehingga dapat juga memberikan motivasi kepada orang yang di pujinya.
Pada umumnya, pujian ditandai oleh pernyataan-pernyataan yang positif, yang membesarkan hati orang atau pihak lain.
Tujuan dari teks tanggapan adalah untuk memberikan penilaian tentang kelebihan dan kekurangan dari sebuah teks. Penilaian yang dilakukan haruslah objektif, sopan, logis, dan jelas.
A. Struktur Teks Tanggapan
Teks tanggapan terdiri dari konteks, deskripsi, dan evaluasi. Tiga bagian yang membentuk teks tanggapan tersebut biasa disebut dengan struktur teks tanggapan.
1. Konteks
Berupa penyebutan tentang objek yang ditanggapi, baik itu berupa lingkungan hidup, kondisi sosial, keragaman budaya, peristiwa,fenomena, ucapan dan perbuatan, atau tentang suatu karya orang lain.
Mungkin pula disertai dengn penjelasan tempat, waktu, dan keterangan-keterangan lainnya.
Dengan demikian, unsur “konteks”merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apa objek yang ditanggapi?
b. Di mana adanya?
c. Kapan terjadinya?
Contoh:
Krisis air sudah terasa oleh masyarakat Cekungan Bandung, seperti ketika memasuki musim kemarau.
Warga yang semula dapat memenuhi kebutuhan air bakunya dari sungai, kini sudah tak diharapkan lagi karena kualitas air yang semakin menurun.
Mata air pun hanya tinggalkan jejak yang terabadikan dalam toponimi, seperti nama-nama geografi Sekelola, Sekelimus, Sekebirus, dll.
Konteks yang dimaksud berupa penyebutan nama peristiwa, yakni krisis air; dan tempat dan waktu terjadinya: di Cekungan Bandung Ketika musim kemarau.
2. Deskripsi
Berisi tentang keadaan objek atau proses berlangsungnya kegiatan itu secara terperinci. Bagian ini merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana.
Contoh:
Peran Citarum semakin terus berkurang karena penghancuran wilayahsungai yang dilakukan oleh manusia yang sangat memerlukan, bahkansangat tergantung akan keberadaan sungai itu.
Kehancuran di sepanjang sungai ini, mulai dari hulu, tengah, dan hilir.
Manusia yang menghancurkan, manusia pulalah yang menderita akibat kehancuran itu.
Kerusakan lingkungan dan penghancuran sungai oleh pencemaran adalah yang terberat.
Kehancuran di hulu Citarum karena system pertanian dengan tanaman jangka pendek yang sudah tidak mengindahkan lagi aturan negara dan aturan alam.
Ketika hujan tiba, air hujan langsung menggerus tanah-tanah pucuk, mengalir ke lembah-lembah, mengendap di dasar sungai dan di dasar bendungan.
Bagian tersebut mendeskripsikan proses berkurangnya peran Citarum; kehancuran sungai dan lingkungan di sekitar Citarum.
3. Penilaian
berisi pendapat tentang objek itu, baik secara positif ataupun negatif, kelebihan ataupun kekurangannya.
Contoh:
Mengembalikan Citarum kembali bersih, sesungguhnya merupakan perbuatan mulia yang mengandung nilai kemanusiaan.
Sambil menunggu keberhasilan usaha-usaha membersihkan Citarum tersebut, perlu ada usaha-usaha jangka pendek.
Sebagai percontohan dalam pengelolaan sungai dan upaya menjernihkan air sungai secara alami, sehingga dapat dipergunakan dengan aman untuk bersawah dan menanam ikan di kolam.
Apabila percontohan ini dinilai oleh masyarakat dapat menguntungkan secara ekonomi, maka masyarakat akan menirunya.
Menumbuhkan kesadaran otoritas negara dan masyarakat untuk menanam pohon alami di lahan-lahan negara yang sudah kritis, adalah masalah berat yang harus menjadi perhatian utama.
Pohon seringkali dianggap menjadi pengganggu dalam usaha pertanian sayur di lahan milik negara.
Bagian tersebut menjelaskan tentang cara mengembalikan fungsi Citarum sehingga kembali bersih.
B. Contoh Analisis
Krisis Air di Cekungan Bandung
Konteks
Krisis air sudah terasa oleh masyarakat Cekungan Bandung, seperti Ketika memasuki musim kemarau.
Warga yang semula dapat memenuhi kebutuhan air bakunya dari sungai, kini sudah tak diharapkan lagi karena kualitas air yang semakin menurun.
Mata air pun hanya tinggalkan jejak yang terabadikan dalam toponimi, seperti nama-nama geografi Sekelola, Sekelimus, Sekebirus, dan lain-lain.
Deskripsi
Ci Tarum, misalnya, sungai sepanjang 300 kilometer di Provinsi Jawa Barat, yang sumber airnya dari lereng-lereng gunung di sekeliling Cekungan Bandung, merupakan sungai besar dan panjang.
Sungai ini memberikan kehidupan bagi jutaan manusia di sekitarnya sekaligus memberikan kehidupan bagi jutaan manusia yang terkait dengan air CiTarum.
Dari sawah akan menghasilkan beras. Manfaat beras bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan petani setempat.
Namun, berjuta manusia lain sudah menanti peran petani sawah di sepanjang Ci Tarum dalam pemenuhan pangan bagi kehidupan mereka.
Ci Tarum sudah nyata memberikan kehidupan bagi jutaan manusia sejak lama, dan memberikan kehidupan bagi jutaan manusia yang terkait dengan air Ci Tarum.
Aliran air ini semula menjadi nadi peradaban. Sepanjang sungai menjadi pusat-pusat perkembangan budaya, tempat berbagai komunitas warga bertemu, saling tukar barang, dan pengetahuan.
Kebudayaan baru yang datang dari luar kemudian berpadu secara harmonis di muara sungai.
Mereka kemudian berkembang menjadi budaya khas yang kemudian berproses seiring waktu dan pemaknaan, budaya itu menjadi milik masyarakat di tempat itu.
Peran Ci Tarum semakin bertambah dengan dibangunnya tiga bendungan untuk PLTA yaitu Jatiluhur, Cirata, dan Saguling untuk energi listrik.
Namun kini, keadaan Ci Tarum dan anak-anak sungainya sedang sakit parah.
Pencemaran
Peran Ci Tarum semakin terus berkurang karena penghancuran wilayah sungai dan sungainya yang dilakukan oleh manusia yang sangat memerlukan, bahkan sangat tergantung akan keberadaan sungai itu.
Kehancuran di sepanjang sungai ini, mulai dari hulu, tengah, dan hilir.
Manusia yang menghancurkan, manusia pulalah yang menderita akibat kehancuran itu.
Yang terberat. Kehancuran di hulu Ci Tarum karena sistem pertanian dengan tanaman jangka pendek yang sudah tidak mengindahkan lagi aturan negara dan aturan alam.
Ketika hujan tiba, air hujan langsung menggerus tanah-tanah pucuk, mengalir ke lembah-lembah, mengendap di dasar sungai dan di dasar bendungan.
Limbah pabrik dan limbah rumah tangga terus digelontorkan langsung keanak-anak sungai, lalu bermuara di Ci Tarum.
Pencemaran sungai yang tidak ada tanda-tanda semakin membaik, telah mengurangi, bahkan dibeberapa tempat telah menghilangkan pengetahuan dan praktik masyarakat dalam bersawah dan memelihara ikan di kolam.
Padahal, pada awalnya, dengan kelimpahan air Ci Tarum yang bersih, telah mendorong penduduk untuk menanam padi di sawah yang subur, dan menanam ikan di kolam.
Dengan dua kegiatan itu, penduduk terpenuhui kebutuhan pokoknya, yaitu beras, dan kebutuhan protein dari ikan, serta sayuranyang tumbuh di air.
Bahkan pada masa lalu, Ci Tarum menjadi sumber air baku bagi masyarakat, dan sumber protein karena banyaknya ikan di sana.
Sekarang, walau Ci Tarum sudah tercemar sangat berat, airnya yang dibendung di Jatiluhur (bendungan Ir H Djuanda), masih bermanfaat bagi pengairan sawah, energi listrik, rekreasi, dan menjadi air baku bagi warga Jakarta.
Tiga masalah
Permasalahan air akan semakin krisis di Cekungan Bandung karena ada tiga hal yang menjadi inti permasalahan.
Pertama, lemahnya kontrol dari otoritas negara terhadap penyedotan air tanah, sehingga mengakibatkan berkurangnya cadangan air tanah untuk penduduk sekitar.
Penyedotan air tanah tidak sebanding dengan pengisian ulang air tanah secara alami disebabkan oleh kehancuran lingkungan di seputar Cekungan Bandung.
Hal ini mengakibatkan terjadinya penurunan muka air tanah dangkal dan dalam.
Penurunan muka air tanah itu menyebabkan terjadinya penurunan muka tanah, yang kemudian akan mengganggu konstruksi jalan, bangunan, dan rumah.
Kedua, lemahnya kontrol otoritas negara terhadap pabrik-pabrik. Pencemaran sungai pun menjadi sangat berat, terutama pencemaran dari pabrik-pabrik yang berada di daerah Rancaekek, Majalaya, Banjaran, Cimahi, serta Cimareme.
Juga lokasi-lokasi lainnya yang dijadikan tempat membuang limbah secara langsung ke anak-anak sungai Ci Tarum dan keCi Tarum.
Ketiga, masih kurangnya kesadaran masyarakat di Cekungan Bandung terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Mereka masih banyak yang tidak merasa berdosa mengotori lingkungan, membuang sampah keanak-anak sungai, yang kemudian akan sampai di Ci Tarum.
Perlu Contoh dan Teladan
Mengembalikan Citarum kembali bersih, sesungguhnya merupakan perbuatan mulia yang mengandung nilai kemanusiaan.
Sambil menunggu keberhasilan usaha-usaha membersihkan Citarum tersebut, perlu ada usaha-usaha jangka pendek sebagai percontohan dalam pengelolaan sungai.
Dan upaya menjernihkan air sungai secara alami, sehingga dapat dipergunakan dengan aman untuk bersawah dan menanam ikan di kolam.
Apabila percontohan ini dinilai oleh masyarakat dapat menguntungkan secara ekonomi, maka masyarakat akan menirunya.
Menumbuhkan kesadaran otoritas negara dan masyarakat untuk menanam pohon alami di lahan-lahan negara yang sudah kritis, adalah masalah berat yang harus menjadi perhatian utama.
Pohon seringkali dianggap menjadi pengganggu dalam usaha pertanian sayur di lahan milik negara.
Karena Citarum berasal dari anak-anak sungai yang datang dari kabupaten dan kota, maka anak sungai akan tetap dipenuhi sampah rumah tangga.
Ironisnya, pemerintahan kabupaten dan kota itu kebanyakan belum mempunyai program untuk kampanye kebersihan dan kesehatan lingkungan, khususnya kampanye tidak membuang sampah kesungai.
Baca:
- Kaidah Kebahasaan Teks Tanggapan dan Contohnya yang Tepat
- Pengertian Teks Tanggapan , Tujuan, Ciri-Ciri, Struktur, dan Contohnya
Penilaian
Jadi, perlu kerja sama antara pemerintahan kota dan kabupaten tersebut.
Masalah air bersih sudah menjadi masalah dan akan semakin menjadi masalah berat ke depan bagi warga di Cekungan Bandung.
Oleh karena itu,diperlukan sebuah langkah nyata. Karena permasalahan air yang menjadi kebutuhan utama maka akan merembet pada persoalan lain yang lebih rumit, sosial-ekonomi-politik.
Demikianlah pembahasan mengenai struktur teks tanggapan. Semoga dapat menambah wawasan.