Inilah Belajar & Pemecahan Masalah pada Anak Usia 2-3 tahun
paket-wisatabromo.com – Jumpa lagi Moms. Pada artikel kali ini akan dibahas mengenai belajar dan cara pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun. Belajar dan pemecahan masalah merupakan bagian penting pada masa perkembangan kognitif anak.
Pengertian Belajar
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Dan Belajar itu sama dengan berlatih. Cara Belajar itu proses berubahnya tingkah laku atau pengalaman yang disebabkan oleh pengalaman.
Gaya Belajar
Gaya belajar adalah cara atau teknik belajar. Moms, gaya belajar setiap anak berbeda-beda. Ada yang suka belajar melalui melihat, mendengar, bersentuhan dengan objek, dan melibatkan fisiknya.
Belajar pemecahan masalah anak
Macam-macam Gaya Belajar
Anak Moms termasuk memiliki gaya belajar yang mana? Kita simak yuk. Jenis Gaya belajar pada anak itu ada empat, yaitu visual, auditori, taktil dan kinestetik.
Gaya Belajar Visual
Maksud Gaya belajar visual adalah gaya belajar melalui melihat. Anak akan mudah menyerap informasi atau memahami sesuatu dengan melihat. Anak dapat memaksimalkan kemampuannya hanya dengan melihat apa pun yang dilihatnya
Ciri-ciri gaya belajar visual antara lain anak mudah terpesona dengan gambar-gambar, ilustrasi, tayangan televisi, atau video. Anak juga mudah mengingat cara orang melakukan sesuatu.
Selain itu, ciri-ciri gaya belajar visual adalah anak sangat cepat mengenal bentuk, warna, dan huruf.
Cara merangsang anak yang memiliki gaya belajar visual dengan memberikan buku-buku bergambar. Putarkan tayangan video atau televisi edukasi. Tunjukkan lewat Gerakan supaya anak lebih mudah memahami.
Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar auditori adalah gaya belajar melalui mendengarkan. Anak akan cepat memahami hanya dengan mendengarkan.
Ciri-ciri gaya belajar auditori adalah anak mudah mengingat kata-kata dari cerita atau lagu yang didengarkannya. Selain itu, anak dapat mengikuti pengarahan dengan mudah.
Ciri-ciri gaya belajar auditori yang lainnya adalah anak mampu mengulangi frasa atau komentar yang didengarnya. Anak akan senang dibacakan apapun ternmasuk buku cerita. Anak suka mengkomunikasikan ide-idenya secara verbal.
Ciri-ciri gaya belajar auditori yang lainnya lagi adalah anak sangat tertarik dengan kegiatan diskusi atau debat. Anak menyukai seni musik, tidak tertarik membaca buku, tapi senang jika dibacakan.
Cara merangsang anak yang mempunyai gaya belajar auditori adalah berkomunikasi dan membacakan buku.
Perbanyaklah berkomunikasi, membacakan buku karena anak dengan gaya belajar auditori sangat senang mendengarkan. Semakin banyak Moms berkomunikasi mengajak anak berbicara dan membacakan buku, semakin banyak pula informasi yang diserap anak.
Belajar pemecahan masalah anak
Gaya Belajar Taktil
Gaya belajar taktil adalah gaya belajar dengan cara memahami atau mempelajari sesuatu dengan menyentuh. Anak harus merasakan dan menyentuh sesuatu untuk memahami cara kerja objek yang sedang dipelajarinya.
Ciri-ciri gaya belajar Taktil adalah anak menyukai objek yang memiliki tekstur dan ukuran menarik. Selain itu, anak senang bermain balok. Anak selalu merasa perlu untuk menyentuh objek yang sedang dipelajarinya.
Cara merangsang anak yang mempunyai gaya belajar taktil adalah perkenalkan tugas-tugas atau benda-benda baru. Biarkan anak merasakan, menyentuh, dan mencobanya sendiri.
Berilah anak benda-benda yang bertekstur menarik, berwarna-warni. Jika benda itu berada di ketinggian, beri anak alat bantu agar bisa berdiri menjangkau benda tersebut.
Misalnya anak diberi berbagai jenis puzzle, table games, pasir mainan, tepung, dough, tanah liat, dll, Biarkan anak bermain dengan merasakan memegang, menyentuhnya.
Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar anak dengan melibatkan fisik dan Gerakan tubuh. Anak kinestetik cenderung tidak bisa diam. Ia senang bergerak melibatkan fisik dan tubuhnya untuk mempelajari sesuatu.
Anak kinestetik sangat suka dengan kegiatan olah tubuh seperti menari, olahraga, drama dan sejenisnya.
Ciri-ciri gaya belajar kinestetik adalah senang bermain peran. Menirukan kisah dengan gerakan-gerakan. Menikmati bermain di playground, antusias dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan fisik, dan menyukai olahraga.
Cara merangsang anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik adalah meminta anak menirukan gerak, meminta menari, menciptakan permainan yang memerlukan gerakan. Seperti lompat tali, berlari, menendang bola, dll.
Belajar pemecahan masalah anak
Pengertian Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah adalah penyelesaian masalah. Solusi atau jalan keluar dari suatu permasalahan. Akhirnya atau selesainya suatu masalah sehingga tidak timbul masalah lagi atau masalah baru.
Pemecahan masalah sering disebut dengan problem solving, yaitu cara melatih anak menghadapi masalah untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Problem soving bisa juga diartikan cara melatih anak dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam mencari pemecahan atau solusinya.
Jenis masalah yang dijadikan titik tolak pelatihan pada anak usia 2-3 tahun haruslah sesuai dengan kemampuan berpikirnya. Masalah yang dimunculkan adalah masalah keseharian yang dialami anak. Inilah Belajar & Pemecahan Masalah pada Anak Usia 2-3 tahun
Kepingan puzzle kurang satu saja, bagi anak sudah merupakan masalah. Balonnya Meletus juga menjadi masalah bagi anak sehingga ia menangis. Kuenya direbut kakanya, juga masalah bagi anak, dll.
Belajar pemecahan masalah anak
Cara pemecahan masalah sangat bergantung pada masalah yang ada. Tidak ada satu teori pemecahan masalah dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang banyak dan beragam.
Kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun terdiri atas: melihat dan menyentuh benda yang ditunjukkan oleh orang lain. Selain itu, anak juga mamapu neniru cara pemecahan masalah orang dewasa atau teman.
Kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun yang lainnya adalah berkonsentrasi dalam mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang tua. Dan, mengeksplorasi sebab akibat, dan mengikuti kebiasaan sehari-hari.
Belajar pemecahan masalah anak
Kemampuan Belajar dan Pemecahan Masalah pada Anak Usia 2-3 Tahun sebagai berikut.
1. Melihat dan Menyentuh Benda yang Ditunjukkan oleh Orang Lain
Kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun yang pertama adalah melihat dan menyentuh benda yang ditunjukkan oleh orang lain. Anak diminta melihat dan menyentuh.
Perilaku “melihat” berarti gaya belajar visual pada anak yang akan dilatih agar memahami sesuatu. Perilaku “menyentuh” berarti gaya belajar taktil yang akan digunakan untuk memahami sesuatu.
Cara mengembangkan kemampuan melihat dan menyentuh perlu disediakan media berupa benda. Benda bisa beraneka macam. Aneka mainan, makanan, buah-buahan, tanaman, hewan, dan benda apa saja bisa kita jadikan media.
Jika media sudah tersedia, beri kesempatan pada anak untuk melihat satu benda yang ditunjukkan. Misalnya satu buah pisang. Biarkan anak mengamatinya dengan cukup waktu. Kemudian, letakkan benda yang ditunjukkan tadi di tempat yang tidak dapat dilihat lagi oleh anak.
Selanjutnya, berilah anak beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan benda yang ditunjukkan tadi. Misalnya: apa nama benda yang tadi dilihat? Apa warna benda tadi? Bentuknya bagaimana? Berapa jumlahnya?
Belajar pemecahan masalah anak
Untuk mengetahui kemampuan melihat pada anak, kita minta anak menjawb pertanyan-pertanyaan tadi. Jawaban anak, misalnya: pisang, kuning, panjang, satu. Jawaban anak ternyata benar semua.
Ini menunjukkan kemampuan anak dalam melihat dapat dikatakan bagus, cermat, dan teliti. Terbukti dengan jawaban yang benar semuanya.
Kita lanjutkan dengan menunjukkan dua buah benda. Misalnya dua buah jeruk dengan berbeda warna atau ukuran. Beri kesempatan pada anak untuk melihat dan mengamatinya. Kemudian, letakkan dua buah jeruk tadi secara tersembunyi.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti tadi pada anak. Apa nama benda yang tadi dilihat? Apa warna benda tadi? Bentuknya bagaimana? Berapa jumlahnya?
Jawaban anak yang benar menjadi indikator bahwa kemampuan melihat pada anak bagus. Hasil dari melihat anak menjadi pahamakan apa yang dilihat. Terbukti dari jawaban anak betul semua. Misalnya; jeruk, kuning dan hijau, bulat, dua.
Itulah Moms, cara melatih anak untuk mengembangkan kemampuan melihat benda yang ditunjukkan orang lain. Kita lanjutkan dengan melatih anak menyentuh benda yang ditunjukkan orang lain.
Belajar pemecahan masalah anak
Cara yang asyik adalah dengan menutup mata anak. Kemudian, anak diminta menyentuh, memegang, meraba benda yang disodorkan.
Tapi mungkin kita akan kesulitan menutup mata anak. Bahkan anak akan menolak tidak mau ditutup matanya. Ini menjadi permasalahan tersendiri. Tapi kita tetap mencobanya dengan terlebih dahulu mata Moms yang ditutup sebagai contoh.
Demonstrasikan Moms menutup mata dengan kain di hadapan anak. Ini bertujuan, ketika anak akan melakukan hal yang sama, ia akan patuh dengan menirukannya.
Kemudian, Moms menyentuh, memegang, dan meraba benda yang disediakan. Benda itu kemudian disembunyikan. Buka penutup mata Moms, lalu Moms mengatakan nama benda yang tadi disentuhnya tadi. Perlihatkan pada anak.
Misalnya benda tadi bernama buah jambu. Karena saat diraba bentuknya bulat. Di bagian ujung dan pangkalnya terdapat kelopak mengering. Dari pangkal ke ujung itu bentuknya kecil ke besar. Pastikan anak memahami hal ini.
Selanjutnya, anak diminta melakukan hal yang sama dengan Moms. Tutup mata anak dengan kain. Lalu anak diminta menyentuh, meraba, memegang benda yang disediakan.
Kemudian, benda yang sudah disentuh, disembunyikan. Tutup mata pada anak dibuka. Anak ditanya benda apakah tadi yang disentuh atauyang diraba. Jika jawaban anak benar, berarti kemampuan anak dalam menyentuh benda itu sudah bagus.
Akan lebih bagus lagi, jika anak bisa menjawab dengan alasan atau menyebut ciri-ciri benda. Dengan demikian, kemampuan taktil anak sudah bagus. Mungkin, anak ini tergolong memiliki gaya belajar taktil.
Belajar pemecahan masalah anak
Permasalahan yang muncul adalah anak tidak cermat melihat, dan mata anak tidak mau ditutup untuk menyentuh benda. Permasalahnya ada dua macam, yakni anak tidak cermat melihat dan mata anak tidak mau ditutup saat akan menyentuh benda.
Untuk permasalahan yang pertama, yaitu anak tidak cermat ketika melihat benda. Akibatnya anak tidak dapat menjawab semua pertanyaan dengan benar. Solusinya adalah dengan melakukan pengulangan.
Lakukan hal yang sama, tunjukkan benda kepada anak. Beri kesempatan pada anak untuk melihat dan mengamati benda dengan cermat. Lalu, benda disembunyikan. Anak diminta menjawab pertanyaan.
Untuk permasalahan yang kedua adalah mata anak tidak mau ditutup saat akan menyentuh benda. Solusinya adalah dicari cara lain yang membuat anak mau melakukannya. Misalnya, benda yang akan disentuh ada di dalam kotak atau kardus tertutup.
Anak diminta menyentuh, meraba, memegang barang yang ada di dalam kotak atau kardus. Kotak atau kardus hanya dapat dimasuki tangan anak. Benda yang ada di dalamnya tidak dapat dilihat sama sekali. Inilah Belajar & Pemecahan Masalah pada Anak Usia 2-3 tahun
Beri kesempatan pada anak untuk meraba, kemudian anak diminta mengatakan nama benda yang telah dirabanya di dalam kardus. Akan lebih baik jika anak mampu menjelaskan ciri-ciri benda dalam kardus tadi.
Itulah, Moms cara melatih anak melihat dan menyentuh benda yang ditunjukkan. Kemampuan ini akan menunjang kemampuan anak dalam belajar dan pemecahan masalah. Lakukanlah sesering mungkin.
Belajar pemecahan masalah anak
2. Meniru Cara Pemecahan Masalah Orang Dewasa atau Teman
Kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun yang kedua adalah meniru cara pemecahan masalah orang dewasa atau teman. Meniru berarti menontoh. Untuk dapat meniru, tentu anak harus melihat yang ditiru lebih dahulu.
Bahan yang ditiru adalah cara pemecahan masalah orang dewasa atau teman. Cara pemecahan masalah bergantung pada masalahnya. Misalnya Moms mau membuang sampah di piring, tapi tumpah di lantai sebelum sampai di tempat sampah.
Cara pemecahan masalah yang dilakukan Moms adalah dengan membersihkan pecahan sampah berserakan. Masukkan sampah dalam wadah kantong plastik. Himpun sampah yang kecil-kecil dengan menyapunya.
Masukkan lagi sampah kecil-kecil ke dalam wadah kantong plastik. Lalu kantong plastik sampah dimasukkan ke dalam tong sampah. Terakhir bersihkan lantai dengan mengepelnya. Pastikan anak melihat semua yang Moms lakukan.
Contoh lainnya adalah ada teman anak kita membawa kue di piring, tapi tumpah semua. Kue menjadi kotor semua. Cara pemecahan masalah yang dilakukan teman adalah mengambili kue-kue yang jatuh, dan memasukkannya ke tempat sampah.
Selanjutnya, kita beri kesempatan pada anak untuk mencontoh cara pemecahan masalah yang telah dilihatnya tadi. Anak diminta membuang sampah yang ada di piring, tapi tumpah sebelum sampai di tempat sampah.
Belajar pemecahan masalah anak
Kita amati apa saja yang dilakukan anak untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Mungkin anak berpikir, dengan mengingat-ingat pengalaman melihat Moms memecahkan masalah tersebut.
Jika anak kemudian mengambil kantong plastik. Anak memungut sampah berserakan dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Sampah kecil-kecil disapunya, lalu dimasukkan dalam kantong plastik.
Anak memasukkan kantong plastik berisi sampah tadi ke dalam tong sampah. Kemudian, anak mengepel lantai yang kotor akibat tumpahan sampah.
Semua perilaku anak dalam memecahkan masalah sama persis dengan contoh yang dilihatnya. Ini membuktikan bahwa anak sudah mampu meniru cara pemecahan masalah orang dewasa atau teman.
Kemampuan meniru cara memecahkan masalah orang dewasa dapat dimiliki oleh anak dengan baik, jika anak sudah pernah melihat dan menyaksikan langsung cara orang dewasa memecahkan masalah.
Selain itu, kemampuan meniru cara memecahkan masalah orang dewasa dapat dimiliki oleh anak jika masalah yang akan disolusikan sama. Jika masalahnya berbeda, barangkali anak belum bisa memecahkannya karena anak belum melihat contohnya.
Jadi, kemampuan anak meniru cara memecahkan masalah orang dewasa dapat diperoleh melalui melihat contoh, dan masalah yang disolusikan harus sama. Kemampuan meniru ini tentu dapat dimiliki anak dengan baik.
Belajar pemecahan masalah anak
3. Konsentrasi dalam Mengerjakan Sesuatu Tanpa Bantuan Orang Tua
Kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun yang ketiga adalah konsentrasi dalam mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang tua. Konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal.
Cara agar anak bisa berkonsentrasi dengan baik antara lain pastikan nutrisi otak selalu terpenuhi. Berdoa sebelum belajar, pastikan kebutuhan air dalam tubuh anak tercukupi, tidur tercukupi, peregangan otot dengan berolahraga ringan.
Selain itu, sebaiknya Moms membuat jadwal belajar, pahami gaya belajar anak, matikan televisi dan teknologi lain jika anak sedang belajar. Dan manfaatkan waktu bermain anak untuk latihan konsentrasi.
Gunakan waktu singkat tapi sering dilakukan. Jangan memaksa anak, makan makanan yang cukup, pilih waktu yang efektif untuk berlatih konsentrasi. Utamakan hal yang disukai anak.
Ada beberapa cara melatih anak agar berkonsentrasi. Pertama, ajaklah anak mengikuti gambar garis berupa gambar benang kusut. Anak diminta merunut atau mengikuti alur garis tak beraturan.
Kedua, sediakan campuran biji-bijian yang berukuran kecil. Anak diminta memilah biji-bijian tersebut dan mengelompokkannya ke dalam wadah yang terpisah.
Belajar pemecahan masalah anak
Aktivitas tersebut akan melatih anak berkonsentrasi. Semakin kecil jenis benda yang dipilah semakin menuntut anak untuk lebih berkonsentrasi.
Ketiga, sediakan gambar tanda dalam jumlah banyak tanda, anak diminta menghitung tanda atau gambar yang sama seperti pada contoh di bawah ini.
“ | “ | “ | “ | , | . | , | , | . | , | ? | ! | ! | ! | ? | ? | ||
“ | “ | “ | . | , | , | . | , | . | ! | ? | ? | ! | ? | ! | |||
“ | “ | “ | . | , | . | . | , | . | ? | ! | ! | ? | ! | ! |
Anak diminta menghitung gambar bintang. Juga diminta menghitung gambar tanda kutip. Kebenaran jawaban anak menunjukkan tingkat konsentrasi anak sudah bagus.
Selanjutnya, anak diminta menghitung jumlah tanda titik dengan tanda koma. Anak juga diminta menghitung tanda tanya dan tanda seru. Proses menghitung tanda atau gambar akan menjadi permainan yang asyik.
Gambar seperti di atas merupakan salah satu contoh media yang dapat digunakan sebagai alat melatih konsentrasi pada anak. Moms bisa mengembangkannya dengan model lain yang lebih menarik.
Jika konsentrasi anak sudah terlatih, kemandirian anak pun akan semakin kuat. Ketergantungan pada orang tua semakin berkurang. Anak yang mudah berkonsentrasi akan lebih cepat memahami sesuatu.
Permasalahan yang mungkin akan muncul adalah hitungan jumlah yang dikehendaki ada yang tidak tepat. Bukan masalah Moms. Inilah yang namanya proses belajar. Ajaklah anak melakukan atau mengulang lagi. Itu solusinya.
Baca Juga
Inilah 3 Kemampuan Berpikir Logis pada Anak Usia 18-24 Bulan
Tips Belajar & Pemecahan Masalah pada Anak Usia 18-24 Bulan
Kognitif: Belajar Pemecahan Masalah pada Anak Usia 1-2 Tahun
Kemampuan Mereaksi Atas Rangsangan pada Anak Usia 0-12 Bulan
7 Kemampuan Kognitif pada Anak Usia 0-1 Tahun: Kenali Wajah
Belajar pemecahan masalah anak
4. Mengeksplorasi Sebab dan Akibat
Kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun yang keempat adalah mengeksplorasi sebab dan akibat. Mengeksplorasi mempunyai kata dasar eksplor atau eksplorasi.
Eksplorasi adalah penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan terutama sumber-sumber alam yang terdapat yang terdapat di tempat itu.
Eksplorasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru dari situasi yang baru.
Kegiatan eksplorasi dalam kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun adalah kegiatan menjelajah mengenai sebab dan akibat yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Penjelajahan mengenai sebab akibat dapat Moms baca dalam artikel saya di bawah ini. Dalam artikel tersebut sudah dibahas contoh-contoh sebab dan akibat dari suatu perlakuan anak.
Cara melatih eksplorasi pada anak adalah bermainlah dengan benda bergerak. Cara bermain ini bisa dilakukan dengan bola. Bola digelindingkan hingga bergerak.
Ajak anak berpikir, apa sebabnya bola menggelinding. Apa akibat bola menggelinding. Melalui bermain bola, anak bisa belajar tentang sebab akibat sesuatu itu terjadi.
Belajar pemecahan masalah anak
Moms, anak diminta menjawab sebab dan akibat bola menggelinding. Misalnya bola menggelinding karena ada tenaga yang mendorong. Bisa karena medannya miring, dll. Akibat bola menggelinding adalah jatuh ke permukaan yang lebih rendah.
Bagaimana kalau benda itu berupa telur. Anak diminta membayangkan. Telur digelindingkan. Akibatnya akan lebih parah dari pada bola. Bola digelindingkan akan jatuh tapi tidak pecah. Telur digelindingkan akan jatuh dan pecah. Akibat paling parahnya, telur tidak bisa dikonsumsi.
Melalui permainan benda bergerak, anak bisa mengeksplorasi hubungan sebab akibat dari sesuatu. Kemampuan anak dalam mengeksploari sebab akibat akan membuat anak mampu belajar menganalisis dan menyelidiki sesuatu.
Permasalahan yang mungkin muncul dalam permainan menggelindingkan bola adalah bola tidak mau menggelinding walaupun sudah didorong. Anak diminta mencari penyebab bola tidak mau menggelinding.
Moms bisa mengarahkan anak untuk memeriksa daerah sekitar bola. Barangkali ada sesuatu benda yang menjadi penghambat menggelindingnya bola. Aktivitas ini sedang mengarahkan anak pada proses mencari penyebab masalah.
Kalau penyebab masalah sudah diketahui, anak tinggal memutuskan solusi atau cara memecahkan masalah tidak menggelindingnya bola. Jika penyebab tidak menggelindingnya bola karena ada kerikil penghalang Gerakan bola, solusinya adalah kerikil itu disingkirkan.
Inilah Belajar & Pemecahan Masalah pada Anak Usia 2-3 tahun
Belajar pemecahan masalah anak
5. Mengikuti Kebiasaan Sehari-hari
Kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun yang kelima adalah mengikutikebiasaan sehari-hari. Makna Kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dilakukan.
Kebiasaan cenderung merupakan kegiatan atau hal yang biasa dikerjakan atau dilakukan. Jenis Kebiasaan sehari-hari seperti mandi, makan, dan pergi ke sekolah. Kebiasaan pada anak cenderung mengikuti kebiasaan orang tua sehari-hari.
Kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.
Anak akan mengikuti kebiasaan sehari-hari orang terdekatnya. Orang terdekat dengan anak adalah orang tua, pengasuh, dan orang yang tinggal satu rumah dengan anak.
Kemudian dalam lingkup yang lebih luas, anak pun akan mengikuti kebiasaan guru, teman, saudara, tetangga, dan orang atau tokoh di televisi.
Kalau anak akan mengikuti kebiasaan orang tua dan orang-orang di sekelilingnya, masih bisa kita kondisikan. Agar orang-orang di sekeliling anak berperilaku baik atau positif sebab akan diikuti anak.
Tapi, kalau yang ditiru adalah perilaku orang di televisi agak sulit dikondisikan. Kecuali, kita mematikan televisinya saat ditonton anak. Tentu, reaksinya adalah anak akan marah atau menangis.
Belajar pemecahan masalah anak
Kebiasaan sehari-hari yang sangat memungkinkan diikuti anak adalah kebiasaan mandi, makan, dan pergi ke sekolah. Kebiasaan waktu mandi dilakukan pada waktu pagi dan sore hari.
Untuk Mandi dilakukan dua kali dalam sehari. Mandi harus pakai sabun. Juga Mandi harus bersih. Kita harus ganti pakaian setelah mandi, dll semua itu akan diikuti oleh anak.
Maka, anakpun akan mengikuti kebiasaan kita mandi. Anak akan mandi dua kali dalam sehari. Waktu mandi adalah pagi dan sore. Mandi harus pakai sabun. Dan Mandi harus sampai bersih. Harus ganti pakaian setelah mandi.
Hal semacam itu sudah merupakan suatu pola. Bila berlangsung terus menerus, maka akan menjadi kebiasaan. Begitu juga dengan pola makan dalam keluarga.
Pola makan dalam keluarga, misalnya makan tiga kali dalam sehari. Waktu makan adalah pagi siang sore atau malam. Cara makan harus santun. Membaca doa sebelum dan sesudah makan. Makan tidak berkecap, tidak sambil berbicara.
Belajar pemecahan masalah anak
Pola makan seperti itu tentu secara otomatis akan diikiuti anak. jika anak sudah mampu mengikuti kebiasan yang baik dalam keluarga, maka anak sudah belajar dan mendapat pelajaran dari keluarga.
Permasalahan yang mungkin muncul adalah ketika anak sudah tidak mengikuti kebiasaan sehari-hari lagi. Misalnya anak hanya mandi satu kali dalam sehari. Ia mandi pada pagi hari saja.
Ajaklah anak mencari tahu kenapa hanya mandi pagi hari saja. Ketika anak mengeluh badannya gatal, arahkan anak pada penyebab gatalnya.
Dengan mengingat penyebab gatalnya badan, cara memecahkan masalah segera ditemukan yaitu Kembali pada kebiasaan mandi dua kali dalam sehari.
Demikianlah penjelasan mengenai belajar dan pemecahan masalah pada anak usia 2-3 tahun. Cara yang dilakukan adalah melalui melihat, menyentuh, meniru, konsentrasi, eksplorasi, dan mengikuti kebiasaan. Semoga dapat menambah wawasan dan bermanfaat.
Referensi: dari Berbagai Sumber.