Diksi dalam Puisi dan Contohnya

Diksi dalam Puisi dan Contohnya

paket-wisatabromo.com-Semester 2 hampir berakhir. Saatnya kalian memasuki materi pelajaran Bahasa Indonesia bab 6. Materi pertemuan pada bab 6 ini berkaitan dengan puisi. Pembahasan kali ini berupa Diksi dalam Puisi dan Contohnya.

Materi Diksi dalam Puisi yang dicontohkan adalah diksi yang digunakan dalam puisi karya Sapardi Djoko damono yang berjudul Hujan Bulan Juni. Pembahasan ini diikuti dengan menyajiakan arti dari diksi tersebut.

Diksi dalam Puisi
Puisi

Puisi merupakan salah satu karya sastra, selain prosa dan drama. Sebagai sebuah karya sastra, puisi ditulis seseorang untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan perasaannya dalam bentuk kata-kata yang indah.

Selain itu, puisi merupakan hasil interpretasi dari dunia pengalaman sang penyair yang disusun dalam bait-bait atau larik-larik indah yang padat dan memiliki nilai estetik dari segi bahasa.

Pengertian Diksi

Tarigan (2011:29) mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, dan nada dalam suatu puisi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Indonesia, diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).

Diksi adalah pilihan kata yang dipergunakan pengarang untuk menyampaikan gagasan dan makna dalam karya sastra.

Dalam karya sastra penggunaan diksi atau pilihan kata sangat beragam. Hal ini mungkin disengaja oleh pengarangnya untuk keindahan sastra itu sendiri.

Nurgiyantoro (2010:290, diksi merupakan unsur leksikal dalam gaya bahasa. Diksi mengacu pada pengertian penggunaan kata-kata tertentu yang sengaja dipilih oleh pengarang.

Damono dalam Komaidi (2011: 164) mengungkapkan bahwa kata dalam puisi atau diksi adalah segala-galanya. Kata-kata tidak sekedar berperan sebagai alat yang menghubungkan pembaca dengan ide penyair, seperti kata-kata dalam bahasa sehari-hari, tetapi sekaligus sebagai pendukung imaji dan penghubung pembaca dengan dunia intuisi penyair.

Pemilihan kata atau diksi dalam karya sastra adalah cara penggunaan kata-kata dalam teks sastra sebagai alat untuk menyampaikan gagasan dan nilai estetis tertentu (Aminudin 1995:201).

Sifat Diksi

Kata-kata dalam puisi cenderung bersifat kiasan dan disampaikan dengan teknik figuratif. Kata-kata yang telah dipergunakan oleh pengarang dalam menciptakan puisi disebut kata berjiwa (Mulyana 1956:4), yang tidak sama (artinya) dengan kata dalam kamus, yang masih menunggu pengolahan.

Tujuan

Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana-suasana yang mampu menggugah imajinasi, perasaan, dan keindahan bagi pembacanya.

Dalam puisi, kata-kata dipilih sedemikian rupa secara selektif agar dapat memunculkan efek tertentu dan menampung makna yang menggambarkan pikiran, gagasan, dan perasaan penyair.

Diksi atau pemilihan kata diperlukan untuk memadatkan isi pada puisi. Oleh karena itu, penyair harus cermat memilih kata-kata. Penyair harus teliti agar makna yang terkandung dalam puisi bisa sampai pada pembaca. Diksi juga dapat membantu puisi menemukan iramanya sendiri.

Pradopo (2010:54), penyair memilih kata yang setepat-tepatnya untuk mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang dialami batinnya.  Kemudian, mengekspresikannya dengan ekspresi yang dapat menjilmakan jiwanya tersebut.

Diksi digunakan oleh pengarang untuk menuangkan gagasannya kepada orang lain agar tidak terjadi salah tafsir dan merasakan apa yang pengarang rasakan.

Pertimbangan

Pemilihan kata-kata atau diksi dalam puisi tentunya melewati pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memperoleh efek ketepatan dan efek keindahan.

Efek itu sendiri secara sederhana dapat dipertimbangkan dari segi bentuk dan makna. Hal ini untuk mendukung estetis karya sastra yang bersangkutan, mampu mengkomunikasikan makna, pesan, dan mampu mengungkapkan gagasan yang dimaksudkan oleh pengarang.

Pemilihan kata-kata atau diksi juga harus mempertimbangkan irama, rima, larik, bait, dan tipografi (bentuk) puisi.

Oleh karena itulah, unsur bahasa dalam puisi dianggap lebih padat jika dibandingkan dengan karya sastra lainnya.

Masalah pemilihan kata menurut Champan (dalam Nurgiyantoro 2010:290) dapat melalui pertimbangan-pertimbangan formal tertentu.

Pertama, pertimbangan fonologis, misalnya kepentingan alitrasi, irama, dan efek bunyi tertentu.

Kedua, pertimbangan dari segi metode, bentuk, dan makna yang dipergunakan sebagai sarana mengkonsentrasikan gagasan.

Masalah konsentrasi ini penting sebab yang membedakannya dengan stile bahasa nonsastra. Pemilihan kata dalam sastra dapat saja berupa kata-kata kolonial sepanjang mampu mewakili gagasan.

Dalam hal ini, faktor personal pengarang untuk memilih kata-kata yang paling menarik perhatiannya berperan penting. Pengarang dapat saja memilih kata atau ungkapan tertentu sebagai siasat untuk mencapai efek yang diinginkan.

Diksi Puitis

Menurut Barfield (dalam Pradopo 2010:54), bila kata-kata dipilih atau  disusun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan imajinasi estetik, maka diksi yang demikian itu disebut diksi puitis.

Diksi atau pilihan kata sesungguhnya sangat menentukan dalam penyampaian makna suatu karya sastra (Sudjiman 1993:22). Kata, rangkaian kata, dan pasangan kata yang dipilih dengan seksama dapat menimbulkan pada diri pembaca suatu efek yang ingin dikehendaki pengarang.

Misalnya menonjolkan bagian tertentu suatu karya, menggugah simpati atau empati pembaca, atau pun menghilangkan monotoni. Untuk mencapai efek tertentu dapat digunakan sarana fonologis, gramatikal, atau leksikal.

Sangatlah penting diketahui kata dan ungkapan atau butir leksikal mana yang sebaiknya digunakan dalam konteks tertentu agar informasi yang hendak disampaikan atau kesan yang hendak ditimbulkan terwujud.

Dengan demikian, persoalan diksi sebenarnya jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu, karena tidak sekadar untuk memilih kata-kata mana yang dipilih untuk mengungkapkan keindahan dan membentuk gaya ekspresi gagasan atau ide yang tepat yang menyangkut masalah frase, gaya bahasa, dan uangkapan.

Fungsi Diksi

Fungsi diksi adalah sebagai sarana mengaktifkan kegiatan berbahasa (komunikasi) yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan maksud dan gagasannya kepada orang lain.

Selain itu, Fungsi diksi antara lain membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif, dan melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Diksi dalam sebuah puisi dapat berupa kata konkret dan kata konotasi. Berikut ini adalah contoh kata konkret dan kata konotasi.

1. Kata Konkret

Secara umum, kata konkret adalah kata yang rujukannya lebih mudah ditangkap oleh indra. Konkret dapat berarti nyata, berwujud, atau benar-benar ada.

Berikut contoh analisis kata konkret dalam puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono.

Hujan di Bulan Juni

Karya Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah

Dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak

Dari hujan bulan Juni

Dihapuskannya jejak-jejak kakinya

Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih arif

Dari hujan bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu

(sumber: Antologi Hujan Bulan Juni, 1994)

Terdapat beberapa kata pada puisi di atas yang dapat digolongkan sebagai kata konkret, di antaranya hujan, jalan, dan pohon bunga.

Kata “hujan” dapat mengonkretkan maksud penulis untuk manusia yang selalu jatuh atau menangis.

Hal ini dibuktikan dengan larik selanjutnya yang menyebutkan bahwa sosok hujan sangat tabah. Ia menyembunyikan perasaan rindunya pada pohon yang berbunga.

Kata “jalan” juga dapat tergolong sebagai kata konkret karena dapat diartikan sebagai kehidupan atau kisah hidup.

Hal ini tampak pada larik selanjutnya, yaitu /dihapuskan jejak-jejak kakinya/ yang ragu-ragu di jalan itu/. Ungkapan ini dapat bermakna seseorang yang melupakan kisah masa lalunya.

Adapun kata “pohon bunga” dapat mengonkretkan wujud atau sosok seseorang atau sesuatu yang dirindukan atau dinginkan. Kata bunga juga dapat dimaknai sebagai seseorang yang cantik atau perempuan yang diharapkan.

2. Kata Konotatif

Kata konotatif merupakan kata-kata yang berasosiasi. Asosiasi merupakan keterkaitan makna kata dengan hal lain di luar bahasa.

Dalam hal ini, makna konotatif timbul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang dibaca, diucapkan, atau didengar.

Berikut contoh kata konotatif dalam puisi “Candra” karya Sanusi Pane.

Candra

Karya Sanusi Pane

Badan yang kuning-muda sebagai kencana,

Berdiri lurus di atas reta bercahaya,

Dewa Candra keluar dari istananya

Termenung menuju

Barat jauh di sana

Panji berkibar di tangan kanan, tangan kiri

Memimpin kuda yang bernapaskan nyala;

Begitu dewa melalui cakrawala,

Menabur-naburkan perak ke bawah sini.

Bisikan malam bertiup seluruh bumi,

Sebagai lagu-merawan buluh perindu,

Gemetar-beralun rasa meninggikan sunyi.

Bumi bermimpi dan ia mengeluh di dalam

Mimpinya, karena ingin bertambah rindu Karena rindu dipeluk sang Ratu Malam.

(Sumber: https://www.jendelasastra.com/dapur-sastra/dapur-jendela-sastra/lainlain/puisi-puisi-sanusi-pane)

Dalam puisi di atas, terdapat larik kuda bernafaskan nyala. Kata “nyala” umumnya mengikuti kata api atau sebagai penjelas kata api. Kata “nyala” juga dapat diartikan sebagai hidup, bertenaga, ataupun berkobar.

Dalam hal ini, baris /nafas kuda yang menyala/ sebenarnya bermakna sosok kuda yang memiliki semangat berkobar atau kuda yang kuat bertenaga.

Larik berikutnya yang mengandung konotasi adalah  /Waktu berhenti di tempat ini/Tidak berombak, diam semata/.

Dalam puisi tersebut, waktu dikatakan tidak berombak atau dalam keadaan tenang. Kata-kata tersebut tidak menunjukkan makna sebenarnya, tetapi bermakna tidak ada gangguan, damai, dan tenteram.

Baca:

1. Bahasa Teks Biografi: Pronomina, Verba, Adjektiva, Pengacuan, Kata Serapan- Unduh

2. Majas Dalam Puisi Padamu Jua-Unduh

3. Citraan dalam Puisi Padamu Jua-Unduh

4. Denotasi Konotasi Puisi Sapardi-Unduh

5. Tema dan Suasana dalam Puisi: Penjelasan, Soal, Kunci Jawabannya-Unduh

6. Kata Konkret Puisi Hujan di Bulan Juni-Unduh

7. Makna Kata Konkret Puisi Cintaku Jauh di Pulau-Unduh

8. Pembacaan Puisi dengan Intonasi dan Metode yang Sesuai-Unduh

9. Kata Konotasi Puisi “Candra” Karya Sanusi Pane-Unduh

10. Tanggapan terhadap Antologi Puisi-Unduh

11. Jenis Puisi dan Contohnya-Unduh

12. Memahami Teks Diskusi: Pro Kontra Puisi Esai-Unduh

13. Menilai Puisi: “Tapi” Soetardji Calzoum Bachri-Unduh

Demikian penjelasan mengenai Diksi dalam Puisi dan Contohnya. Semoga bermanfaat.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *