Museum Palagan Ambarawa Wisata Bersejarah, Sayang Jika Dilewatkan

Museum Palagan Ambarawa Wisata Bersejarah, Sayang Jika Dilewatkan

paket-wisatabromo.com – Museum Palagan Ambarawa merupakan salah satu destinasi wisata bersejarah di Kabupaten Semarang.

Museum ini sangat cocok bagi masyarakat terutama para pelajar karena dapat menambah wawasan sejarah bagi pengunjungnya.

Lokasi

Lokasi museum Palagan Ambarawa terletak di Jalan Mgr. Sugiyopranoto, Panjang Lor, Panjang, Kec. Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah 50614

Harga Tiket dan Jam Operasional

harga tiket untuk anak-anak Rp5.000, dewasa Rp10.000.

Keistimewaan

Lima benda bersejarah yang ada di Monumen Palagan Ambarawa.

1. Museum Isdiman

Museum Isdiman berada di dalam Monumen Palagan Ambarawa. Di dalam museum ini disajikan benda-benda peninggalan pertempuran.

Seperti senjata yang digunakan saat pertempuran Palagan Ambarawa.

Di dalam museum juga terpampang lukisan panjang yang menggambarkan kondisi saat Pertempuran Palagan Ambarawa.

Tak hanya itu saja, di dalam Museum Isdiman juga terdapat sebuah maket denah wilayah Ambarawa.

2. Meriam

Di Monumen Palagan Ambarawa, pengunjung juga dapat melihat langsung jenis-jenis meriam yang digunakan saat pertempuran.

Salah satunya ialah meriam anti tank yang merupakan buatan Inggris.

Usianya pun sudah setara dengan usia negara Indonesia ketika merdeka.
Semantara itu, terdapat meriam gunung buatan Swedia.

Di Monumen Palagan Ambarawa terdiri atas empat buah meriam.

3. Pesawat Mustang Cocor Merah
Museum Palagan Ambarawa Wisata Bersejarah, Sayang Jika Dilewatkan
Museum Palagan Ambarawa Wisata Bersejarah, Sayang Jika Dilewatkan

Salah satu benda bersejarah yang unik ialah pesawat mustang cocor merah.

Di Monumen Palagan Ambarawa, pengunjung dapat melihat langsung bentuk asli pesawat mustang cocor merah.

Pesawat mustang cocor merah ini merupakan pesawat buatan pabrik Gaveller Aircraft Corporation.

Pesawat ini merupakan jenis pesawat pemburu yang memiliki berat 7000 kilogram. Pada saat itu pesawat ini sangat ditakuti oleh pasukan TKR (Tentara Keamanan Rakyat).

Namun pasukan TKR akhirnya berhasil menembak pesawat mustang yang kemudian tenggelam di Rawa Pening.

4. Truk

Selain itu juga terdapat truk buatan dari Amerika Serikat. Truk tersebut memiliki berat 4 ton yang digunakan untuk mengangkut pasukan saat Pertempuran Palagan.

Terdapat dua truk yang ada di Monumen Palagan Ambarawa. Truk tersebut dibuat sejak tahun 1941.

5. Kereta Api Lokomotif

Di Monumen Palagan Ambarawa juga terdapat sebuah kereta api lokomotif.

Kereta api lokomotif tersebut merupakan kereta tahun 1902. Kereta tersebut digunakan sebagai alat transportasi saat Pertempuran Palagan.

Selain itu, kereta api lokomotif yang telah memiliki usia puluhan tahun tersebut merupakan kereta buatan Jerman.

Fasilitas

Toilet bersih
Mushola dan tempat wudhu.
Kursi – kursi taman.
Taman bermain anak di halaman.

Sejarah

Palagan Ambarawa adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Ambarawa, sebelah selatan Semarang, Jawa Tengah.

Kronologi peristiwa

Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa Tengah.

Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut baik.

Bahkan Gubernur Jawa Tengah Mr Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu.

Sedang Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk membebaskan para tawanan tentara Belanda, para tawanan tersebut malah dipersenjatai sehingga menimbulkan kemarahan pihak Indonesia.

Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga terjadi pertempuran.

Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba melucuti Tentara Keamanan Rakyat dan membuat kekacauan.

TKR Resimen Magelang pimpinan Letkol. M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala penjuru.

Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang berhasil menenangkan suasana.

Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota Magelang menuju ke benteng Ambarawa.

Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol. M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka.

Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta.

Baca:

Tentara Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Soerjosoempeno di Ngipik.

Pada saat pengunduran, tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa.

Pasukan Indonesia di bawah pimpinan Letkol. Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, tetapi ia gugur terlebih dahulu.

Sejak gugurnya Letkol. Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Kol. Soedirman merasa kehilangan seorang perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin pertempuran.

Kehadiran Kol. Soedirman memberikan napas baru kepada pasukan-pasukan RI.

Koordinasi diadakan di antara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor.

Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang, dan lain-lain.

Tanggal 23 November 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan kerkhop Belanda di Jl. Margo Agoeng. Pasukan Indonesia terdiri dari Yon. Imam Adrongi, Yon. Soeharto dan Yon. Soegeng.

Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke tempat kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.

Pertempuran di Ambarawa

Pada tanggal 11 Desember 1945, Kol. Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan Sektor TKR dan Laskar.

Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai dilancarkan.

Pembukaan serangan dimulai dari tembakan mitraliur terlebih dahulu, kemudian disusul oleh penembak-penembak karaben. Pertempuran berkobar di Ambarawa.

Satu setengah jam kemudian, jalan raya Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR.

Pertempuran Ambarawa berlangsung sengit. Kol. Soedirman langsung memimpin pasukannya.

Pasukan menggunakan taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap dari kedua sisi sehingga musuh benar-benar terkurung.

Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya diputus sama sekali.

Setelah bertempur selama 4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.

Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *