Gaya Bahasa Surat Dinas: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7
paket-wisatabromo.com-Semester 2 telah tiba. Saatnya kalian memasuki materi pelajaran Bahasa Indonesia bab 6. Materi pertemuan selanjutnya pada bab 6 ini adalah Gaya Bahasa Surat Dinas. Materi ini merupakan Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurikulum Merdeka Bab 6 SMP MTS Kelas 7.
Gaya Bahasa dalam Surat Dinas
Gaya Bahasa
Dalam KBBI Daring dijelaskan gaya bahasa secara linguistik adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis atau lagak bahasa. Selain itu, gaya bahasa adalah penggunaan ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu. Dijelaskan pula, gaya bahasa adalah keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra. Dapat juga dijelaskan, gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis atau lisan.
Surat Dinas
Pengertian surat dinas adalah surat yang dikirimkan oleh kantor pemerintah (bebas dari biaya).
Surat dinas itu berbeda dengan surat resmi. Maksud surat resmi adalah surat yang digunakan untuk kepentingan resmi, baik perseorangan, instansi, maupun organisasi, misalnya undangan, surat edaran, surat pemberitahuan, dan sebagainya.
Gaya Bahasa Dalam surat Dinas
Gaya bahasa merupakan cara yang digunakan seseorang untuk melahirkan pikiran dan perasaan ke dalam sebuah karangan atau tulisan, dalam hal ini surat dinas (Bratawidjaja, 1995: 40).
Dalam bahasa Indonesia dapat dikenal berbagai gaya bahasa untuk menulis surat (dinas), antara lain sebagai berikut.
1. Eufemisme
Eufemisme adalah pengungkapan pikiran secara lembut atau secara halus. Misalnya: Ia tergolong anak kurang beruntung. ‗miskin‘
2. Pleonasme
Pleonasme, yakni pengungkapan pikiran dengan bentuk pernyataan yang bermaksud menegaskan. Misalnya: Doni melihat dengan mata kepala sendiri. melihat secara langsung‘
3. Paralelisme
Paralelisme, yakni pengungkapan pikiran dengan menyatakan sesuatu secara berulang maknanya. Misalnya. Gerobolan itu telah mati binasa.
4. Sinekdok
Sinekdok, yakni pengungkapan pikiran secara keseluruhan dengan menyebut sebagian saja. Misalnya: Ia sedang membaca Bobo. Artinya, ia sedang membaca majalah anak yang bernama Bobo.
5. Tautologi
Tautologi, yakni pengungkapan pikiran dengan pengulangan kata yang seharusnya tidak perlu karena maknanya sama. Misalnya: Kehadiran orang itu benar-benar tidak diharapkan dan tidak diinginkan.
6. Hiperbola
Hiperbola, yakni pengungkapan pikiran dengan pernyataan yang melebih-lebikhkan sesuatu. Misalnya: Kesombongan anak itu setinggi langit. Artinya, sangat tinggi.
7. Metafora
Metafora, yakni pengungkapan pikiran atau perasaan dengan melukiskan atau membandingkan secara langsung. Misalnya: Mereka itu tak ubahnya seperti sampah masyarakat. (Yang dimaksud adalah para koruptor).
8. Personifikasi
Personifikasi, yakni pengungkapan pikiran atau perasaan dengan cara melukiskan suatu benda seolah-olah hidup seperti bernyawa. Misalnya: Mereka menyaksikan daun nyiur di sepanjang pantai melambai-lambai.
Selain kedelapan jenis gaya bahasa tersebut, masih terdapat jenis gaya bahasa lain yang berpotensi digunakan, tetapi pemakai harus mempertimbangkan ketepatan dan kesantunannya.
Jenis gaya bahasa yang dimaksud tersebut, antara lain sinisme, sarkasme, paradoks, ironi, antitese, alegori, repetisi, asindeton, polisindeton, litotes, retorik, klimakas, antiklimaks, simbolik, dan sebagainya (Bratawidjaja, 1995: 40).
1. Sinisme
Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
2. Paradoks
Gaya paradoks menghadirkan unsur pertentangan secara eksplisit dalam sebuah penulisan. Jadi, dalam sebuah tulisan yang dikemukakan terdapat unsur yang secara eksplisit terlihat bertentangan.
Namun, itu hanyalah sebuah strategi untuk menegaskan, menekankan, atau mengintensifkan sesuatu yang dituturkan, sedangkan sesuatu yang sesungguhnya dimaksudkan tidak berada dalam pertentangan itu. Contohnya, “Ia merasa amat kesepian di tengah berjubelnya manusia metropolitan”.
3. Ironi dan sarkasme
Gaya ironi dan sarkasme adalah gaya yang menampilkan penuturan yang bermakna kontras. Kedua gaya ini menampilkan tulisan yang maksudnya harus dicari dalam makna kontrasnya dengan apa yang dituturkannya.
Kedua gaya ini digunakan untuk menampilkan sesuatu yang bersifat ironis, misalnya untuk menyindir, mengkritik, mengecam, atau sejenisnya.
Intensitas menyindir itu ada tingkatannya. Jika sindiran itu rendah, gaya yang dipakai yaitu ironi, sedang sindiran tajam biasanya memakai gaya sarkasme.
Contoh ironi yaitu, “Saya tahu Anda adalah seorang gadis yang paling cantik di dunia ini yang perlu mendapat tempat terhormat!”. Kemudian contoh sarkasme adalah, “Kelakuanmu memuakkan saya!”
4. Antitesis
Antitesis memiliki kemiripan atau mengandung unsur paralelisme, tetapi gagasan-gagasan atau sesuatu yang ingin disampaikan justru bertentangan. Gagasan atau makna yang bertentangan itu dapat diwujudkan ke dalam kata atau kelompok kata yang berlawanan.
Misalnya: “Kita sudah kehilangan banyak kesempatan, harga diri, dan air mata, namun dari situlah kita akan memperoleh pelajaran yang berharga”.
5. Alegori
Alegori merupakan sebuah cerita kiasan yang maknanya tersembunyi pada makna literal. Biasanya alegori menggunakan perbandingan dengan alam secara utuh (Ratna, 2009: 444). Jadi, ada dua makna yang dikandung dalam sebuah teks alegoris, yaitu makna literal, makna yang secara langsung ditunjuk pada teks, dan makna yang sebenarnya dimaksudkan, makna yang tersembunyi yang perlu ditafsirkan.
6. Repetisi
Repetisi: Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Contoh: Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
7. Asindeton
Adalah Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
8. Polisindeton
Adalah Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
9. Litotes
Litotes adalah ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh: Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
10. Retoris
Adalah gaya yang berupa pertanyaan retoris menekankan pengungkapan tentang gagasan atau sesuatu yang menampilkan semacam pertanyaan yang tidak membutuhkan sebuah jawaban. Pertanyaan retoris banyak digunakan dalam bahasa lisan seperti dalam pidato dan kampanye. Contohnya: “Kita jangan terlalu terlena dengan segala macam kegagalan dan kesedihan yang tidak berguna itu. Kita harus segera bangkit dan sekaligus berpasrah diri kepada yang Maha Memberi. Bukankah kesedihan dan kesenangan itu semuanya berasal dari Allah?”
11. Klimaks dan antiklimaks
Klimaks dan antiklimaks dimaksudkan untuk mengungkapkan dan menekankan gagasan atau sesuatu yang lain dengan cara menampilkannya secara berurutan. Pada gaya klimaks, urutan penyampaian itu menunjukkan semakin meningkatnya intensitas pentingnya gagasan itu, sedang pada antiklimaks bersifat sebaliknya, yaitu semakin mengendur.
12. Simbolik
Sehubungan dengan penggunaan gaya bahasa dalam penulisan surat dinas, masalah yang perlu diperhatikan oleh penulis surat dinas adalah menggunakan gaya bahasa secara tepat dan digunakan hanya memang benar-benar diperlukan.
Misalnya, gaya bahasa eufemisme dapat digunakan asal tidak terlalu mencolok, sedangkan gaya bahasa repetisi hendaknya dihindari agar tidak membosankan.
Oleh sebab itu, agar tidak membosankan, penulis dapat menggunakan sinonim kata. Gaya bahasa yang dirangkai dalam kalimat, sebaiknya tetap dijaga ketepatan struktur kalimatnya dan kepaduannya dalam kalimat.
Baca:
1. Menganalisis Isi Surat Pribadi Beserta Tujuannya: Bahan Ajar Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
2. Bahasa Surat Pribadi dan Bentuknya: Bahan Ajar Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
3. Menganalisis Isi Surat Resmi Beserta Tujuannya: Bahan Ajar Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
4. Jenis-Jenis Surat Pribadi: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
5. Pronomina dalam Surat: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
6. Bagian-Bagian Surat Pribadi: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
7. Menulis Surat Pribadi: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
8. Jenis Surat Dinas: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
9. Ejaan dalam Surat Dinas: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
10. Istilah dalam Surat Dinas: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
11. Pungtuasi dalam Surat Dinas: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
12. Kalimat dalam Surat Dinas: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
13. Paragraf dalam Surat Dinas: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
14. Gaya Bahasa Lain dalam Surat: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
15. Bahasa dalam Surat Dinas Lengkap: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
16. Membandingkan Surat: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
17. Perbedaan Surat Dinas dengan Surat Resmi: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
18. Contoh Surat Dinas dan Surat Resmi: Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7-Unduh
Demikianlah pembahasan mengenai Gaya Bahasa Surat Dinas sebagai Bahan Ajar Bahasa Indonesia Kurmer Bab 6 SMP MTS Kelas 7. Semoga bermanfaat.