Struktur Fisik Puisi Rakyat Menurut Herman J. Waluyo
paket-wisatabromo.com-Buat kalian yang lagi mempelajari puisi rakyat, khusunya kalian yang masih duduk di kelas 7 semester 1 SM PMTs berikut ini disajikan mengenai struktur fisik puisi rakyat. Penjelasan struktur fisik puisi rakyat ini diharapkan dapat menambah wawasan kalian mengenai puisi rakyat.
Struktur Fisik Puisi Rakyat
Perlu kalian pahami bahwa struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi yang dari luar. Struktur fisik puisi yaitu struktur yang terlihat oleh mata sendiri.
Secara umum, struktur fisik puisi tersaji berikut ini. Adapun unsur-unsur yang termasuk dalam struktur fisik puisi menurut Waluyo adalah (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) majas (meliputi lambang dan kiasan), (5) versifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum), (6) tipografi, dan (7) sarana retorika.
1. Diksi
Pengertian diksi adalah pemilihan kata oleh penyair dalam menyusun puisinya. Diksi merupakan unsur yang sangat penting dalam penciptaan karya sastra puisi, karena menentukan makna dan keselarasan bunyi pada puisi, juga hubungan kata demi kata dalam baris maupun bait.
Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif yang memiliki banyak arti atau mengandung makna luas, dan ada pula yang berlambang. Agar puisi bisa dipahami oleh pembaca, perlu dilakukan diksi yang selektif.
Dalam menciptakan puisi, kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis, memiliki efek keindahan dan keharmonisan dengan kata-kata lainnya (Waluyo dalam Dani, 2013:10).
a. Kata Konotasi
Kata konotasi adalah kata bermakna yang bukan sebenarnya. Kata-katanya telah mengalami penambahan arti, baik dari imajinasi, pengalaman atau kesan.
Dalam karya sastra puisi, kata-kata yang digunakan banyak bersifat konotatif atau kiasan.
b. Kata-kata Berlambang
Lambang atau simbol diartikan juga tanda. Kata yang merupakan lambang adalah menyatakan maksud tertentu. Contohnya kata “hujan” yang melambangkan “kebaikan”.
2. Pengimajian
Imaji merupakan gambaran-gambaran angan dalam puisi yang ditimbulkan melalui kata-kata (Pradopo dalam Wiyatmi, 2006:68).
Pengertian Imaji adalah pemilihan kata yang dapat mengungkapkan indera, baik penglihatan, pendengaran maupun perasaan. Imaji disebut juga citraan, yaitu gambar-gambar pikiran. Imaji terbagi menjadi tiga unsur yaitu imaji penglihatan, imaji suara, dan imaji raba atau sentuh.
Dengan penggunaan imaji ini maka pembaca seolah-olah bisa melihat, mendengar, dan merasakan apa yang penyair alami.
3. Kata Konkret
J. Waluyo (2003: 79) mengungkapkan bahwa setiap penyair berusaha mengonkretkan hal yang ingin dikemukakan. Hal tersebut bertujuan agar pembaca membayangkan dengan lebih hidup apa yang dimaksudkan.
Berkaitan dengan pendapat tersebut, setiap penyair memiliki cara dalam penggunaan kata konkret yang berbeda. Pengonkretan kata ini erat berhubungan dengan pengimajian, pelambangan, dan pengiasan. Ketiga hal itu memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan.
Kata konkret juga disebut dengan kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang.
Misalnya kata konkret “salju” yang melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dan lain-lain. Sedangkan kata konkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dan lain-lain.
Contoh kata konkret dapat dijumpai pada puisi Chairil Anwar yang berbunyi aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang. Pengonkretan tersebut merupakan usaha penyair dalam memperkonkret sikap kebebasannya
4. Majas (Gaya Bahasa)
Gaya bahasa adalah bahasa kiasan yang dapat menimbulkan konotasi tertentu. Gaya bahasa disebut juga majas. Bahasa kias ataupemajasan sebagai salah satu kepuitisan berfungsi agar sesuatu yang digambarkan dalam puisi menjadi jelas, hidup, intensif, dan menarik.
Bahasa kias memiliki beberapa jenis diantaranya, personifikasi, metafora, simile, metonimia, sinekdok, dan alegori (Pradopo dalam Wiyatmi, 2006:64).
Majas atau figurative language adalah bahasa yang digunakan penyair untuk menyampaikan sesuatu dengan cara membandingkan dengan hal lain. Majas mempersamakan atau mengiaskan sesuatu dengan hal lain.
Menurut Waluyo (dalam Dani, 2013:21), bahasa kias adalah bahasa yang digunakan penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa.
Kata-kata yang digunakan bermakna kias atau makna lambang. Kemudian, Waluyo (dalam Dani, 2013:22) mengklasifikasikan majas terdiri dari metafora, perbandingan, hiperbola, personifikasi, sinekdoke, dan ironi.
Setiap penyair memiliki keterampilan masing-masing dalam berbahasa. Terdapat bentuk-bentuk gaya bahasa yang biasa digunakan oleh penyair, bentuk-bentuk tersebut dinamakan sarana retorika.
5. Versifikasi (Rima, Ritma, Metrum)
Di dalam sebuah puisi di bagian verifikasi terdiri atas rima, ritme, dan metrum. Rima merupakan pengulangan bunyi dalam sebuah puisi yang di gunakan untuk mengganti persajakan pada sistem lama karena penempatan bunyi dan pengulangan tidak hanya di akhir baris, namun didalam keseluruhan baris dan bait.
Ritma dalam sebuah puisi timbul karena adanya perulangan bunyi berturut-turut dan bervariasi, misalnya sajak akhir,asonansi,aliterasi. Ritma merupakan berupa pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat teratur dalam sebuah puisi yang menimbulkan gelombang bunyi dan menciptakan suatu keindahan.”
Sedangkan Metrum merupakan pengulangan tekanan kata yang tetap yang bersifat statis.
6. Tipografi (Perwajahan Puisi)
Tipografi merupakan pembeda antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi dibuat untuk membangun sebuah puisi, baris-baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan baris, tepi kiri atau tepi kanan halaman memuat puisi belum tentu bagi tulisan yang membentuk prosa.
Puisi yang tidak mengikuti Aturan disebut dengan tata wajah konvensional. Tata wajah puisi dibuat apa adanya tanpa membentuk gambar lainnya.
7. Sarana Retorika
Pengertian sarana retorika adalah muslihat pikiran berupa bahasa yang tersusun untuk pembaca pikiran. Sarana retorika berbeda dengan bahasa kiasan atau bahasa figurasi dan citraan.
Bahasa figurasi dan citraan bertujuan memperjelas gambaran atau memperkonkretkan dan menciptakan perspektif yang baru melalui perbandingan, sedangkan sarana retorika adalah alat untuk mengajak pembaca pikiran supaya lebih menghayati gagasan yang dikemukakan.
Ada pendapat sarana retorika merupakan sarana yang efektif untuk memperindah stile sebuah teks puisi dan kesastraan pada umumnya. Sarana retorika sengaja dipakai untuk memperindah pengungkapan kebahasaan dandan memperluas (juga mengkonkretkan dan memfasilitasi) jangkauan pemaknaan.
Sarana retorika yang dimaksud adalah meliputi bentuk-bentuk pemajasan (figures of thought), citraan (imagery), dan penyiasatan struktur (figures of speech). Ketiga bentuk sarana retorika tersebut masing-masing memiliki penekanan fungsi yang berbeda, walaupun perbedaan itu tidak bersifat pilah benar.
Pemajasan lebih difungsikan untuk menambah kemungkinan berbagai dimensi pemaknaan, citraan untuk mengkonkretkan penuturan, sedangkan penyiasatan struktur untuk lebih “menggayakan”.
Dengan melihat penekanan fungsi sarana retorika tersebut tampak bahwa aspek ketiga, yaitu penyiasatan struktur, yang lebih banyak bermain di wilayah retiorika.
Struktur Fisik Puisi Rakyat
Pembahasan mengenai struktur fisik puisi rakyat tentu saja tidak berbeda dengan struktur fisik puisi yang telah dibahas di bagian atas.
Untuk struktur fisik puisi rakyat meliputi diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum), tipografi, dan sarana retorika.
Masih ingatkah kalian, bahwa puisi rakyat itu diantaranya ada pantun, syair, gurindam, mantra, dll. Nah, pembahasan kali ini berfokus pada struktur fisik pantun, syair, gurindam, dan mantra. Berikut ini penjelasannya.
1. Struktur fisik Pantun
Secara umum, struktur fisik pantun tidak lepas dari diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum), tipografi, dan sarana retorika.
Secara khusus, struktur yang terlihat dari pantun adalah bait, baris atau larik, suku kata, rima, dll.
a. Satu bait terdiri atas empat baris atau larik.
b. Setiap baris terdiri atas 8-12 suku kata.
c. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi.
d. Rima akhirnya berpola a-b-a-b. Artinya, bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan bunyi akhir baris kedua sama dengan baris keempat.
2. Gurindam
Untuk struktur fisik gurindam juga meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum), tipografi, dan sarana retorika.
Sedangkan secara khusus, struktur fisk yang terlihat pada gurindam adalah berikut ini.
a. Setiap bait terdiri atas dua baris atau larik.
b. Setiap larik terdiri atas 8–14 suku kata.
c. Larik pertama merupakan syarat, sedangkan larik kedua merupakan jawaban.
d. Larik pertama dan kedua membentuk kalimat majemuk, umumnya merupakan hubungan sebab-akibat.
e. Rima akhirnya berpola a-a.
3. Syair
Untuk struktur fisiksyair juga meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum), tipografi, dan sarana retorika.
Selanjutnya, struktur fisik yang terlihat pada syair terlihat berikut ini.
a. Setiap bait terdiri dari empat baris.
b. Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
c. Bersajak a-a-a-a.
d. Semua baris adalah isi tentang kisah atau cerita
e. Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan.
4. Mantra
Untuk struktur fisik mantra juga meliputi: diksi, pengimajian, kata konkret, majas (meliputi lambang dan kiasan), versifikasi (meliputi rima, ritma, dan metrum), tipografi, dan sarana retorika.
Sedangkan struktur fisik mantra yang terlihat sebegai berikut.
a) Terdiri dari beberapa rangkaian kata yang memiliki irama
b) Isinya berhubungan dengan kekuatan gaib, dibuat dan diucapkan untuk tujuan tertentu.
c) Mengandung rayuan dan perintah
d) Merupakan satu bagian yang utuh dan tidak bisa dipahami melalui setiap bagiannya
e)Mementingkan keindahan permainan bunyi.
Baca:
1. Mengenal Puisi Rakyat: Jenis dan Unsur Puisi Rakyat-Unduh
2. Struktur Batin Puisi Rakyat-Unduh
3. Mengenal Pantun: Pengertian, Unsur, Fungsi, Struktur, Jenis, Ciri, dan Latihan Soal-Unduh
4. Mengenal Syair: Pengertian, Ciri, Jenis, Contoh, Unsur, Fungsi, Manfaat, dan Latihan Soal-Unduh
5. Mengenal Gurindam: Pengertian, Fungsi, Jenis, Ciri, Contoh, dan Latihan Soal-Unduh
Demikianlah pembahasan mengenai Struktur Fisik Puisi Rakyat. Semoga bermanfaat.