Denotasi Konotasi Puisi Sapardi

Denotasi Konotasi Puisi Sapardi

paket-wisatabromo.com-Semester 2 hampir berakhir. Saatnya kalian memasuki materi pelajaran Bahasa Indonesia bab 6. Materi pertemuan pada bab 6 ini berkaitan dengan puisi. Pembahasan kali ini berupa diksi, yakni Denotasi Konotasi Puisi Sapardi Djoko Damono.

Denotasi Konotasi Puisi Sapardi

Menurut KBBI Onlie, denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif.

Sedangkan konotasi adalah tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi.

Denotasi Konotasi Puisi Sapardi yang dibahas di sini berjumlah 8. Kedelapan puisi tersebut antara lain berjudul: Pada Suatu Hari Nanti, Ketika Jari-jari Bunga Terluka, Sihir Hujan, Perahu Kertas, Pada Suatu Pagi Hari, Berjalan Ke Barat Waktu Pagi Hari, Narsisus, dan puisi berjudul Kita Saksikan

Berikut ini pembahasan Denotasi Konotasi Puisi Sapardi .

1. Pada Suatu Hari Nanti

pada suatu hari nanti

jasadku tak akan ada lagi

tapi dalam bait-bait sajak ini

kau takkan kurelakan sendiri

pada suatu hari nanti

suaraku tak terdengar lagi

tapi di antara larik-larik sajak ini

kau akan tetap kusiasati

pada suatu hari nanti

impianku pun tak dikenal lagi

namun di sela-sela huruf sajak ini

kau takkan letih-letihnya kucari

Dalam Puisi tersebut terandung makna denotatif dan konotatif. Diksi yang mengandung makna denotatif adalah “nanti”. “Nanti” menunjukkan waktu kemudian atau kelak.

Diksi yang mengandung makna konotatif adalah “jasadku”, “suaraku” dan “impianku”. “Jasadku” merujuk pada sesuatu yang berwujud, dapat diraba dan dilihat.

“Suaraku” merujuk pada sesuatu yang tidak berwujud namun dapat didengar. “Impianku” merujuk pada sesuatu tidak berwujud dan tidak dapat berupa penginderaan, sesuatu yang sangat diinginkan.

2. Ketika Jari-jari Bunga Terluka

ketika jari-jari bunga terluka

mendadak terasa betapa sengit, cinta kita

cahaya bagai kabut, kabut cahaya

di langit menyisih awan hari ini

di bumi meriap sepi yang purba

ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata

suatu pagi, di sayap kupu-kupu

di sayap warna, suara burung

di ranting-ranting cuaca

bulu-bulu cahaya

betapa parah cinta kita

mabuk berjalan di antara

jerit bunga-bunga rekah…

ketika jari-jari bunga terbuka

mendadak terasa betapa sengit, cinta kita

cahaya bagai kabut, kabut cahaya

di langit menyisih awan hari ini

di bumi meriap sepi yang purba

ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata

Dalam Puisi tersebut terkandung makna denotatif dan konotatif. Diksi yang mengandung makna denotatif adalah “terluka”, “suatu pagi”, “terbuka” dan “rekah”. “Terluka” berarti menderita luka, telah dilukai atau tidak sengaja dilukai. “Suatu pagi” berarti waktu setelah matahari terbit/awal dari hari. “Terbuka” berarti tidak sengaja dibuka, tidak tertutup/ tersingkap. “Rekah” berarti mulai mekar.

Diksi  yang mengandung makna konotatif adalah “bunga”. “Bunga” menunjuk pada sesuatu yang indah sebagai perumpamaan dalam suatu hubungan percintaan.

3. Sihir Hujan

Hujan mengenal baik pohon, jalan dan selokan

swaranya bisa dibeda-bedakan;

kau akan mendengarnya meski sudah kaututup pintu dan jendela.

Meskipun sudah kau matikan lampu.

Hujan, yang tahu benar membeda-bedakan, telah jatuh di pohon, jalan dan

selokan.

menyihirmu agar sama sekali tak sempat mengaduh

waktu menangkap wahyu yang kaurahasiakan

Puisi tersebut mengandung makna denotatif dan konotatif. Diksi yang mengandung makna denotatif adalah “pohon”, “jalan” dan “selokan”. “Pohon”, “jalan” dan “selokan” merujuk pada benda-benda di sekitar kita. “Pohon” berarti tumbuhan atau kehidupan. “Jalan” berarti benda mati yang membantu pekerjaan manusia. “Selokan” berarti aliran air pembuangan yang mempunyai peran pentinguntuk manusia.

Sedangkan diksi yang mengandung makna konotatif adalah “hujan”. “Hujan” merujuk pada sesuatu yang sering terjadi, jatuhnya titik air dari langit ke tanah.

4. Perahu Kertas

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas

dan kau layarkan di tepi kali;

airnya sangat tenang dan perahumu bergoyang menuju lautan.

“Ia akan disinggah di bandar-bandar besar,” kata seorang lelaki tua.

Kau sangat gembira, pulang dengan berbagai gambar warna-warni di kepala.

Sejak itu kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari perahu yang tak pernah

lepas dari rindu-mu itu.

Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya, “Telah kupergunakan

perahumu itu dalam sebuah banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit.”

Puisi tersebut mengandung makna denotatif dan konotatif. Diksi yang mengandung makna denotatif adalah “kanak-kanak”, “seorang lelaki tua”, “gembira” dan “menunggu”. “Kanak-kanak” merujuk pada masa awal. “Seorang lelaki tua” merujuk pada masa akan berakhir. “Gembira” berarti perasaan senang atau bahagia. “Menunggu” berarti tinggal beberapa saat di suatu tempat dan mengharap sesuatu akan terjadi (datang).

Selanjutnya, diksi yang mengandung makna konotatif adalah “perahu kertas/perahumu” merujuk pada harapan atau keinginan penulis.

5. Pada Suatu Pagi Hari

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk

sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi

agar ia bisa berjalan sendiri sambil menangis dan tak ada orang bertanya

kenapa.

Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin

membakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan

sendiri dalam hujan rintik-tintik di lorong sepi pada suatu pagi.

Di dalam Puisi tersebut terkandung makna denotatif dan konotatif. Untuk Diksi yang mengandung makna denotatif adalah “menangis”, “berjalan”, dan “menjerit-jerit”. “Menangis” berarti mengeluarkan air mata. “Berjalan” berarti melangkahkan kaki bergerak maju. “Menjerit-jerit” berarti mengeluarkan suara dengan keras.

Sedangkan diksi yang mengandung makna konotatif adalah “tunduk”, “lirih” dan “sendiri”. “Tunduk” berarti patuh pada sesuatu. “Lirih” berarti tidak memiliki kekuatan. “Sendiri” berarti merasakan kesepian.

6. Berjalan Ke Barat Waktu Pagi Hari

waktu aku berjalan ke barat di waktu pagi matahari mengikutiku

di belakang

aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang

di depan

aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami

yang telah menciptakan bayang-bayang

aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara

kami yang harus berjalan di depan

Di dalam puisi tersebut terkandung makna denotatif dan konotatif. Untuk diksi yang mengandung makna denotatif adalah “berjalan” dan “mengikuti”. “Berjalan” berarti melangkahkan kaki bergerak maju. “Mengikuti” berarti mengiringi atau menyertai.

Sedangkan, diksi yang mengandung makna konotatif adalah “barat”, “bayang-bayang” dan “bertengkar”. “Barat” berarti sesuatu yang dituju. “Bayang-bayang” berarti sesuatu yang tidak penting namun selalu ada. “Bertengkar” berarti merebutkan sesuatu.

7. Narsisus

seperti juga aku: namamu siapa, bukan?

pandangmu hening di permukaan telaga dan rindumu dalam

tetapi jangan saja kita bercinta

jangan saja aku mencapaimu dan kau padaku menjelma

atau tunggu sampai angin melepaskan selembar daun

dan jatuh di telaga: pandangmu berpendar, bukan?

cemaskan aku kalau nanti air hening kembali

cemaskan aku kalau gugur daun demi daun lagi

Untuk Puisi di atas mengandung makna denotatif dan konotatif. Diksi yang mengandung makna denotatif adalah “namamu”, “rindumu”, “mencapaimu” dan “pandangmu”. “Namamu” berarti sesuatu untuk memanggil orang lain. “Rindumu” berarti rasa ingin bertemu. “Mencapaimu” berarti sampai atau memperoleh. “Pandangmu” berarti sesuatu yang terlihat oleh mata.

Selanjutnya, diksi yang mengandung makna konotatif adalah “bercinta”, “menjelma” dan “cemaskan”. “Bercinta” berarti perasaan bahagia. “Menjelma” berarti sesuatu yang berubah wujud. “Cemaskan” berarti ingin mendapatkan perhatian.

8. Puisi berikutnya adalah Kita Saksikan

kita saksikan burung-burung lintas di udara

kita saksikan awan-awan kecil di langit utara

waktu itu cuaca pun senyap seketika

sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnya

di antara hari buruk dan dunia maya

kita pun kembali mengenalnya

kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata

saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia

Untuk Puisi di atas mengandung makna denotatif dan konotatif. Diksi yang mengandung makna denotatif adalah “saksikan”, “sejak lama” dan “mengenalnya”. “Saksikan” berarti melihat secara langsung. “Sejak lama” berarti panjangnya waktu. “Mengenalnya” berarti mengetahui atau mengerti akan suatu hal.

Selanjutnya, diksi yang mengandung makna konotatif adalah “lintas”, “senyap”, “kembali” dan “hilang”. “Lintas” berarti melewati sesuatu. “Senyap” berarti tidak ada sesuatu yang diharapkan lagi. “Kembali” berarti balik ke keadaan semula. “Hilang” juga berarti tidak ada sesuatu yang diharapkan lagi.

Baca:

1. Diksi Dalam Puisi-Unduh

2. Majas Dalam Puisi Padamu Jua-Unduh

3. Citraan dalam Puisi Padamu Jua-Unduh

4. Tema dan Suasana dalam Puisi: Penjelasan, Soal, Kunci Jawabannya-Unduh

5. Kata Konkret Puisi Hujan di Bulan Juni-Unduh

6. Makna Kata Konkret Puisi Cintaku Jauh di Pulau-Unduh

7. Pembacaan Puisi dengan Intonasi dan Metode yang Sesuai-Unduh

8. Kata Konotasi Puisi “Candra” Karya Sanusi Pane-Unduh

9. Tanggapan terhadap Antologi Puisi-Unduh

10. Jenis Puisi dan Contohnya-Unduh

11. Memahami Teks Diskusi: Pro Kontra Puisi Esai-Unduh

12. Menilai Puisi: “Tapi” Soetardji Calzoum Bachri-Unduh

Demikian pembahasan mengenai Denotasi Konotasi Puisi Sapardi. Semoga bermanfaat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *