Nilai Kehidupan dalam Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak
paket-wisatabromo.com-Apa kabar Kalian? Buat Kalian Kelas 10 SMA SMK, pelajaran bahasa Indonesia kali ini akan mengajak Kalian memahami Nilai Kehidupan dalam Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak. Materi ini buat kalian yang masih SMA SMK Kelas 10. Ikuti, Ya!
Nilai Kehidupan dalam Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak
Hikayat
Hikayat sebagai bagian dari cerita rakyat tentu tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Melalui kehidupan yang diangkat dalam cerita, hikayat menyajikan tak hanya hiburan, tetapi juga nilai-nilai kebaikan yang dapat diambil hikmahnya oleh pembaca.
Nilai-nilai tersebut dapat kita lihat dari pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap tokoh dalam cerita, baik yang dideskripsikan dalam cerita maupun yang dinarasikan dalam ucapan-ucapan tokoh.
Nilai Kehidupan dalam Hikayat
Adapun nilai kehidupan dalam hikayat, terdiri dari nilai budaya, pendidikan, religius, moral, dan nilai sosial.
1. Nilai budaya memuat konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebuah masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia.
2. Nilai pendidikan adalah nilai yang berkaitan dengan semangat atau kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar.
3. Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta alam dan seisinya.
4. Nilai moral merupakan suatu penggambaran tentang nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis.
5. Nilai sosial berkaitan erat dengan hubungan individu dengan individu lainnya dalam satu kelompok.
Nilai Kehidupan dalam Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak
Cermati Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak berikut ini!
Sa-ijaan dan Ikan Todak
Menurut sahibul hikayat, sebermula ada seorang Datu yang sakti mandraguna sedang bertapa di tengah laut.
Namanya Datu Mabrur. Ia bertapa di antara Selat Laut dan Selat Makassar. Siang-malam ia bersamadi di batu karang, di antara percikan buih, debur ombak, angin, gelombang dan badai topan.
Ia memohon kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah pulau. Pulau itu akan menjadi tempat bermukim bagi anak-cucu dan keturunannya, kelak.
Hatta, ketika laut tenang, seekor ikan besar tiba-tiba muncul dari permukaan laut dan terbang menyerangnya. Tanpa beringsut dari tempat duduk maupun membuka mata, Datu Mabrur menepis serangan mendadak itu.
Ikan itu terpelanting dan jatuh di karang. Setelah jatuh ke air, ikan itu menyerang lagi. Demikian berulang-ulang.
Di sekeliling karang, ribuan ikan lain mengepung, memperlihatkan gigi mereka yang panjang dan tajam, seakan prajurit siap tempur.
Pada serangannya yang terakhir, ikan itu terpelanting jatuh persis saat Datu Mabrur membuka matanya.
“Hai, ikan! Apa maksudmu mengganggu samadiku? Ikan apa kamu?”
“Aku ikan todak, Raja Ikan Todak yang menguasai perairan ini. Samadimu membuat lautan bergelora. Kami terusik, dan aku memutuskan untuk menyerangmu.
Tapi, engkau memang sakti, Datu Mabrur. Aku takluk,” katanya, megap-megap. Matanya berkedip-kedip menahan sakit. Tubuhnya terjepit di sela-sela karang tajam.
“Jadi, itu rakyatmu?” Datu Mabrur menunjuk ribuan ikan yang mengepung karang.
“Ya, Datu. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu.”
“Datu, tolonglah aku. Obati luka-lukaku dan kembalikanlah aku ke laut. Kalau terlalu lama di darat, aku bisa mati. Atas nama rakyatku, aku berjanji akan mengabdi padamu, bila engkau menolongku…”
Raja Ikan Todak mengiba-iba. Seolah sulit bernapas, insangnya membuka dan menutup. “Baiklah,” Datu Mabrur berdiri. “Sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya, aku akan menolongmu.”
“Apa pun permintaanmu, kami akan memenuhinya. Datu ingin istana bawah laut yang terbuat dari emas dan permata, dilayani ikan duyung dan gurita? Ingin berkeliling dunia, bersama ikan paus dan lumba-lumba?”
“Tidak. Aku tak punya keinginan pribadi, tapi untuk masa depan anak-cucuku nanti….” Lalu, Datu Mabrur menceritakan maksud pertapaannya selama ini.
“Akan kukerahkan rakyatku, seluruh penghuni lautan dan samudera. Sebelum matahari terbit esok pagi, impianmu akan terwujud.
Aku bersumpah!” jawab Raja Ikan Todak. Datu Mabrur tak dapat membayangkan, bagaimana Raja Ikan Todak akan memenuhi sumpahnya itu.
“Baiklah. Tapi kita harus membuat perjanjian. Sejak sekarang kita harus sa-ijaan, seiring sejalan. Seia sekata, sampai ke anak-cucu kita. Kita harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu membahu.
Setuju?” “Setuju, Datu…,” sahut Raja Ikan Todak yang tergolek lemah. Ia sangat membutuhkan air. Mendengar jawaban itu, Datu Mabrur tersenyum.
Dengan hati-hati, dilepaskannya tubuh Raja Ikan Todak dari jepitan karang, lalu diusapnya lembut.
Ajaib! Dalam sekejap, darah dan luka di sekujur tubuh Raja Ikan Todak itu mengering! Kulitnya licin kembali seperti semula, seakan tak pernah luka. Ikan itu menggerak-gerakkan sirip dan ekornya dengan gembira.
Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Datu Mabrur mengangkat Raja Ikan Todak itu dan mengembalikannya ke laut.
Ribuan ikan yang tadi mengepung karang, kini berenang mengerumuninya, melompat-lompat bersuka ria.
“Sa-ijaan!” seru Raja Ikan Todak sambil melompat di permukaan laut. “Sa-ijaan!” sahut Datu Mabrur.
Sebelum tengah malam, sebelum batas waktu pertapaannya berakhir, Datu Mabrur dikejutkan oleh suara gemuruh yang datang dari dasar laut.
Gemuruh perlahan, tapi pasti. Gemuruh suara itu terdengar bersamaan dengan timbulnya sebuah daratan, dari dasar laut! Kian lama, permukaan daratan itu kian tampak.
Naik dan terus naik! Lalu, seluruhnya timbul ke permukaan! Di bawah permukaan air, ternyata jutaan ikan dari berbagai jenis mendorong dan memunculkan daratan baru itu dari dasar laut.
Sambil mendorong, mereka serempak berteriak, “Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaaan…!” Datu Mabrur tercengang di karang pertapaannya.
Raja Ikan Todak telah memenuhi sumpahnya! Bersamaan dengan terbitnya matahari pagi, daratan itu telah timbul sepenuhnya. Berupa sebuah pulau. Lengkap dengan ngarai, lembah, perbukitan dan pegunungan. Tanahnya tampak subur. Pulau kecil yang makmur.
Datu Mabrur senang dan gembira. Impiannya tentang pulau yang akan menjadi tempat tinggal bagi anak-cucu dan keturunannya, telah menjadi kenyataan.
Permohonannya telah dikabulkan. Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Sang Pencipta, ia menamakannya Pulau Halimun. Alkisah, Pulau Halimun kemudian disebut Pulau Laut.
Sebab, ia timbul dari dasar laut dan dikelilingi laut. Sebagai hikmahnya, kata sa-ijaan dan ikan todak dijadikan slogan dan lambang Pemerintah Kabupaten Kotabaru.
Diadaptasi dari: https://sumberbelajar.seamolec.org/product.php?id=NWFlMDNlNzE4NjVlYWNiZjc4ZjE3NmJh
Nilai Kehidupan dalam Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak Sebagai berikut
1. Nilai budaya memuat konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebuah masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat mulia. Kalimat yang mengandung nilai budaya dalam Sa-ijaan dan Ikan Todak sebagai berikut.
a. Ya, Datu. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu.”
b. Datu, tolonglah aku. Obati luka-lukaku dan kembalikanlah aku ke laut. Kalau terlalu lama di darat, aku bisa mati. Atas nama rakyatku, aku berjanji akan mengabdi padamu, bila engkau menolongku.
2. Nilai pendidikan adalah nilai yang berkaitan dengan semangat atau kemauan seseorang untuk terus belajar secara sadar.
Kalimat yang mengandung nilai pendidikan dalam Sa-ijaan dan Ikan Todak sebagai berikut.
a. Siang-malam ia bersamadi di batu karang, di antara percikan buih, debur ombak, angin, gelombang dan badai topan.
3. Nilai religius merupakan nilai yang mengikat manusia dengan Pencipta alam dan seisinya.
Kalimat yang mengandung nilai religius dalam Sa-ijaan dan Ikan Todak sebagai berikut.
a. Ia memohon kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah pulau.
b. Hai, ikan! Apa maksudmu mengganggu samadiku? Ikan apa kamu?
c. Sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya, aku akan menolongmu.
d. Permohonannya telah dikabulkan. Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Sang Pencipta, ia menamakannya Pulau Halimun
4. Nilai moral merupakan suatu penggambaran tentang nilai-nilai kebenaran, kejujuran, dan ajaran kebaikan tertentu yang bersifat praktis.
Kalimat yang mengandung nilai moral dalam Sa-ijaan dan Ikan Todak sebagai berikut.
a. Raja Ikan Todak telah memenuhi sumpahnya! Bersamaan dengan terbitnya matahari pagi, daratan itu telah timbul sepenuhnya.
5. Nilai sosial berkaitan erat dengan hubungan individu dengan individu lainnya dalam satu kelompok.
Kalimat yang mengandung nilai sosial dalam Sa-ijaan dan Ikan Todak sebagai berikut.
a. Dengan hati-hati, dilepaskannya tubuh Raja Ikan Todak dari jepitan karang, lalu diusapnya lembut.
b. Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Datu Mabrur mengangkat Raja Ikan Todak itu dan mengembalikannya ke laut.
c. Tidak. Aku tak punya keinginan pribadi, tapi untuk masa depan anak-cucuku nanti….
d. Kita harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu membahu.
e. Di bawah permukaan air, ternyata jutaan ikan dari berbagai jenis mendorong dan memunculkan daratan baru itu dari dasar laut.
f. Sambil mendorong, mereka serempak berteriak, “Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaaan…!” Datu Mabrur tercengang di karang pertapaannya.
Baca:
1. Ide dan Makna Kata dalam Hikayat: Sa-ijaan dan Ikan Todak-Unduh
2. Ide dan Makna Kata dalam Hikayat Si Miskin- Unduh
3. Perbedaan Hikayat dengan Cerpen- Unduh
4. Nilai Kehidupan dalam Hikayat Si Miskin- Unduh
5. Konjungtor dalam Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak-Unduh
6. Konjungtor dalam Hikayat Si Miskin-Unduh
Demikianlah pembahasan mengenai Nilai Kehidupan dalam Hikayat Sa-ijaan dan Ikan Todak. Semoga bermanfaat.