Jenis Puisi dan Contohnya
paket-wisatabromo.com-Semester 2 hampir berakhir. Saatnya kalian memasuki materi pelajaran Bahasa Indonesia bab 6. Materi pertemuan pada bab 6 ini berkaitan dengan puisi. Pembahasan kali ini berupa Jenis Puisi dan Contohnya.
Jenis Puisi dan Contohnya
Berikut ini adalah penjelasan mengenai Jenis puisi dan contohnya.
Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang gaya bahasanya sangat ditentukan oleh irama, rima, serta penyusunan larik dan bait.
Puisi memiliki berbagai macam jenis. Berdasarkan kurun waktunya, dikenal puisi lama dan puisi baru.
Jenis puisi lama dikenal dengan beberapa macam, yaitu mantra, pantun, karmina, seloka, gurindam, syair, talibun, rubiat, Gaza, Kit’ah, Masnawi, Nazam, bidal, dll.
Sedangkan puisi baru yang bentuknya tidak lagi terikat seperti puisi lama terdiri atas: balada, himne, elegi, epigram, ode, satire, dll.
Berdasarkan isi puisinya dikenal pula jenis puisi naratif, puisi deskriptif, puisi lirik, dan lain sebagainya.
Bahkan, belum lama ini, muncul jenis puisi esai yang mengundang kontroversi di kalangan penyair dan pengamat sastra. Beberapa ada yang mendukung/pro adanya puisi esai, tetapi tidak sedikit pula yang menentang/kontra.
Jenis Puisi dan Contohnya
Berikut ini penjelasan setiap jenis dan contohnya dari masing-masing jenis puisi di atas.
A. Puisi Lama
Jenis Puisi dan Contohnya untuk puisi lama sebagai berikut.
Terdapat 13 jenis puisi lama. Berikut ini penjelasannya.
1. Mantra
Penulisan mantra berbentuk bait dengan keberadaan rima yang tidak menentu. Mantra lebih mengutamakan irama dibandingkan rima.
Bahasa yang digunakan di dalam mantra dianggap memiliki kekuatan sihir. Mantra hanya boleh diucapkan atau dibacakan oleh pawang atau dukun.
Penggunaan utama dari mantra adalah untuk mencegah terjadinya bencana. Penggunaan mantra merupakan bagian dari budaya Indonesia.
Dalam masyarakat Melayu, mantra digunakan untuk keperluan adat dan kepercayaan mistis dan jarang digunakan sebagai karya sastra.
Contoh:
Assalamu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2. Pantun
Pengertian pantun adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri atas empat baris. Setiap barisnya terdiri atas 8–12 suku kata. Bari di dalam pantun terbagi menjadi sampiran dan isi.
Sampiran berada di baris pertama dan baris kedua, sedangkan isi berada di baris ketiga dan baris keempat. Pola sajak pada pantun adalah a-b-a-b.
Pantun memperhatikan penggunaan rima. Kalimat pertama dan kalimat ketiga mempunyai bunyi akhir yang sama. Kalimat kedua dan keempat juga memiliki bunyi akhir yang sama.
Menurut bentuknya, pantun dibedakan menjadi pantun 12 baris, pantun 4 baris, pantun 6 baris dan pantun berkait.
Contoh pantun nasihat:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati
3. Karmina
Karmina adalah puisi lama yang tiap baitnya terdiri dari 2 baris. Baris pertama merupakan sampiran, sedangkan baris kedua merupakan isi. Karmina menggunakan sajak a–a dan tiap barisnya terdiri dari 8–12 suku kata.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
4. Seloka
Seloka adalah pantun yang mempunyai beberapa bait saling sambung-menyambung. Nama lain dari seloka adalah pantun berkait atau pantun berantai.
Baris pertama dan ketiga pada bait kedua menggunakan isi yang sama dengan baris kedua dan keempat dari bait pertama. Pola ini digunakan secara terus-menerus pada bait berikutnya.
Kata “seloka” merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu sloka.
Seloka merupakan salah satu jenis puisi Melayu klasik yang berisikan pepatah atau perumpamaan.
Pesan yang disampaikan di dalam seloka dapat berupa candaan, sindiran atau ejekan. Seloka umumnya ditulis dalam bentuk pantun atau syair dengan empat baris. Selain itu, ada juga seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan.
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan.
5. Gurindam
Gurindam adalah salah satu jenis puisi yang memadukan antara sajak dan peribahasa. Jumlah baris pada gurindam hanya dua dengan rima a-a. Isi gurindam berupa ajaran yang berkaitan dengan budi pekerti dan nasihat keagamaan.
Baris pada gurindam disebut sebagai syarat dan akibat. Syarat merupakan baris pertama dan akibat sebagai baris kedua.
Baris pertama membahas tentang persoalan, masalah atau perjanjian, sedangkan baris kedua memberitahukan jawaban atau penyelesaian dari bahasan pada baris pertama.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)
6. Syair
Syair merupakan salah satu jenis puisi lama yang berasal dari Arab. Penulisan syair mengutamakan penggunaan irama dan cerita. Tiap bait pada syair terdiri atas empat baris. Setiap baris memiliki jumlah suku kata antara 8-12 suku kata.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
7. Talibun
Talibun adalah pantun yang memiliki susunan genap antara enam hingga sepuluh baris. Pada talibun, tiap bait dibagi menjadi sampiran dan isi.
Pembagian baris sampiran dan baris isi ditentukan oleh jumlah baris keseluruhan yang kemudian dibagi menjadi dua.
Talibun umumnya digunakan dalam acara berbalas pantun sebagai pengganti pantun empat larik seuntai. Penggunaan talibun di dalam acara berbalas pantun memudahkan pengungkapan gagasan dalam bentuk dialog.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
8. Rubaiat
Rubaiat adalah puisi lama dari Arab yang berbentuk pantun. Tiap bait dari rubaiat tersusun atas empat baris. Sajak yang digunakan berpola a-b-a-b. Pesan yang disampaikan di dalam rubaiat berbentuk epigram.
9. Gaza
Gaza merupakan puisi lama yang berasal dari Persia. Tiap bait pada gaza terdiri delapan baris. Tiap baris diakhiri dengan kata yang sama. Gaza menceritakan kisah asmara atau cinta kasih.
10. Kit’ah
Kit’ah merupakan puisi lama yang berasal dari Arab. Isi kit’ah merupakan nasihat-nasihat. Tujuan dari pemberian nasihat adalah sebagai bentuk pendidikan.
11. Masnawi
Masnawi merupakan puisi lama yang berasal dari Persia. Irama yang digunakan ialah akhiran kata yang sama tiap dua baris. Masnawi berisi pujian terhadap kemuliaan tingkah laku seseorang.
12. Nazam
Nazam merupakan puisi lama yang berasal dari Arab. Penulisan nazam hanya 12 baris. Nazam memberikan cerita yang berkaitan dengan kehidupan para penghuni istana, yaitu raja atau sultan, bangsawan, dan budak.
13. Bidal
Bidal termasuk dalam jenis puisi lama yang beberapa isi barisnya dirangkap untuk menjelaskan pemerian.
Setiap rangkap dapat menjelaskan keseluruhan cerita tanpa perlu memahami baris rangkap lainnya. Bidal berbentuk kalimat singkat yang mengandung kiasan atau perwakilan dari keadaan nyata.
Tujuan penggunaan kiasan dalam bidal adalah sebagai bentuk penentangan atau penyindiran. Pesan utama dalam bidal adalah nasihat, peringatan, atau sindiran, dan sebagainya. Pengungkapan pikiran dan perasaan dilakukan melalui pengibaratan dan perbandingan.
B. Puisi baru
Jenis Puisi dan Contohnya untuk puisi baru tersaji berikut ini.
Bentuk puisi baru yang bentuknya tidak lagi terikat seperti puisi lama terdiri atas: balada, himne, ode, epigram, romansa, elegi, satire, dll.
Puisi baru adalah puisi yang tidak memiliki aturan-aturan tertentu dalam penulisannya. Kebebasan penulisan dalam puisi baru meliputi jumlah baris, suku kata, ataupun rima.
Penulis dari puisi baru tidak anonim.
Perkembangan puisi baru terjadi secara lisan maupun tulisan. Puisi baru menggunakan majas yang berubah-ubah.
Pesan yang disampaikan di dalam puisi baru biasanya tentang kehidupan. Penulisan puisi baru lebih rapi dan simetris serta banyak menggunakan sajak pantun dan syair. Tiap barisnya memiliki kesatuan sintaksi dengan rima akhir yang teratur.
Berikut ini macam dan contoh puisi baru
1. Balada
Balada adalah puisi berisi kisah/cerita. Jenis balada ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
2. Himne
Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan. Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan namaMu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patungMu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenalMu tersalib di dalam hati.
(Saini S.K)
3. Ode
Ode adalah sajak lirik untuk menyatakan pujian terhadap seseorang, benda, peristiwa yang dimuliakan, dan sebagainya.
Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
4. Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Bahasa asal Epigram adalah dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Bintang)
5. Romansa
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Berasal dari bahasa Prancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
6. Elegi
Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan. Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang. Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
(Chairil Anwar)
7. Satire
Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb.). Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(WS Rendra)
C. Jenis Puisi Baru berdasarkan Bentuknya
Berikut ini dijelaskan Puisi baru berdasarakan bentuknya
1. Distikon
Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai). Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
2. Terzina
Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai). Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
(Sanusi Pane)
3. Kuatren
Kuatren, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai). Contoh:
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
4. Kuint
Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
5. Sekstet
Sekstet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai). Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
6. Septima
Septima, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai). Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(jawir)
7. Oktaf atau Stanza
Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai). Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
8. Soneta
Pengertian soneta adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara.
Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”.
Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris). Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala (a)
Melihat anak berelagu dendang (b)
Seorang saja di tengah padang (b)
Tiada berbaju buka kepala (a)
Beginilah nasib anak gembala (a)
Berteduh di bawah kayu nan rindang (b)
Semenjak pagi meninggalkan kandang (b)
Pulang ke rumah di senja kala (a)
Jauh sedikit sesayup sampai (a)
Terdengar olehku bunyi serunai (a)
Melagukan alam nan molek permai (a)
Wahai gembala di segara hijau (c)
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau (c)
Maulah aku menurutkan dikau (c)
(Muhammad Yamin)
9. Puisi kontemporer
Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman.
Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan pula sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir.
Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Puisi kontemporer sering kali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata yang makin kasar, ejekan, dan lain-lain.
Pemakaian kata-kata simbolik atau lambang intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
11. Puisi mantra
Puisi mantra adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra. Sutardji Calzoum Bachri adalah orang yang pertama memperkenalkan puisi mantra dalam puisi kontemporer. Ciri-ciri mantra adalah:
Mantra bukanlah sesuatu yang dihadirkan untuk dipahami melainkan sesuatu yang disajikan untuk menimbulkan akibat tertentu.
Fungsi Mantra sebagai penghubung manusia dengan dunia misteri. Mantra mengutamakan efek atau akibat berupa kemanjuran dan kemanjuran itu terletak pada perintah.
Contoh:
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
ya tak ping ya tak pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
(Sutardji Calzoum Bachri dalam O Amuk Kapak, 1981)
12. Puisi mbeling
Puisi mbeling adalah bentuk puisi yang tidak mengikuti aturan. Aturan puisi yang dimaksud ialah ketentuan-ketentuan yang umum berlaku dalam puisi.
Puisi ini muncul pertama kali dalam majalah Aktuil yang menyediakan lembar khusus untuk menampung sajak, dan oleh pengasuhnya yaitu Remy Silado, lembar tersebut diberi nama “Puisi Mbeling”.
Puisi mbeling adalah bagian dari gerakan mbeling yang dicetuskan oleh Remy silado, suatu gerakan yang ditujukan untuk mendobrak sikap rezim orde baru yang dianggap feodal dan munafik. Dalam bahasa Jawa mbeling berarti nakal atau memberontak terhadap kemapanan dengan cara cara yang menarik perhatian.
Kata-kata dalam puisi mbeling tidak perlu dipilih-pilih lagi. Dasar puisi mbeling adalah main-main.
Puisi mbeling berciri mengutamakan unsur kelakar; pengarang memanfaatkan semua unsur puisi berupa bunyi, rima, irama, pilihan kata dan tipografi untuk mencapai efek kelakar tanpa ada maksud lain yang disembunyikan (tersirat).
Contoh:
Sajak Sikat Gigi
Seseorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidur ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan ia berpendapat bahwa, kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
(Yudhistira Ardi Nugraha dalam Sajak Sikat Gigi, 1974)
Selain itu, puisi mbeling juga menyampaikan kritik sosial terutama terhadap sistem perekonomian dan pemerintahan, dan menyampaikan ejekan kepada para penyair yang bersikap sungguh-sungguh terhadap puisi. Dalam hal ini, Taufik Ismail menyebut puisi mbeling dengan puisi yang mengkritik puisi.
13. Puisi konkret
Maksud dari puisi konkret adalah puisi yang disusun dengan mengutamakan bentuk grafis berupa tata wajah hingga menyerupai gambar tertentu. Puisi seperti ini tidak sepenuhnya menggunakan bahasa sebagai media. Di dalam puisi konkret pada umumnya terdapat lambang-lambang yang diwujudkan dengan benda dan/atau gambar-gambar sebagai ungkapan ekspresi penyairnya. Contoh:
Doktorandus Tikus I
selusin toga
me
nga
nga
seratus tikus berkampus
diatasnya
dosen dijerat
profesor diracun
kucing
kawin
dan bunting
dengan predikat
sangat memuaskan
(F.Rahardi dalam Soempah WTS, 1983)
Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)
Berdasarkan aspek ungkapannya
14. Puisi lirik
Puisi lirik banyak menggunakan lirik yang mengungkapkan perasaan yang dialami penulisnya. Penngungkapan suasana lebih utama dibandingkan tema, Makna puisi dipahami dengan memperhatikan suasana batin penulisnya. Penyampaian pesan-pesan moral tidak menjadi tujuan utama dalam puisi lirik.
15. Puisi epik
Puisi epik menggunakan kisah dalam menyampaikan pesan. Gaya penulisannya berbentuk prosa dengan tetap menggunakan unsur-unsur puisi. Epik juga disebut sebagai sajak naratif. Isi puisi epik menceritakan petualangan atau perjalanan seorang pahlawan atau tokoh. Perjalanan yang ditempuh tokoh selalu disertai dengan berbagai perbuatan luhur yang dilakukannya.[25]
16. Puisi santai
Puisi santai adalah puisi yang tidak terlalu ambisius untuk menjadi puisi. Ia lahir dari pengalaman sehari-hari yang tidak dapat diremehkan. Ia tidak bersaing dengan puisi kontemporer yang masih mengandung unsur dialog keras dengan para pendahulunya, seperti kelahiran kembali mantra pada puisi Sutardji Calzoum Bachri.
Puisi-puisi santai ini belum banyak dibuat jadi buku, namun kemunculannya dapat dipandang sebagai gejala yang disebabkan oleh budaya baru masyarakat digital.
Melalui facebook atau grup seperti instagram, para penyair ini mengasah peristiwa sehari-hari dalam sajian bahasa puitis.
Mereka bebas memilih gaya: mantra, pantun, lirik, dramatik, humor, dll. Untuk menyebut puisinya itu sekadar urusan yang tidak harus ambisius sebagai sastra, Arip Senjaya sebagai misal menerbitkan buku kumpulan puisi Seperti Bukan Cinta yang mengindikasikan lahirnya corak baru puisi Indonesia ini.
Puisi tersebut membicarakan apa saja yang dialuinya setiap hari. Alih-alih menjadi puisi sastrawi, puisi-puisi dalam buku tersebut malah membangun kesan encer dan bercanda. Namun pengamat sastra Indonesia asal Jerman Berthold Damshäuser memandang puisi-puisi santai Arip Senjaya itu tak bisa diremehkan dan penting bagi perkembangan alternatif puisi Indonesia khususnya.
Keunikan Puisi
Keunikan dari puisi terletak pada penggunaan bahasa yang kreatif dan berirama, serta penggunaan kata-kata yang dipilih secara selektif dan memiliki makna yang mendalam.
Berbeda dengan tulisan lainnya, puisi memiliki struktur yang teratur dan harmonis, sehingga menghasilkan irama dan rima yang menyenangkan untuk didengar atau dibaca.
Selain itu, puisi juga memiliki penggunaan bahasa khas yang unik, seperti metafora, simbol, dan personifikasi, yang membuatnya menjadi lebih eksploratif dan kreatif. Puisi juga mampu mengungkapkan perasaan atau pengalaman yang mendalam dengan cara yang lebih intens dan emosional, sehingga seringkali digunakan sebagai wadah ekspresi diri atau bahkan sebagai bentuk terapi.
Dengan keunikan-keunikannya tersebut, puisi bisa menjadi sebuah karya seni sastra yang memiliki daya tarik dan keindahan tersendiri, serta bisa menjadi sarana untuk merangsang imajinasi, menginspirasi, dan memberikan makna yang mendalam kepada pembaca atau pendengar.
Baca:
1. Diksi Dalam Puisi-Unduh
2. Majas Dalam Puisi Padamu Jua-Unduh
3. Citraan dalam Puisi Padamu Jua-Unduh
4. Denotasi Konotasi Puisi Sapardi-Unduh
5. Tema dan Suasana dalam Puisi: Penjelasan, Soal, Kunci Jawabannya-Unduh
6. Kata Konkret Puisi Hujan di Bulan Juni-Unduh
7. Makna Kata Konkret Puisi Cintaku Jauh di Pulau-Unduh
8. Pembacaan Puisi dengan Intonasi dan Metode yang Sesuai-Unduh
9. Kata Konotasi Puisi “Candra” Karya Sanusi Pane-Unduh
10. Tanggapan terhadap Antologi Puisi-Unduh
11. Memahami Teks Diskusi: Pro Kontra Puisi Esai-Unduh
12. Menilai Puisi: “Tapi” Soetardji Calzoum Bachri-Unduh
Demikian penjelasan mengenai Jenis Puisi dan Contohnya. Semoga bermanfaat.