Buku Cerita Untuk Anak SMP MTs : “Kue Tradisional Khas Aceh”

Buku Cerita Untuk Anak SMP MTs : “Kue Tradisional Khas Aceh”

paket-wisatabromo.com – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra telah menerbitkan buku cerita untuk anak SMP MTs : “Kue Tradisional Khas Aceh”

Kue Tradisional Khas Aceh” merupakan salah satu buku cerita untuk anak SMP MTs. Penulis yaitu Rizky Yulita, dan ilustratornya adalah Qurrata A’yun. Sedangkan penyuntingnya adalah Arie Andrasyah Isa .

Buku cerita “Kue Tradisional Khas Aceh” diterbitkan pada tahun 2018 oleh Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Daksinapati Barat IV, Rawamangun, Jakarta Timur.

Buku ini merupakan bahan cerita literasi yang bertujuan untuk menambah minat baca bagi anak-anak jenjang SMP MTs terutama kelas 1-3 sehingga kamu-kamu bisa menambah wawasanmu.

Hak Cipta

Isi buku ini dilindungi Undang-undang, baik sebagian maupun seluruhnya. Pembaca dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau karangan ilmiah.

Sambutan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Sikap hidup pragmatis pada sebagian besar masyarakat Indonesia dewasa ini mengakibatkan terkikisnya nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Demikian halnya dengan budaya kekerasan dan anarkisme sosial turut memperparah kondisi sosial budaya bangsa Indonesia.

Nilai kearifan lokal yang santun, ramah, saling menghormati, arif, bijaksana, dan religius seakan terkikis dan tereduksi gaya hidup instan dan modern.

Masyarakat sangat mudah tersulut emosinya, pemarah, brutal, dan kasar tanpa mampu mengendalikan diri.

Fenomena itu dapat menjadi representasi melemahnya karakter bangsa yang terkenal ramah, santun, toleran, serta berbudi pekerti luhur dan mulia.

Sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat, situasi yang demikian itu jelas tidak menguntungkan bagi masa depan bangsa, khususnya dalam melahirkan generasi masa depan bangsa yang cerdas cendekia, bijak bestari, terampil, berbudi pekerti luhur, berderajat mulia, berperadaban tinggi, dan senantiasa berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu, dibutuhkan paradigma pendidikan karakter bangsa yang tidak sekadar memburu kepentingan kognitif (pikir, nalar, dan logika), tetapi juga memperhatikan dan mengintegrasi persoalan moral dan keluhuran budi pekerti.

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membangun watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Penguatan pendidikan karakter bangsa  dapat diwujudkan melalui pengoptimalan peran Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang memumpunkan ketersediaan bahan bacaan berkualitas bagi masyarakat Indonesia.

Bahan bacaan berkualitas itu dapat digali dari lanskap dan perubahan sosial masyarakat perdesaan dan perkotaan, kekayaan bahasa daerah, pelajaran penting dari tokoh-tokoh Indonesia, kuliner Indonesia, dan arsitektur tradisional Indonesia.

Bahan bacaan yang digali dari sumber-sumber tersebut mengandung nilai-nilai karakter bangsa, seperti nilai religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Nilai-nilai karakter bangsa itu berkaitan erat dengan hajat hidup dan kehidupan manusia Indonesia yang tidak hanya mengejar kepentingan diri sendiri, tetapi juga berkaitan dengan keseimbangan alam semesta, kesejahteraan sosial masyarakat, dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Apabila jalinan ketiga hal itu terwujud secara harmonis, terlahirlah bangsa Indonesia yang beradab dan bermartabat mulia.

Salah satu rangkaian dalam pembuatan buku ini adalah proses penilaian yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuaan.

Buku nonteks pelajaran ini telah melalui tahapan tersebut dan ditetapkan berdasarkan surat keterangan dengan nomor 13986/H3.3/PB/2018 yang dikeluarkan pada tanggal 23 Oktober 2018 mengenai Hasil Pemeriksaan Buku Terbitan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Kepala Pusat Pembinaan, Kepala Bidang Pembelajaran, Kepala Subbidang Modul dan Bahan Ajar beserta staf, penulis buku, juri sayembara penulisan bahan bacaan Gerakan Literasi Nasional 2018, ilustrator, penyunting, dan penyelaras akhir atas segala upaya dan kerja keras yang dilakukan sampai dengan terwujudnya buku ini.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi khalayak untuk menumbuhkan budaya literasi melalui program Gerakan Literasi Nasional dalam menghadapi era globalisasi, pasar bebas, dan keberagaman hidup manusia.

Sekapur Sirih Penulis

Alhamdullilah, buku yang berjudul Kue Tradisional Khas Aceh ini selesai saya tulis. Buku ini merupakan buku bacaan anak setingkat sekolah menengah pertama.

Namun, karena bahasa yang digunakan sangat sederhana, tidak tertutup kemungkinan buku ini juga dapat dinikmati oleh anak-anak setingkat sekolah dasar.

Buku ini mengajak para siswa untuk mengetahui berbagai penganan tradisional khas Aceh yang mungkin tidak semua siswa mengetahuinya.

Beberapa makanan yang terdapat di Aceh juga ada di daerah lain di Indonesia. Namun, apa yang disajikan dalam buku ini sesuai dengan tradisi dan kekhasan pengolahan di Aceh.

Cerita ini dikisahkan melalui seorang tokoh utama, yaitu Malahayati. Ia seorang anak piatu yang tinggal bersama ayahnya.

Semasa kecil, Malahayati pernah tinggal bersama neneknya di Aceh Besar. Saat mulai duduk di bangku SMP, Malahayati mulai menetap di Banda Aceh bersama ayahnya karena ayahnya bekerja di Banda Aceh.

Meskipun demikian, setiap akhir pekan, ayah Mala membawa Mala ke rumah neneknya karena Mala senang bermain di rumah neneknya.

Setiap berkunjung ke Aceh Besar itulah, Mala mendapati beragam kue tradisional khas Aceh. Nenek dan makcik Mala sering membuat kue khas Aceh, baik sebagai pesanan orang maupun sebagai makanan untuk keluarga.

Pengenalan kue khas Aceh dalam buku ini disampaikan dalam bentuk cerita agar penyampaiannya tidak terkesan mendikte.

Beberapa teks prosedur pembuatan kue pun diolah menjadi narasi yang tidak menggurui. Kehadiran tokoh dan dialog sengaja dikemas sedemikian rupa agar anak-anak suka membaca buku tentang kue tradisional.

Setelah membaca buku ini, pembaca akan mengenal lebih banyak kue tradisional Aceh dan filosofi yang terkandung di dalamnya sehingga para pembaca dapat lebih menghargai penganan tradisional daerah masingmasing.

Begitulah harapan penulis buku ini. Budaya dan kearifan lokal juga dapat diperkenalkan melalui penganan tradisional khas daerah masing-masing.

Semoga buku ini bermanfaat dan dapat meningkatkan budaya literasi di Indonesia. Salam literasi.

Buku Cerita Untuk Anak SMP MTs : “Kue Tradisional Khas Aceh”

Isi Buku
Maulid di Rumah Nenek

HARI ini hari Minggu. Cuaca pagi ini lumayan cerah. Matahari yang bertengger di kaki langit tersenyum. Aku dibonceng ayah menuju rumah nenek.

Angin pagi yang membelai kulitku terasa sejuk. Sangat sejuk. Sesekali kudengar klakson motor ayah mengusir anak ayam yang berkeliaran di jalan yang kami lewati. Kediaman nenek lumayan jauh dari Kota Banda Aceh.

Nenek tinggal di kaki Gunung Paroe, kawasan Aceh Besar. Dari rumahku ke tempat nenek, jika naik sepeda motor, diperlukan waktu sekitar 40 menit. “Besok kita ke rumah nenek. Di tempat nenek ada maulid besok pagi,” kata ayah tadi malam. Pagi ini, ayah menunaikan janjinya.

Oh ya, namaku Malahayati, umurku 13 tahun. Aku baru saja duduk di kelas 1 sekolah menengah pertama. Ayah menyekolahkanku di SMPN 1 Kota Banda Aceh.

Ketika masih SD, aku sempat sekolah di kampung nenek sejak kelas 4 sampai tamat. Sebelumnya, sewaktu ibuku masih hidup, aku sekolah di SD Negeri 5 Banda Aceh.

Kata ayah, nenek yang memberiku nama Malahayati. “Malahayati itu nama pahlawan wanita Aceh.

Malahayati dikenal dunia karena kehebatannya sebagai panglima perang di laut,” kata ayah mengulangi penjelasan nenek suatu malam.

Buku Cerita Untuk Anak SMP MTs : “Kue Tradisional Khas Aceh” selengkapnya (Unduh).

Baca: Buku Cerita Digital Untuk Anak SD MI : “Balas Budi Kupu-Kupu Biru”

Demikian buku cerita untuk anak SMPMTs : “Kue Tradisional Khas Aceh.” Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *