Kaidah Kebahasaan Cerpen dan Contoh Analisisnya

Kaidah Kebahasaan Cerpen dan Contoh Analisisnya

paket-wisatabromo.com – Kaidah kebahasaan cerpen tentu memiliki perbedaan dengan teks lain yang bukan cerpen. Cerpen tergolong teks fiksi, sedangkan teks lainnya bisa saja teks nonfiksi.

Pada kesempatan ini akan dijelaskan mengenai kaidah kebahasaan teks cerita pendek. Bahasa dalam cerpen cenderung bahasa komunikatif dan bahasa sastra atau Bahasa fiksi.

Cerpen merupakan cerita fiksi bukan karangan ilmiah (nonfiksi) yang harus menggunakan bahasa resmi.

Cerpen mengisahkan kehidupan sehari-hari. Kalimat ujaran langsung yang digunakan sehari-hari membuat cerpen terasa lebih nyata.

A. Kaidah Kebahasaan Cerita Pendek

Beberapa kaidah kebahasaan teks cerpen antara lain ragam bahasa sehari-hari, kosakata, majas atau gaya bahasa, dan kalimat deskriptif.

1. Ragam Bahasa sehari-hari

Bahasa sehari-hari adalah bahasa yang digunakan dalam percakapan dengan keluarga, dengan teman, dan lainnya.

Definisi bahasa sehari-hari menurut KBBI adalah bahasa percakapan. Bahasa sehari hari adalah bahasa yang biasa kita pakai bahasa sehari hari bukan bahasa baku tetapi bahasa komunikatif.

Dalam pemakaiannya, bahasa sehari-hari itu tidak perlu mematuhi kaidah bahasa baku. Kata-kata dan kalimat yang digunakan adalah kata dan kalimat yang santai. Namun, tujuan komunikasi tetap tersampaikan.

Kedua belah pihak dapat memahami maksud dari percakapan itulah bahasa sehari-hari. Pihak pertama adalah orang yang mengajak berbicara, pihak kedua adalah orang yang diajak berbicara.

Contoh:

Banyak yang tidak suka dengan kami karena kami suka ribut. Tapi kami bukan orang yang suka ngeributin. Ingat kata pak guru, murid yang ribut pasti pintar.!!!! Hehehe lihat ributnya dulu.

Nama temen geng aku: Dery, Eko, Feri, Fey dan Tony.  Kami dipertemukan dalam club bola di sekolah.

Semua guru pasti senang jika tim kami tampil apalagi teman-teman yang lain. Meski kami bukan anak pintar dan jenius tapi prinsip kami semua pintar dalam bidang yang berbeda.

2. Kosakata

Seorang penulis cerpen harus mempunyai banyak perbendaharaan kata. Pilihan kata atau diksi sangatlah penting karena menjadi tolak ukur kualitas cerpen yang dihasilkan.

Diksi menambah keserasian antara bahasa dan kosakata yang dipakai dengan pokok isi cerpen yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Contoh:

Kosakata dalam cerpen “Juru Masak”

a. Kenduri:perjamuan makan untuk memperingati peristiwa, minta berkat, dan sebagainya; selamatan

b. helat: orang yang datang menghadiri suatu pesta perkawinan dan sebagainya; tamu

c. handal (tidak baku. bentuk baku, andal): dapat dipercaya; memberikan hasil yang sama pada ujian atau percobaan yang berulang.

d. empedu: zat yang dihasilkan hati yang berguna untuk mencerna lemak; perkataan atau ucapan yang pedas dan menyakitkan hati (perasaan)

e. rantau: pantai sepanjang teluk (sungai); pesisir (lawan darat);  daerah (negeri) di luar daerah (negeri) sendiri atau daerah (negeri) di luar kampung halaman; negeri asing

f. pinang: meminta seorang perempuan (untuk dijadikan istri); melamar

g. honorer: bersifat menerima honorarium (bukan gaji tetap)

h. induk semang: (1) orang perempuan yang mengambil orang lain (bukan keluarga) menjadi karib baiknya; (2) orang yang memberi pekerjaan; majikan; (3) orang yang memegang rumah (mengusahakan, menyelenggarakan) pemondokan.

3. Majas (Gaya Bahasa)

Peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiahnya.

Majas disebut juga bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek danmenimbulkankonotasi tertentu.

Terdapat sekitar enam puluh gaya bahasa, namun Gorys Keraf membaginya menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis)

1. Majas pertentangan (hiperbola, litotes, ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks).

2. Majas pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis).

3. Majas perulangan (aliterasi, asonansi, antanaklasis, anafora, simploke).

Contoh:

Ketika kemudian dengan keramahan yang tidak dibuat-buat dipersilakannya saya untuk masuk, tanpa ragu-ragu saya memilih langsung menuju amben di seberang ruangan.

Nikmat rasanya duduk di atas balai-balai bambu beralas tikar pandan itu.

Diapun lalu turut duduk, tapi pandangannya justru diarahkan ke luar jendela, pada pohon-pohon cengkeh yang berderet seperti barisan murid kelas kami dahulu saat mengikuti upacara bendera tiap isnin.

Saya paham, kejutan ini pastilah membuat hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Dia butuh untuk menetralisirnya sebentar.

Saya tersenyum. Hanya sebentar kecanggungan di antara kami sebelum kata-kata obrolan meluncur seperti peluru-peluru yang berebutan keluar dari magasin.

Bertemu dengannya, mau tidak mau mengingatkan kembali pada pengalaman kami dahulu. Pengalaman yang menjadikan dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat diingatan saya.

Tentu dia mengingatnya pula, bahkan saya yakin rasa yang diidapnya lebih besar efeknya. Karena sebagai seorang sahabat, dia jelas jauh lebih tulus dan setia daripada saya.

Kalimat “nikmat rasanya duduk di atas balai-balai..” merupakan penggunaan majas perbandingan. Kata “nikmat” umumnya digunakan untuk menunjukkan cita rasa yang dibandingkan terhadap sesuatu.

Kemudian pada kalimat “pohon-pohon cengkeh yang berderet seperti barisan murid kelas kami”,  menggunakan majas personifikasi.

“Hatinya diliputi keharuan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata”, menggunakan majas hiperbola.

Kalimat “Dia butuh untuk menetralisirnya sebentar,”kata “menetralisir “ menggunakan kalimat majas personifikasi.

“Kata-kata obrolan meluncur seperti peluru-peluru,”menggunakan majas personifikasi.

Kalimat “Pengalaman yang menjadikan dia, walau tidak setiap waktu, selalu lekat diingatan saya”, menggunakan majas sinekdoke.

Kemudian kalimat “rasa yang diidapnya lebih besar efeknya”, menggunakan majas hiperbola. Kalimat terakhir “dia jelas jauh lebih tulus dan setia daripada saya,”  menggunakan majas litotes.

Baca:

4. Kalimat Deskriptif

Kalimat deskriptif adalah kalimat yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu.

Dalam cerpen, kalimat deskriptif digunakan untuk menggambarkan suasana, tempat, tokoh dalam cerita.

Contoh:

Deni duduk termenung di meja belajarnya. Jam dinding menunjuk angka 4. Petang ini, Ia berniat akan belajar semaksimal mungkin.

Karena besok akan diadakan PTS atau penilaian tengah semester akan dilaksanakan serentak. Deni tampak bingung mau mulai belajar darimana.

Langsung saja ia membuka tas dan ternyata ada soal ulangan tahun lalu yang baru saja ia fotokopi tadi siang dari kawan nya.

Contoh analisis kebaasaan dalam teks cerpen lainnya (unduh)

Demikian penjelasan singkat mengenai kaidah kebahasaan teks cerpen dan contoh analisisnya. Semoga dapat menambah wawasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *