Majas dalam Puisi Padamu Jua
paket-wisatabromo.com-Semester 2 hampir berakhir. Saatnya kalian memasuki materi pelajaran Bahasa Indonesia bab 6. Materi pertemuan pada bab 6 ini berkaitan dengan puisi. Pembahasan kali ini berupa majas, majas dalam Puisi Padamu Jua
Majas dalam Puisi Padamu Jua
Sebelum dibahas majas dalam puisi Padamu Jua, baiklah dibahas terlebih dahulu pengertian majas, macam, dan contohnya.
Majas
Pengertian majas menurut KBBI Online adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain. Sering juga, majas itu disebut dengan kiasan.
Macam Majas dan contohnya
Istilah lain dari majas adalah bahasa kiasan. Menurut Endraswara (2011:73) terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan.
Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisndeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya.
Gaya bahasa, yaitu penggunaan bahasa yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Gaya bahasa disebut juga majas. Adapun macam-macam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, dan paradoks.
Berikut ini penjelasan dari aneka majas tersebut.
A. Majas perbandingan
1. Alegori
Alegori adalah majas yang menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh: Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
2. Alusio
Alusio: Mengungkapkan suatu hal dengan kiasan yang memiliki kesamaan dengan yang telah terjadi sebelumnya.
Contoh: Megawati berhasil menjadi Kartini modern karena menjadi presiden wanita pertama di Indonesia.
3. Simile
Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll.
Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
4. Matepora
Metafora: Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri. Totok itu seperti ananta.
5. Antropomorfisme
Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia
Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh: Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang berbau manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
7. Antonomasia
Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim
Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonomia
Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
Contoh: Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek Djarum)
9. Hipokorisme
Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
Contoh: Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian terkesima.
10. Litotes
Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
11. Hiperbola
Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
Contoh: Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
12. Personifikasi
Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
Contoh: Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
13. Depersonifikasi
Depersonifikasi: Pengungkapan dengan membuat manusia menjadi memiliki sifat-sifat sesuatu bukan manusia.
Contoh: Hatinya telah membatu, padahal semua orang sudah berusaha menasihatinya.
14. Pars pro toto
Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
15. Totem pro parte
Totem pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh: Indonesia bertanding voli melawan Thailand.
16. Eufimisme
Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
17. Disfemisme
Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh: Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
18. Fabel
Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh: Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
19. Parabel
Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
20. Perifrasa
Perifrasa: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
21. Eponim
Eponim: Menyebutkan nama seseorang yang memiliki hubungan dengan sifat tertentu yang ingin diungkapkan.
Contoh: Kami berharap kau belajar yang giat agar menjadi Einstein.
22. Simbolik
Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
23. Asosiasi
Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh: Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
B. Majas sindiran
1. Ironi
Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
Contoh: Suaramu merdu seperti kaset kusut.
2. Sarkasme
Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
Contoh: Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi kepalamu!
3. Sinisme
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh: Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
4. Satire
Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5. Innuendo
Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
C. Majas penegasan
1. Apofasis
Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme
Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh: Saya naik tangga ke atas.
3. Repetisi
Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh: Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
4. Pararima
Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi
Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh: Dengar daku. Dadaku disapu.
6. Paralelisme
Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi
Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme
Sigmatisme: Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.
Contoh: Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
9. Antanaklasis
Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks
Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh: Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong menuju ke TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
11. Antiklimaks
Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12. Inversi
Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh: Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.
13. Retoris
Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis
Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio
Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton
Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton
Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi
Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Eksklamasio
Eksklamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio
Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito
Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim
Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi
Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis
Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma
Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
D. Majas pertentangan
1. Paradoks
Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2. Oksimoron
Oksimoron: Paradoks dalam satu frasa.
Contoh: Hal yang tetap dalam dunia ini adalah perubahan.
3. Antitesis
Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
4. Kontradiksi interminus
Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
5. Anakronisme:
Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya
Majas dalam Puisi Padamu Jua
Berikut ini disajikan aneka majas yang digunakan penyaiar dalam puisi Padamu Jua.
Padamu Jua (Karya Amir Hamzah)
Habis kikis Segala cintaku hilang terbang
Pulang kembali aku padamu
Seperti dahulu
Kaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihmu sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan giliranku
Mati hari-bukan kawanku
(Sumber: Antologi Nyanyi Sunyi,
Berikut ini adalah majas dalam puisi di atas
1. Majas Metafora
Pada bait pertama puisi “Padamu Jua” terdapat larik /Segala cintaku hilang terbang/. Hal itu menunjukkan adanya majas metafora, yaitu kiasan yang bersifat langsung, tetapi tidak menggunakan kata-kata pembanding misal bagai, bak, dan seperti. Pada baris tersebut, cinta dikiaskan seperti burung yang dapat terbang.
Majas metafora juga terdapat pada bait kedua, yaitu di baris /Kaulah kandil kemerlap/Pelita jendela di malam gelap/. Pada larik tersebut, si engkau dikiaskan sebagai pelita/lampu cahaya yang terang dalam kegelapan. Kiasan yang bersifat langsung, tetapi tidak menggunakan kata-kata pembanding.
Selain itu, pada bait kelima terdapat majas metafora dalam baris /engkau ganas/mangsa aku dengan cakarmu/. Penyair mengiaskan si engkau seperti binatang buas yang mempunyai cakar dan hendak memangsa.
2. Majas Personifikasi
Selain metafora, puisi “Padamu Jua” juga mengandung majas personifikasi, seperti yang terdapat dalam baris /Pelita jendela di malam gelap/ melambai pulang perlahan/ atau /Kasihmu sunyi/menunggu seorang diri/.
Personifikasi merupakan kiasan yang mempersamakan sesuatu dengan manusia yang dapat berbuat, melakukan suatu hal, dan sebagainya.
3. Simile/ perumpamaan
Serupa dara di balik tirai
Majas perbandingan atau perumpamaan yang menyamakan suatu hal dengan hal lain menggunakan kata-kata pembanding: bagai, bak, seperti, seumpama, laksana, serupa, dll.
4. Repetisi
Majas yang mengulang kata-kata dengan maksud memberi efek penguatan atau penegasan.
Majas ini terlihat dalam larik: Rindu rasa/Rindu rupa/ Engkau cemburu/ Engkau ganas
5. Hiperbola
Majas yang berusaha memberikan penekanan dengan cara melebihlebihkan suatu hal.
Contoh dalam larik: Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu
Baca:
1. Diksi Dalam Puisi-Unduh
2. Citraan dalam Puisi Padamu Jua-Unduh
3. Denotasi Konotasi Puisi Sapardi-Unduh
4. Tema dan Suasana dalam Puisi: Penjelasan, Soal, Kunci Jawabannya-Unduh
5. Kata Konkret Puisi Hujan di Bulan Juni-Unduh
6. Makna Kata Konkret Puisi Cintaku Jauh di Pulau-Unduh
7. Pembacaan Puisi dengan Intonasi dan Metode yang Sesuai-Unduh
8. Kata Konotasi Puisi “Candra” Karya Sanusi Pane-Unduh
9. Tanggapan terhadap Antologi Puisi-Unduh
10. Jenis Puisi dan Contohnya-Unduh
11. Memahami Teks Diskusi: Pro Kontra Puisi Esai-Unduh
12. Menilai Puisi: “Tapi” Soetardji Calzoum Bachri-Unduh
Demikianlah pembahasan mengenai Majas dalam Puisi Padamu Jua. Semoga bermanfaat.