Ciri-Ciri Buku Fiksi dan NonFiksi

Ciri-Ciri Buku Fiksi dan NonFiksi

paket-wisatabromo.com-Semester 2 telah tiba. Saatnya kalian memasuki materi pelajaran Bahasa Indonesia bab 5. Materi pertemuan pada bab 5 ini adalah Ciri-Ciri Buku Fiksi dan NonFiksi. Materi ini berfungsi sebagai bahan pendalaman Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS.

Ciri-Ciri Buku Fiksi dan NonFiksi

Dalam pembahasan mengenai Buku Fiksi dan NonFiksi ini akan difokuskan pada penjelasan mengenai ciri-ciri Buku Fiksi dan NonFiksi

Pengertian dari Buku Fiksi

Buku fiksi adalah karya yang berisikan cerita dari kejadian yang tidak nyata atau sebuah hasil dari khayalan, rekaan dan imajinasi dari seorang penulis. Cerita yang dibuat oleh penulis di dalam buku hanya sebuah fiktif belaka berdasarkan hasil dari imajinasinya.

Bahasa yang digunakan dalam buku fiksi yaitu banyak menggunakan kata-kata kiasan atau bukanlah makna yang sebenarnya.

Tujuannya yaitu penulis ingin mengajak pembacanya untuk bisa merasakan dan masuk ke dalam cerita yang dibuat.

Maka dari itu seorang penulis dari buku fiksi harus bisa memberikan gambaran melalui kata-kata yang dirangkainya, agar pembaca tertarik dengan isi ceritanya dan bisa terbawa ke dalam alur cerita.

Seorang penulis buku fiksi memang harus memiliki kemampuan dalam berimajinasi dan juga wawasan yang luas, agar bisa membangun cerita yang bisa membuat banyak orang tertarik untuk membacanya.

Ciri-Ciri Buku Fiksi

Setia sesuatu hal pasti memiliki ciri-ciri yang melekat di dalamnya dan bisa menjadi sebuah identitas, termasuk juga dengan buku fiksi. Cara untuk mengenali sebuah buku termasuk ke dalam jenis buku fiksi atau bukan bisa dengan melihat ciri-cirinya.

Dengan mengetahuinya maka tidak akan bingung lagi untuk membedakan mana yang termasuk buku fiksi dan yang non fiksi. Jadi, beberapa ciri-ciri dari buku fiksi adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan bahasa yang bersifat konotatif

Pada umumnya penggunaan bahasa yang digunakan dalam buku fiksi yaitu bersifat konotatif atau sebuah kata kiasan. Jadi kata-kata tersebut bukanlah makna yang sebenarnya.

Tujuan dari penggunaan kata-kata tersebut yaitu untuk membuat tulisan menjadi indah.

Karena bahasa yang bersifat konotatif bisa memberikan tambahan mengenai nilai pada rasa. Sehingga pembaca bisa merangsang imajinasi dari pembaca dan akan membuat tulisan di dalamnya terkesan lebih hidup.

2. Memiliki sifat imajinatif

Buku fiksi memuat sebuah cerita di dalamnya yang bersifat imajinatif. Artinya semua isi dari tulisan yang dibuat oleh penulis merupakan sebuah karangan atau rekaan hasil dari imajinasi. Penulis bebas menuangkan segala pemikiran dari imajinasinya menjadi sebuah tulisan.

3. Kebenarannya bersifat relatif

Isi yang terdapat dalam buku merupakan cerita yang bersifat imajinatif, hal tersebut yang membuat kebenaran dari tulisan di dalamnya itu relatif. Artinya tulisan tersebut masih belum bisa diketahui mengenai kebenaranya, hal tersebut tergantung dari perspektif dari masing-masing pembaca.

4. Tujuannya yaitu menyasar emosi pembacanya

Karya yang bersifat fiksi pada umumnya banyak yang menyasar perasaan atau emosi dari pembacanya, jadi bukan logikanya. Hal tersebut dikarenakan sebuah buku fiksi ditulis agar bisa melibatkan emosi bagi pembacanya.

Maka dari itu, dalam menulis karya yang bersifat fiksi harus bisa mengembangkan alur di dalamnya dengan baik, serta harus bisa mengeksplor mengenai pemilihan kata atau gaya bahasa yang digunakan. Sehingga pembaca akan tersentuh hatinya pada saat membaca tulisan tersebut.

5. Tidak ada sistem baku di dalamnya

Ciri terakhir dari buku fiksi adalah tidak memiliki sistem yang baku di dalamnya. Hal tersebut disebabkan karena dalam karya fiksi kata-kata yang digunakan cenderung lebih bebas.

Penulis dapat mengungkapkan dan mengekspresikan hasil pemikirannya ke dalam sebuah tulisan, melalui rangkaian kata di dalamnya yang dibuat semenarik mungkin, tanpa harus mengikuti aturan-aturan dari sistem baku yang ada.

Buku NonFiksi

Sebelum mengetahui apa saja ciri-ciri buku non fiksi maka ketahui dulu pengertiannya.

Buku non fiksi adalah buku yang berisi kejadian sebenarnya dan bersifat informatif. Sehingga isi di dalam buku tersebut adalah fakta karena membahas suatu kejadian atau suatu hal yang benar-benar terjadi di lapangan.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata non fiksi memiliki arti tidak bersifat fiksi tetapi berdasarkan fakta dan kenyataan.

Sehingga buku non fiksi akan menyampaikan sesuatu yang sesuai fakta di lapangan atau sesuai dengan kenyataan. Sifatnya menjadi sangat informatif yang membantu pembaca mendapatkan informasi yang akurat dan detail.

Secara umum, buku nonfiksi selain menyampaikan suatu informasi juga bisa menyampaikan detail lain.

Mulai dari menyampaikan peristiwa, tempat, karakter atau suatu tokoh, dan lain sebagainya. Berhubung menyampaikan sesuatu yang nyata, sumber penulisan buku harus jelas dan umumnya dicantumkan di akhir teks atau di akhir buku.

Lewat sifat ini pula, ciri-ciri buku nonfiksi menjadi khas yang kemudian menjadi dasar bagi penulisnya untuk bisa menyusun buku nonfiksi dengan baik dan benar.

Apalagi isi buku punya kewajiban untuk bisa dipertanggung jawabkan oleh penulisnya. Oleh karena itu, tidak heran jika penulisan buku ini bisa memakan waktu lama dan memperhatikan banyak hal.

Namun, bukan berarti proses menulis buku fiksi bisa lebih cepat. Buku fiksi juga memiliki tingkat kesulitan dan tantangan tersendiri dalam proses penulisannya.

Penulis buku nonfiksi harus fokus mencari narasumber dan melakukan sejumlah penelitian. Hal ini bertujuan agar isi buku yang disusun akan memaparkan semua pengalaman dan semua hasil pengamatan yang didapatkan. Proses menulis ulang ini relatif cepat, hanya saja proses paling lama adalah dari proses pengumpulan data tadi.

Ciri-Ciri Buku Non Fiksi

Melalui penjelasan di atas tentunya sudah memiliki gambaran mengenai ciri-ciri buku non fiksi. Informasi dan penjelasan lengkap mengenai ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bersifat Fakta

Ciri yang pertama sekaligus yang utama dari buku fiksi adalah bersifat fakta sebagaimana yang sudah dijelaskan di awal. Sifat fakta ini artinya di dalam buku fiksi akan memaparkan segala hal yang berupa fakta. Penulis akan berani menulis isi buku setelah membuktikan apa yang ditulisnya adalah fakta.

Yakni benar-benar terjadi di suatu tempat atau mungkin dialami sendiri secara langsung oleh penulis. Fakta yang disampaikan kemudian akan menghasilkan informasi yang tentu bermanfaat bagi banyak orang. Fakta yang disampaikan kemudian bisa juga dibutuhkan oleh orang lain, misalnya dijadikan referensi penelitian.

Jadi, jika menjumpai buku yang isinya bukan fakta melainkan hasil dari khayalan atau imajinasi penulisnya. Maka dijamin buku tersebut bukan buku non fiksi. Sebab buku baru bisa disebut buku non fiksi jika memaparkan fakta yang benar-benar terjadi, bukan hasil imajinasi yang tidak bisa dipastikan kebenarannya.

2. Menggunakan Bahasa Denotatif

Ciri-ciri buku non fiksi yang kedua adalah menggunakan bahasa atau susunan bahasa denotatif.

Bahasa denotatif sendiri adalah gaya bahasa yang memaparkan kejadian nyata di lapangan dan menggunakan kata-kata ilmiah. Artinya, bahasa yang digunakan akan mempertegas fakta yang ditulis oleh penulis dalam buku tersebut.

Tidak ada kata yang mengarah pada hasil imajinasi, seperti menggunakan kata seandainya, andaikan, dan sejenisnya. Selain itu, semua kata yang digunakan juga menyampaikan fakta dengan sangat jelas. Mencegah pembaca mengalami miskomunikasi dan kesulitan untuk memahami apa yang disampaikan penulis.

3. Menyajikan Informasi Baru atau Penyempurnaan

Buku non fiksi secara umum akan menyajikan informasi baru, misalnya memaparkan sebuah penemuan baru. Penemuan baru ini merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang kemudian sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. Sebab dengan pengetahuan baru inilah peradaban manusia bisa berkembang menjadi lebih baik.

Selain menyajikan sebuah informasi baru atau temuan baru, buku non fiksi juga bisa berisi penyempurnaan atau pengembangan dari ilmu pengetahuan sebelumnya.

Jadi, misalnya saja hasil penelitian menemukan teknologi A. Kemudian beberapa tahun berikutnya dilakukan penelitian serupa.

Ditemukan bahwa teknologi A punya kelebihan B dan bisa dimanfaatkan untuk C. Maka pemaparan kelebihan dan pemanfaatan C ini termasuk penyempurnaan dari penemuan atau ilmu pengetahuan sebelumnya. Maka isinya adalah fakta dan jika ditulis ke dalam buku, buku ini menjadi buku non fiksi.

4. Ditulis Menggunakan Metode Ilmiah

Buku non fiksi pada dasarnya menyampaikan fakta baru yang terjadi di lapangan atau menyampaikan fakta lama. Penyampaian fakta ini dilakukan secara ilmiah, yakni menggunakan bahasa yang ilmiah sehingga kaya akan wawasan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca.

Metode ilmiah kemudian menjadi ciri-ciri buku non fiksi, karena memang isi bukunya ditulis menggunakan metode ilmiah tersebut. Tujuannya agar fakta yang disampaikan bisa dipahami dengan mudah oleh pembaca. Sekaligus mencegah adanya kesalahpahaman dan menghindari resiko salah dalam menyampaikan.

Meskipun demikian, buku non fiksi memiliki perbedaan struktur dengan artikel ilmiah. Sebab artikel ilmiah diatur ketat dalam hal struktur penulisan yang harus urut dan runtut. Sementara buku dibuat lebih santai, dan dikembangkan dengan lebih leluasa oleh penulisnya agar tidak monoton dan pembaca bisa memiliki gambaran jelas.

5. Menggunakan Bahasa Baku

Tidak ada buku non fiksi yang menggunakan kata tidak baku seperti kata elo, gue, end, dan sebagainya. Sebab salah satu ciri-ciri buku non fiksi adalah menggunakan bahasa baku. Bahasa yang memang diakui sebagai bahasa yang mudah dipahami dan punya arti.

Bahasa baku adalah menggunakan kata baku dalam penulisannya, sehingga fakta yang disampaikan sangat jelas dan mudah dipahami. Jika ditulis dengan bahasa tidak baku dan menggunakan kata-kata tidak baku.

Maka ada kemungkinan buku tersebut hanya dipahami kalangan tertentu saja yang akrab dengan bahasa tidak baku tersebut. Padahal yang namanya fakta tentu perlu dipahami dan diketahui masyarakat luas. Maka digunakan bahasa baku agar siapapun pembacanya bisa paham isi fakta yang dipaparkan penulis.

6. Isi Buku Bisa Dibuktikan

Buku non fiksi sebagaimana yang sudah disampaikan akan menjelaskan fakta, yakni kejadian yang memang terjadi di lapangan. Sifat ini kemudian membuat isi buku non fiksi bisa dibuktikan. Jika menjelaskan fakta A maka pembaca yang akan mempraktekan kemudian akan mendapatkan fakta A juga.

Inilah yang kemudian membuat buku non fiksi perlu ditulis dengan isi yang memang benar-benar fakta dan dari data aktual sekaligus kredibel. Sebab isinya harus bisa dipertanggung jawabkan, ketika dibuktikan maka isi buku tersebut memang benar adanya.

Oleh sebab itu, penulis buku ini bukan orang sembarangan. Berbeda dengan buku fiksi yang bebas ditulis oleh siapa saja karena isinya adalah hasil imajinasi. Selama penulis bisa berimajinasi dan kemudian menuangkannya dalam bentuk tulisan menarik. Maka penulis bisa mencetak bukunya dan memasarkannya secara luas.

7. Ditulis oleh Penulis Khusus

Berhubung isi dari buku non fiksi adalah fakta dan kemudian ada beban pertanggungjawaban kepada penulisnya. Maka penulis buku non fiksi tidak bisa dilakukan semua orang dan oleh sembarang orang. Hal ini kemudian menjadi ciri-ciri buku non fiksi.

Mayoritas buku non fiksi ditulis oleh orang-orang yang memang punya ilmu yang cukup atau ilmu yang memadai di suatu bidang. Kebanyakan berasal dari kalangan berpendidikan tinggi, seperti guru, dosen, dokter, dan sebagainya. Mereka menempuh pendidikan dalam kurun waktu yang panjang.

Sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki terkait suatu bidang bisa dikatakan sudah sangat mendalam. Pemahaman mereka kemudian bisa membantu menyusun buku yang kredibel, dimana isinya adalah ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan juga merupakan fakta.

8. Memberikan Informasi Keilmuan

Ciri selanjutnya dari buku non fiksi adalah memberikan informasi keilmuan, yang artinya isi buku adalah ilmu pengetahuan. Bukan hanya asal bercerita dan tidak menyampaikan suatu konflik melainkan fakta dari awal sampai akhir. Pembaca buku non fiksi kemudian akan mendapat pengetahuan lebih luas.

Sekaligus mendapatkan wawasan pengetahuan yang lebih luas dan mendalam. Pembaca kemudian bisa mendapatkan manfaat setelah membacanya, dan bisa jadi akan membantu mendapatkan hidup yang lebih baik.

Sebab tidak ada ilmu yang tidak memberikan manfaat dan tidak ada ilmu yang tidak dapat digunakan atau diterapkan.

Ini pula alasan kenapa orang yang sudah membaca buku non fiksi dikatakan lebih pintar. Sebab memang bisa memperdalam ilmu pengetahuan yang dimiliki dan kemudian bisa memanfaatkannya dengan baik.

Materi Teks cerita lainnya dapat diunduh pada link berikut ini.

1. Mengamati Gambar untuk Memprediksi Cerita: Materi bab 5 Kelas 7 SMP MTS –Unduh

2. Memahami Suasana Cerita dan Emosi Tokoh pada Buku Bergambar: Materi bab 5 Kelas 7 SMP MTS- Unduh

3. Menganalisis Sajian Visual dalam Buku Bergambar: Materi bab 5 Kelas 7 SMP MTS- Unduh

4. Bagaimana Perasaan Itam? dalam Cerita “Itam dan U”: Buktikan Dengan Kalimat Pendukungnya-Unduh

5. Mengenal Bagian-Bagian Buku: Materi bab 5 Kelas 7 SMP MTS- Unduh

6. Perbandingan Bagian Buku Fiksi dan Nonfiksi: Materi bab 5 Kelas 7 SMP MTS-Unduh

7. Merangkum Isi Buku dan Contohnya:  Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS – Unduh

8. Cara Merangkum Buku dengan Cepat: Pendalaman Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS- Unduh

9. Teknik Merangkum Buku dengan Cepat: Pendalaman Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS – Unduh

10. Strategi Merangkum Buku dengan Cepat: Pendalaman Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS- Unduh

11. Menulis Rangkuman Buku dengan Baik dan Benar: Pendalaman Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS – Unduh 

12. Membuat Peta Pikiran untuk Merangkum: Pendalaman Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS-Unduh

13. Tips Merangkum Buku: Pendalaman Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS-Unduh

14. Ciri-Ciri Buku Fiksi: Pendalaman Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS-Unduh

15. Unsur Buku Fiksi: Pendalaman Materi Bab 5 Kelas 7 SMP MTS-Unduh

Demikianlah pembahasan mengenai Ciri-Ciri Buku Fiksi dan NonFiksi. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *