Buku Panduan Tes Diagnostik Peserta Didik Dapat Diunduh Di Sini

Buku Panduan Tes Diagnostik Peserta Didik Dapat Diunduh Di Sini

paket-wisatabromo.com- Buku Panduan Tes Diagnostik Peserta Didik telah diterbitkan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Buku Panduan Tes Diagnostik diterbitkan untuk memberikan informasi tentang tes diagnostik untuk Peserta Didik.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang  dapat mengkondisikan siswa mencapai kemajuan secara maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Seorang guru yang baik tentu selalu berusaha menciptakan pembelajaran yang efektif.

Pada kenyataannya tidak semua siswa dapat mencapai kemajuan secara maksimal dalam proses belajarnya.

Siswa sering menghadapi kesulitan atau masalah dan membutuhkan bantuan serta dukungan dari lingkungan sekitarnya untuk menyelesaikan kesulitan atau masalah tersebut.

Supaya dapat membantu siswa secara tepat perlu diketahui terlebih dahulu apakah kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa tersebut, baru kemudian dianalisis dan dirumuskan pemecahannya. Untuk itulah diperlukan tes diagnostik.

Fungsi Tes Diagnostik

Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:

1. mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa, dan

2. merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya  pemecahan sesuai masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi.

Karakateristik Tes Diagnostik

Tes diagnostik memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik.

2. Dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit) sisw.

3. Menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap.

Apabila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response (misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan, dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya.

4. Disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan (penyakit) yang teridentifikasi.

Posisi Tes Diagnostik

Di dalam menuntaskan sebuah kompetensi dasar, guru dihadapkan pada beberapa  pertanyaan.

Pertama:  Manakah tugas-tugas belajar siswa yang telah dicapai dengan memuaskan dan  manakah yang masih memerlukan bantuan?

Kedua: Siswa manakah yang mengalami permasalahan dalam belajarnya dan memerlukan bantuan?

Untuk memantau kemajuan belajar siswa, guru memberikan tes formatif. Tes ini disusun untuk mengukur ketuntasan belajar atau ketuntasan kompetensi minimal (KKM).

Apabila dari hasil tes formatif tersebut diketahui ada siswa yang belum tuntas, maka guru melakukan tes untuk mendiagnosis kemungkinan-kemungkinan sumber masalahnya.  Tes ini dalam diagram diberi nama tes diagnostik Tipe A.

Selain tes diagnostik Tipe A, terdapat tes diagnostik tipe lain yang  dilakukan tanpa didahului oleh tes formatif.

Dugaan atas kemungkinan-kemungkinan sumber masalah muncul berdasarkan pengalaman guru.

Tes diagnostik semacam ini dalam diagram Gambar 2 disebut tes diagnostik Tipe B. Pemberian tipe pada tes diagnostik dalam Gambar 2 sama sekali bukan menunjukkan tingkat prioritasnya.

Bukan berarti tes diagnostik Tipe A lebih baik atau lebih penting dari Tipe B, atau Tipe A harus dilakukan sebelum Tipe B. Keduanya memiliki fungsi sama, dan guru bebas memilih mana yang akan dilaksanakan sesuai kondisi dan kebutuhannya.

Buku Panduan Tes Diagnostik Peserta Didik Dapat Diunduh Di Sini

Pengembangan Tes Dagnostik

Berbagai cara atau pendekatan dapat digunakan untuk mengembangkan tes diagnostik.

Karena kurikulum yang diterapkan sekolah sekarang adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi, maka tes diagnostik yang dikembangkan guru akan menjadi lebih efektif bila difokuskan untuk mendeteksi dan menggali tindakan-tindakan ”penyembuhan” pada kompetensi-kompetensi dasar yang ber”penyakit” atau bermasalah.

Langkah Pengembangan

Di bawah ini diuraikan secara garis besar langkah-langkah pengembangan tes diagnostik berangkat dari kompetensi dasar yang bermasalah.

1. Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya

Tes diagnostik dilakukan untuk mendiagnosis kesulitan atau masalah belajar yang dialami oleh siswa.

Di dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi kesulitan belajar tersebut mengacu pada kesulitan untuk mencapai kompetensi dasar, karena itu sebelum menyusun tes diagnostik harus diidentifikasi terlebih dahulu kompetensi dasar-kompetensi dasar manakah yang tidak tercapai tersebut.

Guru yang selalu mencermati kegiatan belajar mengajarnya tentu dapat melakukan kegiatan ini  dengan mudah.

Untuk mengetahui tercapainya suatu kompetensi dasar dapat dilihat dari munculnya sejumlah indikator, karena itu apbila suatu kompetensi dasar tidak tercapai, perlu didiagnosis indikator-indikator mana saja yang tidak mampu dimunculkan.

Mungkin saja masalah hanya terjadi pada indikator-indikator tertentu, maka cukup pada indikator-indikator itu saja disusun tes diagnostik yang sesuai.

2. Menentukan kemungkinan sumber masalah

Setelah kompetensi dasar atau indikator yang bermasalah teridentifikasi, mulai ditemukan (dilokalisasi) kemungkinan sumber masalahnya.

Di dalam pembelajaran sains, terdapat tiga sumber utama yang sering menimbulkan masalah, yaitu: a) tidak terpenuhinya kemampuan prasyarat; b) terjadinya miskonsepsi; dan c) rendahnya kemampuan memecahkan masalah (problem solving).

Selain itu juga harus diperhatikan hakikat sains yang memiliki dimensi sikap, proses, dan produk. Sumber masalah bisa terjadi pada masing-masing dimensi tersebut.

3. Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai

Sebagaimana kegiatan seorang dokter dalam mendiagnosis suatu penyakit, maka ketika seorang guru ingin menemukan “penyakit“ (baca: masalah) yang dialami siswanya, maka perlu dipilih alat diagnosis yang tepat berupa butir-butir tes diagnostik yang sesuai.

Butir tes tersebut dapat berupa tes pilihan, esai (uraian), maupun kinerja (performa) sesuai dengan sumber masalah yang diduga dan pada dimensi mana masalah tersebut terjadi.

4. Menyusun kisi-kisi soal

Sebagaimana ketika mengembangkan jenis tes yang lain, maka sebelum menulis butir soal dalam tes diagnostik harus disusun terlebih dahulu kisi-kisinya.

Kisi-kisi tersebut setidaknya memuat: a) kompetensi dasar beserta indikator yang diduga bermasalah; b) materi pokok yang terkait; c) dugaan sumber masalah; d) bentuk dan jumlah soal; dan e) indikator soal.

5. Menulis soal

Sesuai kisi-kisi soal yang telah disusun kemudian ditulis butir-butir soal. Soal tes diagnostik tentu memiliki karakteristik yang berbeda dengan butir soal tes yang lain.

Jawaban atau respons yang diberikan oleh siswa harus memberikan informasi yang cukup untuk menduga masalah atau kesulitan yang dialaminya (memiliki fungsi diagnosis).

Pada soal uraian, logika berpikir siswa dapat diketahui guru dari jawaban yang ia tulis, tetapi pada soal pilihan. Karena itu siswa perlu menyertakan alasan atau penjelasan ketika memilih option (alternatif jawaban) tertentu.

6. Mereviu soal

Butir soal yang baik tentu memenuhi validitas isi, untuk itu soal yang telah ditulis harus divalidasi oleh seorang pakar di bidang tersebut.

Apabila soal yang telah ditulis oleh guru tidak memungkinkan untuk divalidasi oleh seorang pakar, soal tersebut dapat direviu oleh guru-guru sejenis dalam MGMPS atau setidaknya oleh guru-guru mapel serumpun dalam satu sekolah.

Baca :

7. Menyusun kriteria penilaian

Jawaban atau respon yang diberikan oleh siswa terhadap soal tes diagnostik tentu bervariasi.

Oleh karena itu, untuk memberikan penilaian yang adil dan interpretasi diagnosis yang akurat harus disusun suatu kriteria penilaian, apalagi bila tes yang sama dilakukan oleh guru yang berbeda atau dilakukan oleh lebih dari satu orang guru.

Kriteria penilaian memuat rentang skor yang menggambarkan pada rentang berapa saja siswa didiagnosis sebagai mastery (tuntas) yaitu sudah menguasai kompetensi dasar atau belum mastery yaitu belum menguasai kompetensi dasar tertentu, atau berupa rambu-rambu bahwa dengan jumlah  type error (jenis kesalahan) tertentu siswa yang bersangkutan dinyatakan ber ”penyakit” sehingga harus diberikan perlakuan yang sesuai.

Buku Panduan Tes Diagnostik Peserta Didik dapat dibaca dan diunduh pada tautan berikut.

Buku Panduan Tes Diagnostik – Unduh

Beberapa artikel terkait dengan Kurikulum Merdeka dapat juga di unduh pada tautan berikut.

Materi Kebijakan Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Pembelajaran – Unduh

Buku Panduan Guru PAUD TK Sekolah Penggerak Kurikulum Merdeka – Unduh

Capaian Pembelajaran Kurikulum Merdeka Pada Pendidikan anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah – Unduh

Buku Saku Tanya Jawab Platform Kurikulum Merdeka – Unduh

Capaian Pembelajaran PAUD Kurikulum Merdeka – Unduh

Demikian informasi mengenai Buku Panduan Tes Diagnostik Peserta Didik. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *